19. Am I Fallin You?

Start from the beginning
                                    

Meskipun mereka terkejut dengan segala kekacauan yang ada, mereka lebih memilih untuk tak memperdulikannya. Mereka lebih memilih untuk membungkukkan tubuhnya sejenak memberi salam pada Valter. Kemudian mereka duduk di kursi yang berada di depan pria berkuasa itu.

"Anda baik-baik saja, Tuan?"

Terhitung 2 kali sudah Valter mendapatkan pertanyaan yang sama namun dari orang yang berbeda.

"Ya," jawabnya sedikit tak yakin.

"Benarkah?"

"Tidak!" Sahut Valter cepat. "Sepertinya ada yang salah denganku."

Kedua dokter di hadapan Valter serentak mengeluarkan berbagai macam alat medis yang berada di dalam tas mereka.

Salah satu dari dokter itu berucap dengan profesional. "Kalau begitu, tunjukkan pada kami bagian tubuh anda yang terasa sakit. Anda bisa memberitahu kami keluhan sakit apa yang selama ini anda rasakan. Dan setelah itu, kami akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Jika ada sakit yang serius, maka kami akan melakukan tindakan sebaik mungkin," tuturnya menjelaskan.

Valter berdehem sejenak kemudian menghembuskan napas berat. Dia melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. "Di sini, aku merasakannya di sini," ujarnya sembari memegang dada kirinya.

Para dokter itu saling melirik satu sama lain, mereka tidak mengerti dengan kalimat yang Valter ucapkan.

"Mungkin bisa anda katakan lebih spesifik, Tuan."

"Jantungku terasa berdebar sangat keras saat berada di dekatnya, tapi debarannya tidak menyakitkan. Justru sebaliknya, debaran itu terasa menyenangkan," sahut Valter mengungkapkan apa adanya tentang hal yang dia rasakan.

Kedua dokter itu sama-sama dibuat kebingungan dengan penuturan Valter. Jika pria itu mengalami sakit pada dada kirinya tentunya rasa akan terasa menyakitkan, bukan menyenangkan.

Julian, seorang dokter pribadi Valter memberanikan diri untuk bertanya. "Di dekatnya? Apa maksud anda, jantung anda akan berdebar sangat keras jika berada di dekat seseorang?"

"Ya," balas Valter cepat.

Julian membenarkan posisi duduknya. Sepertinya dia mulai mengerti arah dari keluhan pasien di depannya ini. "Maaf jika pertanyaan saya terdengar lancang, Tuan. Tapi apakah dia adalah seorang gadis?"

Binar-binar cerah terbit menghiasi mata jernih valter. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman tipis lalu dia menjentikkan jarinya. "Exactly! Tidak hanya itu, tapi dia selalu memenuhi kepalaku. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Apa aku terkena penyakit serius? Atau ada virus dalam tubuhku?" Tuturnya cepat menuntut sebuah jawaban.

Julian yang cukup lama mengenal Valter berusaha untuk tidak meledakkan tawanya. Pria kejam di depannya ini adalah seorang pengusaha sukses dan tentunya hal itu terjadi berkat otak pintarnya. Namun kemana perginya otak pintar milik Valter? Bagaimana bisa pria itu tidak memahami perasaannya sendiri?

"What's going on? Kenapa kalian diam saja? Apa aku mengidap penyakit mematikan?"

Ingin sekali rasanya Julian memukul keras kepala Valter untuk menyadarkan bahwa pria itu tengah jatuh cinta. Tapi sebisa mungkin Julian menahan diri untuk tidak melakukannya, karena jika hal itu terjadi bisa dipastikan kepalanya yang akan menghilang. "Tidak, Tuan. Anda sama sekali tidak mengalami sakit apa pun," sahutnya penuh kesabaran.

"Bagaimana kau bisa tahu? Kau sama sekali belum memeriksa ku!" Tukas Valter tajam. Tatapan membunuh dia layangkan pada Julian yang duduk tenang di depannya.

Julian melirik seorang dokter di sebelahnya. Lewat tatapan matanya dia menyuruh dokter itu untuk menjelaskan.

"Begini, Tuan Valter. Mendengar semua keluhan anda tadi, dapat saya simpulkan bahwa anda sama sekali tidak sakit. Namun sepertinya anda mulai menyukai seseorang."

SEÑOR V [ON GOING]Where stories live. Discover now