tujuh

1 1 0
                                    

Aku menelan ludah. Lama-lama, perubahan ini makin terasa aneh. Kalau aku berpindah dengan rohku, bisa kulihat atmosfer kelas yang seperti kemerah-merahan.

Bermunculan juga beberapa mahluk baru yang tak pernah kulihat sebelumnya. Baru-baru ini, aku malah menemukan sesosok mahluk mirip rusa yang warnanya putih berkilau. Tanduknya besar dan cantik. Namun, sosok itu justru membuatku ngeri karena aku belum pernah melihat jenis ini.

Apa yang sedang terjadi?

"Kriiing...!!!"

Bel pulang berbunyi. Teman-temanku sontak bersorak senang, mereka buru-buru memasukkan buku kedalam tas.

"Baik anak-anak, lanjutkan tugas kalian dirumah. Minggu depan dikumpulkan. Selamat sore, hati-hati di jalan."

"Selamat sore, pak!!"

Dengan tertib, kami sekelas bergantian mencium punggung tangan guru kami. Mungkin karena besok libur, semua orang antusias sekali untuk pulang.

"Kalian duluan, ya." Kata Nuri, membuat kami berhenti di persimpangan. "Aku ada jadwal latihan rutin,"

"Oh, oke. Duluan, ya!" Risa mengangkat tangannya, ia dan Nuri sempat melakukan tos sebelum berpisah.

"Sabtu besok, main kemana ya?" tanya Tutik. Aku hanya mengedikkan bahu, menoleh pada Risa.

"Aku nggak bisa main ..." Risa tersenyum. "Sebenarnya ..."

"Ada janji, sama pacarku ..." Tutik menyambung kata-katanya. Risa yang mendengarnya tertawa, mengangguk.

"Kamu jangan lupa sama kita, lho. Setelah pacaran malah jarang main,"

"Iya, maaf ya. Aku cuma ... manfaatin waktu. Soalnya beberapa hari lagi dia ada lomba di luar kota,"

"Dimana?" tanyaku.

"Di Jember. Acara pameran karya Ilmiah. Kurang lebih tiga hari, sih." Jelas Risa.

"Duh, susahnya punya pacar ambisius," Tutik bergumam pelan. Risa lagi-lagi tertawa kecil menanggapinya.

"Eh!" aku menepuk dahiku, teringat sesuatu. "Kalian duluan saja dulu!"

"Loh, mau kemana?!" tanya Risa, meninggikan suaranya ketika melihatku berlari.

"Aku janjian sama temaan!!"

Aku berlari melewati lorong. Tujuan utamaku adalah aula dua. Sore hari seperti ini, biasanya tempat itu dialih fungsikan menjadi tempat latihan.

***

"Ada apa?"

Aku mengusap keringat di bawah poniku.  Sementara Adi menyambutku dengan tatapan dingin di ruang latihannya. "Aku sudah bilang, aku sibuk."

"Iya, aku tahuu ..." aku melangkah masuk kedalam, duduk di sembarang tempat. "Aku cuma tanya-tanya sebentar. Kamu bisa lanjut latihan kok, sambil jawab."

Dia menghembuskan napas pelan, melanjutkan latihannya. Sejauh yang kulihat dia hanya menendang-nendang angin.

"Kira-kira, apa yang membuat dunia seberang bisa berubah-ubah?" tanyaku.

"Kenapa tanya begitu?"

"Ya karena aku nggak tahu, apalagi?" balasku, sedikit ketus.

Dia berhenti sejenak, mengambil posisi kuda-kuda. "Karena energi,"

"Energi?"

"Mahluk-mahluk itu terpengaruh oleh energi kita. Ibaratnya, kalau ada orang marah tanpa alasan ke kamu, pasti kamu terpancing marah juga, kan?"

The ExterminatorWhere stories live. Discover now