32. Darah di Tangannya

44 3 0
                                    

Tak henti-hentinya Aruna bertanya apa suaminya merasakan sakit pada lukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak henti-hentinya Aruna bertanya apa suaminya merasakan sakit pada lukanya. Nathan tidak mampu menahan gelak tawanya, sebab Aruna tak pernah sekhawatir ini, sampai ia mengenakan sandal yang berbeda antara kanan dan kiri.

"Kamu ketawa terus! Aku ini khawatir, Na!" Aruna memberengut.

"Iya, Sayang. Saya tau kamu khawatir. Tapi kamu beneran lucu banget." Dia meraih tangan sang kekasih dengan hati-hati. Netranya menatap lurus wajah perempuan itu. "Makasih, karena sudah khawatir."

Tiap hal kecil yang Nathan lakukan mampu menggetarkan hatinya. Senyuman merekah tanpa mampu ia tahan lagi. Belum pernah Aruna merasa dicintai begini.

"Jangan diliatin terus! Aku salting tau!" Aruna mengalihkan pandangannya pada jendela.

Keduanya saling tertawa setelah itu. Nathan kemudian melihat bayangan sang supir dari kaca. Ada sedikit rasa heran, sebab ia terus melihat ke arah belakang. Nathan juga menyadari jalan yang mereka lalui berbeda dari biasanya.

"Apa Jian udah atur tempat yang aku minta buat bulan madu di hari ini?" gumamnya. Pasalnya beberapa hari lalu Nathan memang minta Jian untuk membantunya mengatur bulan madu mereka. Tapi bukankah Jian tahu dia habis terluka.

"Kenapa, Na?" Nathan menggeleng seraya tersenyum.

Ponselnya tak lama berdering. Telepon masuk dari Jian. Secara tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi berjalan dengan kecepatan tinggi dan menggila di jalanan yang kosong. Aruna sama terkejutnya.

"Kak! Supir itu bukan orang kita!" ujar Jian lewat telepon. Mata Nathan melebar.

"Na! Ada apa?" Aruna menggenggam erat tangan Nathan, merasa takut dan khawatir.

Alih-alih menjawab ucapan Aruna, Nathan sibuk memikirkan cara untuk menghentikan laju mobil itu.

"Siapa yang kirim lo?!" Supir tersebut hanya tertawa. "Jawab!" Nathan mengeluarkan pistol dari sakunya. Senjata api dengan jenis Ruger GP100 itu sudah lama menemani Nathan. Pistol yang bisa menjadi alat melindungi diri dalam keadaan darurat seperti sekarang. Dia mengancam orang tersebut dengan cara menodongkannya.

"Gue gak takut sama pistol itu, karena kalau gue mati, kalian juga bakal mati."

Nathan terdiam, sebab ia benar, mobil ini kini tengah dibawa dengan kecepatan tinggi dan menggila hingga bisa saja mobil mereka mengalami kecelakan. Tidak memungkinkan pula untuk keluar dari mobil. Ia lantas menjauhkan pistolnya itu dari kepala sang supir misterius.

"Mau bawa kemana?" tanya Nathan berusaha tenang.

"Ke orang yang beri perintah semua ini," jawabnya.

Aruna menarik lengan baju Nathan. "Una, kamu percaya sama saya, kan?" Nathan berusaha meyakinkan istrinya yang sudah berderai air mata ketakutan.

Ini adalah alasan Nathan tak mau wanitanya terlibat lebih jauh. Sebab Aruna juga akan menjadi target mereka-mereka yang membencinya. Mereka yang mencoba membunuh Nathan berkali-kali.

This All Goes to You 3 | JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang