[5] Ravishing 21+ -END-

5.4K 99 9
                                    

-------------------------------------------------------------------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------------------------------------------------------------------

Jeonghan langsung keluar dari kamarku dan menuju kamarnya. "Anak Eomma, kau tidak apa?" tanya Eomma khawatir. Sorot mata Eomma yang kembali muncul seperti saat mengetahui bahwa aku adalah korban bullying. "Eomma? Tahu darimana?" tanyaku balik.

"Teman-temanmu menghubungi Eomma dan meminta Eomma untuk memastikan bahwa kau baik-baik saja. Kau mau homeschooling saja?" tawar Eomma. Hati kecilku sangat ingin mengiyakannya. Tapi aku juga tak ingin kehilangan kesempatanku sekali lagi untuk ikut perlombaan itu.

Aku juga tak ingin semakin jauh dengan Dokyeom dan Seungcheol. "Bolehkah aku mencoba untuk masuk sekolah dulu esok hari? Jika aku tidak kuat dengan situasinya maka aku memilih homeschooling saja".

Langkah kakiku berat sebenarnya untuk menyusuri jalan menuju luar perumahanku. Aku semalaman tidak bisa tidur takut dengan segala hal yang berkemungkinan harus aku hadapi saat disekolah. Diujung jalan aku melihat Seungcheol tengah bersandar pada tiang lampu.

Ia menatap jam dan terlihat mondar mandir khawatir. Setelah memantapkan hati, aku sedikit mempercepat langkahku untuk menemui Seungcheol. Ternyata disana juga terdapat Dokyeom dan Jeonghan. "Hey, maaf aku kesiangan" ucapku lirih.

Ketiga pria yang didepanku menatapku kaget. Tanpa ragu, Dokyeom memelukku erat dan tangannya mengelus kepalaku. "Kau tak apa? Kau tau aku khawatir setengah mati" suara Dokyeom bergetar. Seungcheol juga menatapku lekat, aku bisa melihat kantung matanya dengan jelas.

"Mianhae, aku mengabari Eomma mu tanpa pikir panjang. Karena menurut kami kau pasti sangat butuh keberadaan Eomma mu" jelas Seungcheol. Selama dijalan, aku berkali-kali meminta maaf karena merahasiakan semuanya dan menyebutkan alasannya. Berkali-kali juga mereka mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah malu.

Kini kami ber empat tiba di gerbang sekolah, aku menghela nafas panjang dan menginjakkan kakiku kedalam sekolah. "Eh itu bukannya Y/N?" ucap seseorang. Aku sudah siap mendengar apapun itu, bahkan jika mereka jijik padaku aku sepertinya akan menerimanya.

"Kau tahu, Jieun sangat gila hanya karena Jeonghan tak mau dengannya. Ia sampai mengungkit trauma orang lain". "Tapi Y/N sangat berani karena tetap datang ke sekolah, aku tak yakin jika aku diposisinya apakah aku masih bisa hidup hingga saat ini". "Katanya Y/N yang terpilih sebagai perwakilan public speaking, aku akan mendukungnya tanpa ragu".

Situasinya berbeda dari yang aku pikirkan. Tatapan Dokyeom, Seungcheol, dan Jeonghan terlihat bahagia dan bangga. "Jadi kau tetap mau melanjutkan lombanya kan?" tanya Jeonghan. Tanpa ragu aku menganggukkan kepalaku.

Semua orang akhirnya mengenalku, namun bukan sebagai korban yang menjijikkan. Tapi mereka menganggapku sebagai orang yang berani menghadapi semuanya. Perlombaan public speaking telah aku laksanakan dengan seluruh hatiku. Dan kabar baiknya aku dan Jeonghan mendapat juara 2. Aku tak tahu lagi mengenai Jieun, tapi terakhir kali aku mendengar kabarnya ketika ia dipanggil untuk menghadiri rapat komite sekolah. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seventeen's AppetenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang