"Justru harusnya saya pulang jadi mereka bisa minggir."

"Jangan, Den. Bapak minta Den Rayyan untuk nginep di hotel dulu sampai situasi aman."

Rayyan mematikan ponsel dengan tenggorokan menyempit.

Rayyan mematikan televisi, mematikan saluran radio, lalu memejamkan mata beberapa detik meski ia sedang dalam posisi menyetir. Ia merasa kosong dalam waktu beberapa menit. Barangkali ia terlalu mengantuk atau syok, Rayyan tak bisa merasakan tubuhnya. Terlalu banyak pantangan di negeri ini, salah satunya kehilangan kendali akan pikiranmu saat menyetir di jalan tol yang terkenal angker. Kejadiannya terlalu cepat karena Rayyan hampir tak bisa mengingat detailnya, bahkan tak bisa merasakan sakitnya. Ada mobil menyalip dengan kecepatan tinggi dari sebelah, tetapi mungkin justru mobil Rayyan-lah yang menyalip mobil itu terlebih dahulu. Refleks Rayyan menghindar, membanting setir, lalu hilang kendali. Dunianya berputar. Hancur. Kaca pecah dan bodi ringsek menghantam keras pagar pembatas. Mobil mewah kuat seperti kendaraan tempur pun tidak bisa menyelamatkan nyawamu.

Mungkin Shouki benar soal larangan berhubungan di tengah hutan. Barangkali ia kecelakaan karena lancang berhubungan badan di dalam hutan Indonesia? Adakah makhluk-makhluk tak kasat yang iri dengan kesenangannya di tenda, lalu menimpakan kutukan?

Bisa jadi ini benar kalau banyak orang meyakininya benar.

Namun, Rayyan diselamatkan tepat waktu. Ia dilarikan ke rumah sakit oleh orang-orang baik. Rayyan mendapatkan perawatan yang tepat, jahitan di beberapa bagian tubuhnya, tindakan operasi patah tulang, balutan perban, dan biaya yang ditanggung asuransi. Maka, pada saat Rayyan bangun tidur, ia sudah ditempatkan di kamar VIP paling bagus, bukan bangsal rumah sakit golongan menengah ke bawah.

Rayyan sendirian di dalam kamar rumah sakit dengan televisi yang menyala. Kaki kirinya yang patah dilingkupi gipsum. Kepala dan beberapa bagian tubuhnya diperban. Rayyan bangun tanpa merasakan sakit karena bius, tetapi merasakan sakit luar biasa dari dalam.

Kalau kamu pikir Rayyan Nareswara menderita amnesia karena kecelakaan mobil, tenang saja, itu tidak terjadi. Setelah beberapa saat terjaga, Rayyan mulai mengingat semuanya. Soal berita buruk mengenai sang ayah dan kecelakaan mobil.

Justru Rayyan sangat mengharapkan dirinya amnesia. Ia tidak mau menerima apa yang sedang terjadi. Baik kecelakaan maupun berita soal penggelapan dana nasabah perusahaan adalah mimpi buruk. Kalau mimpi buruk kecelakaan, Rayyan masih menerima. Namun, tolong jangan berita buruk tentang ayahnya yang nyata.

Di dalam kamar rumah sakit, saluran televisi menyiarkan acara sekilas berita siang.

"CEO PT Maharaya Nareswara Sekuritas diduga melarikan dana nasabah sekitar ratusan miliarJumlah yang menjadi korbannya diperkirakan akan terus bertambah—"

Tangannya tremor. Di mana remote televisi?! Rayyan mencari-cari dengan panik, melihatnya tergeletak di sofa. Ia berusaha turun dari ranjang meski patah kaki, tubuhnya dihentikan seseorang.

Bibi memegangi Rayyan. "Den Rayyan udah bangun?! Istirahat aja dulu, Bibi yang ambil remote TV-nya!"

"Papa mana, Bi?"

"Bapak masih sibuk ngurus ini-itu, kemarin dijemput sama polisi, Den. Bapak minta Bi Minah yang jaga Den Rayyan di sini. Pesan Bapak, Den Rayyan enggak usah khawatir."

Rayyan diam, kembali rebah di ranjang.

"Udah berapa hari saya di sini, Bi?"

"Udah empat hari, Den."

" ... HP saya mana, Bi?"

Bibi memberikan BlackBerry milik Rayyan yang sudut layar LCD-nya retak, saksi kelecekaan. Untungnya benda itu masih mau menyala, hanya sangat low batt sekarang. Ada lebih dari seratus puluhan panggilan tidak terjawab. Mereka datang dari Shouki Al Zaidan Wisanggeni, sang ayah, teman-teman, dan beberapa kerabat dekat ayah yang sudah bertahun-tahun tak pernah saling kontak. Ada beberapa panggilan tidak terjawab juga dari kantor kepala sekolah. Sisanya nomor-nomor yang tidak terdaftar dalam kontak.

Tampan Berdasi (MxM)Where stories live. Discover now