Empati

6 3 0
                                    

⋇⋆✦⋆⋇ 

Bangku kayu berwarna coklat tengah menjadi saksi perbincangan antara anak dan ibu di ruang tamu. Reno duduk berhadapan dengan sang ibu namun Reno enggan menatap kedua mata yang dulu sangat Reno cintai.

"Ren"

"To the poin aja mah, mamah mau aku setuju buat perjodohan itukan mah? Reno udah nolak kenapa mamah sama papah terus nyuruh Reno buat iyain itu semua? Mamah tau sendiri siapa Sadira bagi Reno dulu? Dan sekarang Sadira siapa buat Reno?" Ucap Reno

"Masa lalu biarin berlalu Ren, Sadira juga gak akan begitu lagi" Ucap mamahnya

Reno tersenyum nanar mendengar ucapan yang keluar dari wanita yang sangat ia cintai. Benar, tidak ada yang mengerti perasaan kita kecuali diri kita sendiri, kali ini Reno percaya itu.

"Iyakah mah? Reno gak percaya, sekali lagi Reno menolak" Ucap Reno

"Reno, mamah gak pernah minta apapun dari kamu mamah cuman mau kamu segera punya pendamping hidup sebelum mamah gak ada, apa itu salah Ren?"

"Reno tau tapi gak dari perjodohan apalagi itu Sadira mah, mamah ngertiin Reno sekali aja mah Reno mohon"

"Mamah selalu ngertiin kamu Ren kamu yang gak pernah ngertiin mamah, mamah kurang apa Ren? Mamah sayang sama kamu makannya mamah mau kamu segera dapet istri"

"Mamah mohon kabulin permintaan mamah sebelum mamah gak ada"

Seperti tersambar petir di dalam rumah yang dulunya sangat teduh menjadi sangat panas karena sebuah konflik. Mendengar itu Reno seakan menjadi anak durhaka, Reno merasa sudah menyakiti hati ibunya tapi mau bagaimana lagi?

"Maaf mah permintaan mamah ini gak bisa Reno kabulin" Ucap Reno dan pergi dari rumah begitu saja.

"Reno! Reno!"

***

Pagi yang berbeda bagi Dara, bagaimana tidak? Hari ini dia akan merasakan lembur sampai malam karena kemarin dia memutuskan mengambil cuti agar bisa masuk kelas offline.

"Lesu amat" Ucap Bella

"Gue lembur hari ini" Ucap Dara

"Jam berapa pulang?" Tanya Hana

"Entah"

"Bawa kunci" Ucap Hana

"Hm"

"Amira belum bangun?" Tanya Bella

"Biarin aja dulu kalo laper pasti keluar, jangan di tanya-tanya dulunya kalo dia mau cerita dia pasti cerita buat hari ini biarin dia sendiri dulu" Ucap Hana

"Oke deh" Ucap Bella

Berangkat dengan berjalan kaki sudah menjadi rutinitas bagi Dara dengan mendengarka musik favoritnya yang terdengar lewat earphone menjadi penyemangat bagi Dara.

"Nek aku mau ini"

"Iya neng ambil"

Seperti biasa Dara membeli kue basah di tempat biasanya setelah ia melanjutkan perjalanannya menuju kantor.

"Dara?"

Dara menoleh dan melepas satu earphone yang masih terpasang di telinganya netranya mendapati sosok Reno tengah berdiri di hadapannya dengan sebotol air minum.

"Pak Reno"

"Mau ke kantor?" Tanya Reno

"Iya Pak" Jawab Dara

"Saya boleh ikut?" Tanya Reno

"Ke kantor saya?" Tanya balik Dara

"Hm, saya sekalian mau ke temen saya"

"Ouh boleh pak"

Akhirnya mereka berjalan berdua beriringan menuju kantor, sesekali ada obrolan entah itu mereview sebuah bangunan, menceritakan masalah kampus, dan lain sebagainya.

"Saya izin ke atas ya pak" Ucap Dara

"Iya Dar, semangat"

"Makasih pak, mari"

Dara pergi menuju lantai 2 membiarkan Reno berdiri di meja informasi untuk menanyakan jadwal teman yang akan ia temui.

"Reno"

Sang pemilik nama menoleh,betapa sakit hatinya setelah melihat sepasang bola mata yang tengah ia pandang. Dulu ia sangat mencintai sepasang bola mata indah itu kini ia enggan melihatnya karena sebuah luka yang pemiliknya ciptakan.

"Ada yang mau saya omongin" Ucap Reno

"Ouh boleh, kita ke kantin?" Tawar Sadira

Reno hanya mengangguk saja tanpa suara,Sadira langsung berjalan menuju kantin diikuti oleh Reno dibelakang. Tidak ada percakapan di antara keduanya,mereka berdua memilih saling menyimpan argumen masing-masing.

Sampai dimana Reno membuka suara setelah mereka mendapatkan tempat untuk berbincang.

"Saya harap kamu bisa batalkan perjodohan kita" Ucap Reno to the poin

"Tiba-tiba?"

"Sejak awal saya tidak pernah setuju"

"Kenapa? Bukannya ini takdir ya? Anggap aja ini penempatan janji kita dulu Ren"

"Janji? Terlalu banyak janji sampai saya lupa" Sarkas Reno

"Sorry Ren"

"Maaf saja tidak cukup Dira, luka yang kamu ciptakan membuat saya enggan membuka hati untuk siapapun termasuk kamu"

"Aku tau Ren, aku minta maaf walau itu gak akan cukup"

"Itu kamu tau, mungkin akan cukup kalo kamu membatalkan perjodohan itu Dira"

"Ren, kamu gak kasian sama mamah? Mamah mau... "

"Jangan hiraukan mamah saya, bahkan saya sebagai anaknya saja tidak setuju kamu yang tidak mempunyai hubungan darah saya harap diam, jangan ikut campur terlalu dalam, urusan saya mendapatkan pendamping hidup atau tidak bagaimana nanti dan urusan mamah saya akan hidup atau tidak itu urusan Tuhan, memangnya jika saya menikah dengan kamu mamah saya akan berumur panjang? Beratus tahun hidup? Tidakkan? Jadi untuk apa saya menikah dengan kamu jika itu semua tidak terjadi. Saya harap kamu jangan terlalu berempati pada siapapun Dira" Jelas Reno

"Sekali lagi saya bilang tidak ya tidak jangan berharap saya akan menarik ucapan saya ini Dira" Ucapnya dan pergi begitu saja.

Sadira hanya menatap punggung yang perlahan menghilang karena jarak yang mengikis nya. Entah kenapa dadanya terasa begitu sesak setelah mendengar semuanya.

"Terlalu dalam luka yang aku kasih Ren? Sampai kamu enggan menikah dengan aku? Wanita yang dulu sangat kamu cintai?" Monolognya.

⋇⋆✦⋆⋇ 

The love that comes in AugustDove le storie prendono vita. Scoprilo ora