Haidar berkedip pelan, lalu membalas sapaan mereka berdua dengan satu kalimat singkat.
"Gue, Haidar."
Dua perempuan itu berkedip lucu, merasa aneh dengan Haidar yang berusaha terlihat jutek namun malah jadi menggemaskan. Mereka jadi paham, kalau Haidar ini sepertinya bukan orang yang mudah bersosialisasi dengan baik. Mereka berdua jadi tertawa terbahak mendengar jawab sapaan dari Haidar.
Sedangkan, belum selesai tawa mereka berdua berhenti; satu rombongan berisi enam laki-laki memasuki ruangan kelas ini dengan suara-suara yang cukup berisik.
"Weh, untung dah kita sekelas, hahaha. Gue udah males banget kalau disuruh join sama Jordi dikelas IPS2. Isinya repot semua!" Jelas salah satu siswa dengan wajah jenaka namun tetap mempesona diwaktu yang bersamaan.
Kemudian, mereka yang berisi enam orang tersebut kembali tertawa terbahak-bahak mendengar salah satu lelucon setelah obrolan tidak penting mereka. Dengan begitu, semakin membuat mereka tampak dengan jelas akan jadi orang yang mendominasi kelas ini selama dua semester nanti.
Salah satu dari mereka menyadari bahwa dikelas ini ada tiga orang yang sudah lebih dulu menunggui didalam kelas.
"YAELAH, KETEMU YASMIN LAGI." Sesal salah satu laki-laki dengan paras yang lembut, jenaka namun memiliki sifat yang tengil.
"Lo pikir, gue gak bosen ketemu lo mulu? Dasar Malikul Mariadi!" Semprot Yasmin, membalas seruan sesal laki-laki yang ia panggil Malikul tadi.
Yang dipanggil Malikul itu tertawa terbahak diikuti oleh teman-temannya yang lain. Malik yang selalu mendapat panggilan nyeleneh itu senang sekali menjaili teman-temannya, meskipun ia akan berakhir diolok-olok setelahnya. Malik memilih untuk menghiraukan semprotan Yasmin dan berjalan ke bangku paling belakang, tempat favorite mereka.
Sedangkan Haidar, ia memilih untuk berusaha tidur saja. Ia malas harus meladeni banyak orang hari ini.
"AAAAAA, akhirnya! Hai semua! Ning-ning is here, omaga!" Satu perempuan datang diikuti oleh dua laki-laki kurus yang lebih pendiam. Yang lain hanya mengeryitkan dahi, membiarkan perempuan itu bersikap sekenanya saja untuk hari ini. "Yaampun, gue ketemu Jeje lagi," lanjutnya melihat salah satu laki-laki yang ia kenal di gerombolan bangku paling belakang itu.
"Yes, Ningsih, sekelas lagi kita!" Balas laki-laki yang dipanggil Jeje dengan wajah sumringah.
"Jeje, Ning-ning! Not Ningsih, ih." Jawab perempuan itu galak. "Lo lupa ya, nama gue Ning-ning kalau disekolah," lanjutnya.
Jeffry atau yang tadi dipanggil Jeje terbahak mendengar balasan yang sudah bisa ia tebak akan selucu itu. Laki-laki itu senang sekali menggoda Ningsih dengan memanggil nama asli perempuan itu, agar si Ningsih marah dan bersikap menggemaskan seperti tadi.
Sedangkan dua laki-laki yang dibelakang Ning-ning tadi sudah duduk dibangkunya masing-masing dan memilih mengikuti jejak Haidar; tidur.
"He, Ning, temen lu yang lain mana deh? Kenapa cuma si Jimmy sama si Ryan doang," tanya Malik yang heran, hanya melihat dua manusia pendiam itu datang bersama Ning-ning.
"Oh, yang lain masih belom nyampe kayanya." Jawab Ning-ning.
Setelah jawaban itu, keseluruhan anak-anak dikelas tersebut sibuk dengan dunia mereka masing-masing. Ada yang mengobrol dengan teman yang sudah mereka kenal, atau tidur, atau bermain handphone.
Bel masuk pun berbunyi, diikuti dengan sisa-sisa anak yang belum sempat masuk tadi. Mereka duduk dibangku yang masih tersisa dan berusaha mengawali pagi pertama setelah libur panjang dengan ceria.
YOU ARE READING
The Clown Class
Teen FictionHaidar tidak mengerti, mengapa ia harus dimasukkan kedalam kelas amburadul ini. Apalagi diberi beban menjadi ketua kelas yang berisi manusia-manusia badung dan tidak jelas, tentu saja membuat Haidar frustasi. Namun, perlahan ia berusaha menerima- ke...
Prolog
Start from the beginning
