E

779 49 7
                                    

Pria tampan itu menatap paras cantik Book dan sempat terpaku dibuatnya. Suara Book yang halus menyadarkan dirinya dari lamunannya.

"Oh, terimakasih. Kalau begitu tunggu sebentar, aku akan memesan." Ucap pria itu dengan gugup dan Book tersenyum ramah dengan semestinya saat melayani pelanggan.

Book sempat menunggu pria itu memutuskan menu apa yang akan dipesan. Tak perlu waktu lama ia memilih karena tujuan utamanya untuk berkunjung ke kedai mie tersebut adalah untuk bertemu dengan seseorang.

"Aku pesan satu porsi pad thai saja." Ucapnya sambil tersenyum dan ia memesan satu gelas air mineral. Book mencatat pesanan itu dengan segera lalu ia meminta pelanggan yang baru datang itu untuk menunggu.

Kedua mata pria itu terus memperhatikan Book, ia berpikir apakah seseorang yang bernama white bunny itu adalah dirinya. Dari fisiknya, Book memang cocok untuk seseorang yang menggunakan username tersebut karena dari fisiknya yang berkulit putih, suaranya yang lembut dan parasnya yang sangat cantik. Apalagi Book mengenakan sebuah kacamata sesuai dengan ciri-ciri yang pernah disebutkan. Tapi ia mulai tidak yakin saat ia tersadar jika orang yang ia maksud mungkin sudah memiliki suami karena ia bekerja dalam kondisi sedang mengandung.

Pria itu nampaknya tidak ingin menyerah, ia memperhatikan semua pelayan yang berada di kedai tersebut. Karena aplikasi yang ia gunakan adalah aplikasi kencan anonim sehingga ia tidak tahu semua tentang teman kencannya itu, bahkan ia tidak tahu jika white bunny adalah seorang pria atau wanita.

"Nam, kau layani meja nomor 15 ya." Ucap seorang pelayan laki-laki pada pelayan bernama Nam.

Pria itu menatap pelayan bernama Nam itu dengan seksama. Ia berpikir apakah dia adalah seseorang yang ia cari?. Nam juga memiliki ciri-ciri yang pas dengan seseorang yang bernama white bunny. Apalagi ia juga menggunakan sebuah kacamata.

Dering ponsel di tasnya membuat dirinya sedikit tersentak, ia meraih ponselnya tersebut dari tasnya. Ia mengeceknya dan itu adalah sebuah pesan dari temannya yang bernama Pond.

Joong, bagaimana kencanmu?. Apa kau sudah bertemu dengannya?.

Pria tampan bernama Joong itu sempat ragu untuk membalas. Karena sebetulnya tadi ia sempat membuat taruhan dengan temannya yang bernama Pond itu. Mereka bertaruh dengan Pond yakin jika Joong akan gagal lagi dalam kencannya.

Beri aku dulu waktu, aku belum menemukannya.

Jawab Joong untuk sementara ini dan ia tahu jika Pond akan menertawakan dirinya.

Sudahlah Joong, kau menyerah saja. 500 baht untukku.

Joong menghembuskan nafasnya kasar, dan ia tetap membalas ocehan temannya itu.

Tunggu saja, aku pasti yang akan menang taruhannya.

Jawab Joong dengan pasti padahal dalam hatinya ia tidak yakin akan kemenangannya dalam bertaruh. Sebelumnya ia memang sempat berbincang akan hal ini bersama temannya, dan reaksi temannya itu sempat menertawakannya. Temannya bilang untuk apa mempercayai seseorang dari aplikasi seperti itu, karena kebanyakan hanya scammer. Apalagi ini bukan pertama kalinya bagi Joong untuk bertemu dengan teman kencan secara anonim seperti ini, dan itu pertemuan yang selalu berakhir dengan kegagalan. Pond menganggap bahwa Joong tidak belajar dari pengalamannya.

"Silakan tuan, ini pesanan anda." Suara yang lembut itu menyadarkan dirinya kembali, Joong menatap paras cantik pelayan itu hampir tidak berkedip.

"Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?." Pelayan itu sepertinya menduga jika Joong masih ingin perlu bantuannya.

Dangerous AffectionWhere stories live. Discover now