Prolog

1.5K 116 3
                                    

Kita besarin cerita yuk, silahkan komen dan vote.

Hujan turun begitu deras dan lebat. Bahkan disertai suara guntur dan petir. Tak lama lampu pun mati. Bersamaan dengan suara petir lagi.

Seolah terjaga, mata tajam seseorang yang terlelap mendadak terbuka. Gelap menyambut penglihatannya. Tubuhnya secara otomatis terduduk.

"Sial." ucapnya mendesis. Kakinya dengan cepat menyentuh lantai marmer yang dingin tanpa di balut sendal. Pergerakannya begitu cepat seolah ada sesuatu yang menarik diri untuk bersikap seperti ini.

Menghidupkan flash dari kamera ponsel sebagai penerang. Ia menerobos hujan begitu saja tanpa berpikir apapun.

Isak tangis teredam oleh lutut. Tubuhnya meringkuk memeluk kaki. Disudut kamar. Ketakutan menjalar pada hati dan pikirannya.

"Hiks... Mama... Papa..." suara itu begitu menyayat. Lirih, seakan semua tenaga sudah terkuras habis menyisakan suara lemah itu.

Suara guntur kembali terdengar. Tubuh mungil itu terperanjat dengan suara tangis semakin keras. Ia benar-benar takut pada hujan yang berpetir. Serta kegelapan.

"Kak Gama.." berharap nama yang ia sebut bisa mengatasi kegelisahan dan ketakutan dalam diri.

Sampai dimana tubuh mungil itu bersinggungan dengan kulit dingin. Kepalanya mendongak dan meraung keras.

"Sssstt... " desis seseorang, Gamara adalah pelakunya, ia merekatkan sebuah pelukan untuk tubuh ringkih di hadapannya.

Tubuhnya terhuyung cukup kencang, untung ia bisa menyeimbangkan tubuhnya sehingga tidak jatuh. Sepasang tangan lembut itu merangkul lehernya. Menyembunyikan ketakutan di balik pelukan hangat ini.

"Kakak... Hiks.." isaknya kembali.

Tidak memberikan balasan apapun, Gamara lebih mengeratkan pelukannya, mencoba memberi kehangatan walau diselingi hawa dingin dari kulit yang terkena derasnya hujan.

Cup

Ia memberikan kecupan berulang pada sisi kepala gadis di dekapannya. Gadis cantik yang selalu membuatnya bertindak di luar pikiran. Gadis yang selalu membuatnya tidak bisa untuk tidak peduli.

Denting notifikasi dari ponselnya membuat lamunan itu buyar.

Tumpukan kertas berisi dokumen-dokumen penting perusahaan terlihat sedikit berantakan diatas meja kerja. Si pemilik tampak enggan merapikannya, selaras dengan tatanan kemeja yang sedikit lecek.

Gamara's Where stories live. Discover now