F

792 54 8
                                    

Joong memperhatikan Book yang sedikit berlari keluar kedai. Ia mengerutkan dahinya saat melihat Book yang terlihat sedang menangis di luar sana. Joong menoleh pada Nam yang saat ini masih memeluknya.

"Aku sangat senang bertemu denganmu." Nam mengeratkan pelukannya pada lengan Joong, dan entah kenapa Joong merasa tidak nyaman akan hal ini.

"Sebentar, kau tunggu disini ya." Ucap Joong dengan hati-hati sambil melepaskan lengan Nam darinya. Nam terlihat kecewa namun Joong berjanji untuk menghampirinya lagi nanti.

Joong membuka pintu kedai tersebut yang terbuat dari kaca. Book yang tersadar akan kehadiran Joong, ia segera mengusap air matanya.

"Kau tidak apa-apa?." Tanya Joong penasaran, karena terlihat begitu jelas bahwa Book sedang menangis.

"Oh, tuan Joong. Aku tidak apa-apa." Jawab Book sambil menggunakan kacamatanya lagi.

"Aku lihat kau sedang menangis." Ungkap Joong tanpa basa basi dan Book tersenyum saat mendengarnya.

"Tidak tuan, tadi... Aku hanya mengingat suatu hal." Jawab Book seadanya dan itu membuat Joong mengerutkan dahinya.

"Maksudmu?. Apa kau tahu sesuatu?. Tadi aku lihat kau berlari keluar kedai setelah melihatku berbincang dengan Nam." Book menatap Joong nanar, namun ia harus menyembunyikan hal itu.

"Oh, bukan tuan.. Anda salah paham. Oh ya tuan, hari semakin larut lebih baik anda pulang karena disini tidak aman." Jelas Book berusaha mengalihkan pertanyaan Joong dan itu benar jika di daerah tempat tinggalnya itu sangatlah tidak aman apalagi untuk pendatang seperti Joong.

"Book, apa kau sudah menikah?." Joong mengucapkannya dengan menelan ludahnya kasar tanda bahwa ia sangat takut jika pertanyaannya menyinggung perasaan Book karena itu adalah hal yang terlalu privasi. Book sempat terdiam, ia sedang memikirkan jawaban untuk Joong.

"Ya, tuan." Book tersenyum saat menjawabnya seraya menyentuh perutnya. Ia berpikir mungkin itu bisa membantu dirinya menjawab pertanyaan Joong, namun Joong terlihat tidak percaya. Entah kenapa ia tidak yakin jika teman kencan anonimnya adalah Nam, dia lebih yakin jika itu adalah Book.

"Oh, begitukah?. Kalau begitu, kau tidak mungkin menggunakan aplikasi seperti itu kan?." Tanya Joong meyakinkan dan Book menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak paham dengan hal seperti itu. Maaf tuan Joong, aku harus kembali bekerja. Dan lebih baik anda segera pulang, untuk keselamatanmu." Dengan sopan, Book permisi pada Joong dan kembali masuk ke dalam kedai meninggalkan Joong yang pikirannya dipenuhi oleh banyak hal.

____________

Book baru saja mengunci kedai dengan menarik rolling door yang melindungi pintu kaca tersebut. Suasana di daerah tersebut sudah sangat sepi apalagi hujan rintik menambah sepinya daerah itu. Book tidak membawa payung hari ini, karena ia mengira jika tidak akan hujan di malam ini, namun nyatanya cuaca berkata lain.

Karena hanya hujan ringan, Book memutuskan untuk pulang dan berjalan di tengah hujan. Karena ia tidak memiliki pilihan lain selain hal tersebut.

Daerah itu cukup gelap dan sepi, Book melangkahkan kakinya dengan hati hati. Tidak mungkin ia berlari dengan cepat karena kondisi kehamilannya, jika ia melakukannya maka akan mengganggu janin yang bersemayam di dalam rahimnya tersebut.

Book berjalan dengan menunduk, ia memperhatikan setiap pijakan yang ia lalui. Khawatir akan membuatnya terjatuh di jalanan yang licin seperti ini. Akan tetapi, hal tersebut membuat dirinya tidak sadar jika saat ini ia sedang diikuti oleh seseorang.

Book menghentikan langkahnya disaat ia mulai merasakan adanya kejanggalan, ia merasa jika ada yang terus memperhatikan dirinya. Ia menoleh ke belakang, namun tidak ada siapapun disana. Ia berpikir, apa mungkin itu hanya perasaannya saja?.

Tak ingin terus berlama-lama dan ingin segera berlindung di rumahnya, Book mempercepat langkahnya apalagi hujan semakin deras. Tubuhnya terasa dingin disaat pakaiannya semakin basah oleh air hujan.
Ia berjalan semakin cepat, bahkan ia sedikit berlari. Namun, ia juga harus tetap berhati-hati.

Detak jantungnya terus berpacu, disaat ia tahu jika ternyata anggapannya adalah benar. Saat ini ia sedang diikuti oleh seseorang, namun Book tidak bisa melihat jelas siapa orang itu dikarenakan jalanan yang minim penerangan ditambah dengan derasnya hujan membuat pandangannya semakin kabur.

Ia sangat takut, sebenarnya apa yang akan dilakukan orang itu padanya. Nafasnya yang terengah terdengar menemani suara hujan yang deras dan juga suara gemercik langkahnya yang menginjak jalanan yang tergenang oleh air hujan.

Book berjalan cukup jauh dan ia hampir sampai di rumahnya. Ia memastikan dan mungkin dirinya sudah benar-benar aman karena orang itu telah menghilang, sehingga membuat dirinya bisa sedikit bernafas lega. Namun, ternyata itu salah. Dirinya tidak aman, ia terkejut setengah mati di saat ada seseorang yang menyeret dirinya ke sebuah gang sempit dan membekap mulutnya. Book berusaha untuk dilepaskan hingga tasnya terjatuh, orang itu cukup kuat untuk dirinya. Book sempat mencakar tangan pria yang sedang membekapnya namun pria itu terus memaksa dan menyeretnya ke sebuah gang yang buntu.

Pria itu mendorong dirinya, Book terjatuh ke jalanan yang basah. Book semakin terbelalak dan rasa takutnya semakin bertambah saat ia melihat jika orang itu adalah seseorang yang selalu menganggu dirinya, seorang pria bertubuh kurus yang berada di kedai tadi.

"Manis, kau merindukanku?." Pria itu menjulurkan lidahnya, Book semakin takut saat pria itu melepaskan sabuk celananya. Book memejamkan kedua matanya dan meringkuk seakan ia melindungi tubuhnya.

"Tidak.. Jangan.." Book menangis, pria itu berusaha melepaskan celana yang dikenakan Book. Book berusaha melawan, namun gerakannya sangat terbatas. Apalagi tubuhnya terasa sangat lemas karena rasa takutnya yang menyelimuti dirinya.

"Tolong!." Book berteriak hingga suaranya parau namun itu adalah hal yang percuma karena suara hujan yang deras dan posisinya yang berada di gang yang buntu meredam suaranya.

"Diam kau!." Pria itu terus berusaha melepaskan celana Book. Book sempat menendang pria tersebut dan membuat pria itu marah. Ia menampar pipi Book hingga membuat kacamatanya terjatuh ke tanah.

"Akh.. Sakit..." Book merintih kesakitan, saat ia terjatuh ia melihat sebuah batu berukuran segenggam tangannya. Tanpa pikir panjang, ia meraih batu tersebut dan memukulkannya ke kepala pria itu. Namun, itu gagal karena tubuhnya yang lemas tak mampu melepaskan tenaganya sehingga hal itu dengan mudahnya ditahan oleh pria tersebut.

"Beraninya kau, jalang!." Pria itu mencengkeram tangan Book hingga membuat batu itu terlepas dari tangan Book.

Pria itu mulai melepaskan celananya, Book terbelalak saat melihat apa yang akan terjadi padanya dan pria itu berhasil melepaskan sedikit celana yang dikenakan Book. Book menangis dan meronta namun saat pria itu akan melakukannya, terdengar suara hantaman benda keras ke arah kepala pria itu. Tubuh pria itu terjatuh dan kejang dengan darah yang mengalir dari pelipisnya.

Book terbelalak, ia semakin takut dan ia tersadar jika itu dilakukan oleh seseorang. Book melihat seorang pria jangkung yang mengenakan jas hujan berwarna hitam kini sedang menusuk tubuh pria itu tanpa ampun dan membuat darah itu sempat memercik ke wajah Book. Pria itu tidak menghentikan perbuatannya meskipun pelaku itu telah mati, genangan air hujan kini berubah menjadi warna merah darah. Book semakin lemas, rasa takutnya semakin menyelimuti dirinya hingga membuat tubuhnya terjatuh.

___________

Pria itu membopong tubuh Book yang lemas. Dengan setengah kesadarannya, Book tidak dapat melihat jelas wajah pria yang membopong tubuhnya itu. Apalagi jas hujan yang dikenakan pria itu menutupi sebagian dari wajahnya.

"Tuan Force, kami sudah melakukan semua perintah anda." Book mendengar samar suara pria lain mendekat pada pria yang membawa tubuhnya. Book berusaha untuk tetap terjaga namun tubuhnya terasa begitu lemas tak berdaya.

"Kerja bagus, bereskan seperti biasanya." Ucapnya dengan tegas. Book tidak bisa mendengar dengan jelas hingga Book tak sadarkan diri di dalam dekapan pria itu.

Bersambung

Leave your vote and comment. Thank you.

Dangerous AffectionWhere stories live. Discover now