[4] Vieux Jeu 18+

9.8K 249 8
                                    

------------------------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

------------------------------

Bagian kanan dressku basah dan aku terdiam sesaat. Tanganku menyentuh air yang membasahi dressku dan bernafas lega setelah tau itu hanya teh dingin tanpa gula. "Ya! Kau berkata padaku tak mau berpacaran tapi malah dengan gadis jalang ini" pekik seorang wanita. Aku berdiri dan membalikkan badanku. Seorang gadis dengan tampilan sangat feminim berdiri didepanku. "Kau sedang apa disini?" tanya Joshua.

"Permisi, tapi dimana sopan santunmu? Kalau kau ada masalah dengan Joshua Sunbae bicarakan saja baik-baik. Kau kira sopan menyiram air pada orang yang tak kau kenal dan mengatakan orang itu jalang?" ucapku. "Apa kau jika bukan jalang? Kau menggoda Joshua dan menempel padanya" jawabnya. 

"Bagaimana jika aku mengatakanmu penguntit gila tak punya tata krama dan tak punya kegiatan? 15 menitmu yang kau buang untuk menyiramku teh dan berdebat seperti ini dapat kau gunakan untuk berpikir bagaimana caranya agar kau bisa pantas mendapatkan Joshua secara benar". Ia terdiam dan wajahnya merah padam. mulai mundur saat aku menghampirinya. "Lain kali tanyakan baik-baik. Tangan dan mulutmu perlu dilatih agar tidak seringan itu" aku menegaskan itu tepat didepannya.

Setelahnya aku langsung meraih tasku dan menuju kamar mandi. Dilihat dari bagaimana Joshua meresponnya dengan santai, sepertinya gadis itu bukan seseorang yang terlibat sangat dalam dihidupnya. Aku keluar dan menemukan Joshua tengah menungguku. Jasnya sudah ia lepas dan ia pegang. "Ah, Mianhae apa bajumu lengket?" tanya Joshua.

Aku menggeleng "Tidak, kalau kau terburu-buru kembali kerja duluan saja aku bisa minta jemput temanku" kataku. Ia memakaikan jasnya ke pundakku dan merapikannya. "Ku antar pulang, lagipula meetingku diundur satu jam" ucapnya. Setelah memasuki mobil dan memasang seatbelt, Joshua menancap gas mobil hitamnya.

"Tadi adalah salah satu kolega kerja ku, ia dikenalkan sebagai partner bisnis awalnya. Tapi Appa memintaku untuk sekalian mencoba bertemu dengannya lebih dari itu" jelas Joshua tiba-tiba. Ia terlihat sangat tenang dan masih fokus menatap jalanan. "Aku hanya bertemu dengannya untuk 3 hari, dari caranya bersikap sudah terlihat ia orang seperti apa. Aku juga menjelaskan kepadanya alasanku hanya ingin menjadi partner bisnis" imbuhnya.

"Ya aku tahu ia separah apa, tapi aku tak tahu jika ia sampai menyiram seseorang seperti itu". "Tak masalah, untung saja tadi hanya teh tanpa gula" kataku. Joshua menghembuskan nafas lega "Kalau kau tak suka terlibat lagi denganku, aku akan bilang Appa" ucapnya. Aku teringat ancaman Appa tentang aku tak boleh melakukan hal yang ku suka jika tak mencobanya selama satu minggu.

"Oh kau bilang belum pernah makan tteokbokki disebrang kampus bukan? Bagaimana kalau besok kita makan disana" ajakku. Beberapa detik kemudian aku menyesali sikapku seakan-akan menyayangkan jika semuanya selesai. Padahal aku hanya ingin membuat butikku sendiri. Impian yang ada sejak aku di bangku SMP. "Boleh, aku selesai meeting besok pukul 3 sore" ucap Joshua.

Seventeen's AppetenceWhere stories live. Discover now