CHAPTER VII : FAKTA

Start from the beginning
                                    

Trus, kapan Flo?. Mungkin tidak pernah, atau... memang tidak akan pernah.

Sebenarnya dia bisa menyaingi adiknya itu, tapi, dia punya alasan tersendiri tidak melakukan itu. Dia bukan Veera.
Ya. Karna Flora bukan Veera.

Flo merubah posisinya menjadi duduk. "Dari awal, Flo gak pernah bersaing sama dia, Ra." Ia berhadapan dengan Rora. "Buat apa coba nilai akademik dan non-akademik tinggi, tapi wawasan trennya rendah, percuma, kan?...... Di dunia ini, kita harus mengimbangi segala hal, itu penting. karna ketika kita cuma fokus pada satu titik yang selalu kerasa gelap. Kita gak akan pernah tau kalo ada titik lain yang memancarkan cahaya terang."

Rora mengangguk tersenyum.
Tidak, dia tidak pernah merasa kalau Flo bodoh karena membiarkan adiknya menguasai semua yang berkaitan di rumahnya.
Karna Rora tahu. Flo pintar, dalam segala hal.
Cuma yaa.... Childish doank.

Rora menghela nafas. "Yang gue butuhin dari orang tua gue juga cuma perhatian. Soal biaya?. Bodo amatlah, gue bisa ngehasilin duit sendiri. Followers gue banyak!" Rora sedikit berteriak di akhir kata. Seolah ia ingin kedua orang tuanya mendengar hal itu. Supaya mereka mengerti.

Hening.

Tiba-tiba saja Rora dan Flo tertawa-entah apa yang lucu. Mungkin...hidup mereka?.

Sky yang melihatnya, hanya tersenyum miris. Begitulah kira-kira kisah para sahabatnya yang berakhir terkenalnya mereka dengan sebutan ' biang onar dan ratu bullying sekolah '
Keluarga. Itulah sumber masalahnya.

Tak terkecuali dengan 'Azasha Levanny'. Cewek jutek, tomboi, plus terkenal suka tolak cowok-cowok cakep ini. Juga punya masalah.

Bedanya. Ketika ketiga sahabatnya masih memiliki kedua orang tua yang utuh-tidak berpisah, dia sama sekali tidak.
Alasan utamanya menjadi nakal adalah karena keegoisan orang tua.

Mama dan papa, mereka berpisah. Meninggalkan anak perempuan berusia 8 tahun yang masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Sangat butuh.

Tak ada satu pun dari mereka yang membawa Zasha.
Zasha kecil yang tidak tahu apa-apa, akhirnya diasuh oleh Om dan Tantenya. Diberi tempat tinggal yang layak, makan dan minum, fasilitas yang selalu mencukupi, dan kasih sayang, layaknya mencintai anak sendiri—Yang bahkan, tidak pernah Zasha rasakan dari kedua orang tua kandungnya.

Zasha bahagia, Sangat bahagia. Bisa menemukan orang hebat seperti Om dan Tantenya. Tapi, ada yang salah.

Zasha benar-benar sadar akan hal itu. Ia tidak pernah mengelak ketika hati kecilnya bergejolak. .
Ia membutuhkan mereka. Butuh kasih sayang mereka. Butuh mereka ada disisinya. Mau seberengsek apapun mereka, tetap saja, Zasha rindu. Merindukan mama dan papa.

Zasha menutup kedua mata. Dia selalu kuat terhadap apapun. Namun nyatanya, dirinya yang terlihat baik-baik saja itu, hanyalah kamuflase dari hatinya yang selalu sakit mengingat keluarganya yang hancur.

Beberapa saat sibuk dengan pemikirannya, Zasha langsung mengerjap. Baru teringat sesuatu.
"Sky...." Zasha bangkit dan duduk berhadapan dengan Sky. "Kan, di chat-an itu lo ngakunya cowok. Nantangin si Alex sgala lagi. Trus, yang jadi pacar gue siapa?, Lo kan tau kalo gue jomblo, Sky." Tutur Zasha tanpa jeda.

"Gampang, sewa aja si 'susu clevo'." Celetuk Rora.

Zasha dan Sky menatapnya. Hendak menjawab Rora, sebelum.. sang pacar dari cowok yang dimaksud, menyahut.

"Enak aja!, Nanti kalo ayang Cle jatuh trus lecet gimana?" Marah Flo.

"Ya gampang. Buang aja. Ganti yang baru." Santai Rora.

Langitnya Bintang Where stories live. Discover now