Gwenn terus mengelus puncak kepala Akiro, setia menunggu hingga pria itu sudah dalam keadaan yang lebih stabil untuk ia ajak bicara.

Terjebak dalam keadaan terpuruknya saat ini, Gwenn menyadari betapa susahnya bagi Akiro untuk mengontrol emosinya. Akiro sudah berusaha kuat untuk sampai pada posisinya saat ini dan dia terbukti berhasil.

"Aku berjanji tidak akan meninggalkanmu lagi," ujar Gwenn serius., berharap kalimatnya itu dapat memberikan kekuatan kepada Akiro.

"I am glad you are here now Gwenn," bisik Akiro pelan setelah sekian lama tenggelam dalam keheningannya sendiri.

Akiro benar-benar berada pada titik terendahnya sekarang.

—-

Hari berganti malam dengan cepat, Akiro yang masih tampak tidak dalam kondisi terbaiknya akhirnya tertidur ditemani Gwenn untuk menggantikan tugas James dalam menjaga Akiro. Ternyata pria itu dirawat di rumah sakit sejak dua hari yang lalu-tepat sehari setelah kejadian menggemparkan di pesta Richard- dengan alasan demam tinggi diikuti sekujur tubuhnya yang bergetar hebat, pria itu bahkan sempat mengalami pusing yang berkepanjangan mengakibatkan James harus memapahnya karena takut sewaktu-waktu Akiro bisa pingsan.

Akiro melarang keras James untuk menghubungi Gwenn dengan alasan kalau pria itu ingin memberikan jeda bagi Gwenn untuk menghadapi semua fakta yang baru saja ia utarakan. Bagaimanapun, Akiro telah membohongi Gwenn selama ini dan wanita itu pantas kecewa karenanya.

Gwenn menoleh saat pintu ruang inap Akiro terbuka, disusul dengan kedua rena Akiro yang tadinya terpejam erat perlahan mengerjap terbuka. Setelah suster selesai mengganti infus dan memastikan perkembangan kondisi Akiro, seorang pegawai rumah sakit masuk setelahnya untuk mengantarkan makan malam mereka.

Secara otomatis dan telaten, Gwenn segera menaikkan kasur Akiro dan meraih sebuah bantal untuk membantu Akiro dapat duduk secara tegak dan nyaman. Akiro terus memperhatikan setiap gerak-gerik Gwenn, mulai dari menyelimutinya, meraih makan malamnya, meniup dengan pelan supnya sebelum menyuapinya secara perlahan.

"Kau sudah seperti pengganti ibuku," komentar Akiro akhirnya yang berhasil mencuri perhatian Gwenn.

"Aku tidak setua itu," kesal Gwenn dengan kalimat Akiro yang terdengar di luar dugaan sebelum kembali menyuapinya. Tetapi, mendengar nada bicara pria itu yang sudah lebih stabil dan terdengar bersemangat dari sebelumnya membuat kekhawatiran Gwenn beberapa waktu lalu terkikis secara perlahan.

"Bukan dalam konteks usia Gwenn," ujar Akiro.

"Lalu?" tanya Gwenn sembari menghentikan suapannya dan menatap serius ke arah Akiro.

"Kalian berdua adalah prioritas bagiku, itu persamaannya."

Gwenn terdiam sejenak sebelum berdecih singkat, "Hentikan rayuan buayamu dan makan yang banyak," ujar Gwenn kemudian kembali menyuapi Akiro saat dengan sengaja pria itu menutup mulutnya, menghalangi akses masuk suapan makanan yang diberikan oleh Gwenn yang kemudian dihadapi dengan tatapan tajam Gwenn. Akiro akhirnya tertawa kecil sebelum membuka mulutnya untuk menerima suapan Gwenn.

"Kau selalu melarangku untuk bekerja lama di ruangan ber-AC, jangan bergadang, perbanyak olahraga dan jangan gila kerja, tetapi lihat kau sekarang Mr. Yutaka? Kau bahkan tumbang karena semua aktivitas itu, dasar lemah" Gwenn melemparkan sindirannya diakhiri dengan alis kanannya yang naik sembari menunggu jawaban yang akan diberikan Akiro.

"Iya, kau lebih kuat dariku makanya kau harus terus bisa disampingku untuk menjagaku seperti ini," Akiro merespon Gwenn dengan nada tenangnya berbeda dengan raut protes Gwenn yang tergambarkan melalui kedua matanya yang sukses membulat.

Gwenn meletakkan mangkuk yang sudah kosong isinya itu ke atas meja sebelum berujar dengan nada tegasnya, "Tarik ucapanmu kembali, kau mau terus-terusan masuk rumah sakit? Kau tidak waras?"

Akiro hanya memijit pelipisnya sebagai sebuah respon, Akiro lupa kalau Gwenn memang bodoh dalam menanggapi candaan seperti ini. Kalimat manisnya tidak tersampaikan dengan baik kepada Gwenn.

"Makanya, fokus pada satu profesi saja Mr. Yutaka. Model kemudian pembisnis, semua kau lakukan," Gwenn dengan omelannya adalah hal yang akan terus Akiro dengar sampai dirinya sembuh. Dan anehnya, Akiro hanya diam tanpa memprotes layaknya seorang anak kecil yang sedang ditegur oleh ibunya.

Akiro hanya membuka mulut ketika Gwenn menyodorkannya segelas air untuk meminum obatnya kemudian kembali menutup mulutnya untuk menelan obatnya tanpa berkomentar apa-apa.

"Kenapa kau memilih untuk menjadi model diantara banyak profesi lainnya? Kupikir model sangat tidak cocok untuk seorang Akiro yang selalu menyendiri sepertimu," tanya Gwenn penasaran.

Jujur, setelah semua rahasia mereka akhirnya terungkap satu sama lain, Gwenn menjadi lebih nyaman berada di sisi Akiro. Walaupun pandangan Gwenn kini terhadap Akiro berubah sepenuhnya, Gwenn tidak melihatnya lagi sebagai seorang model tetapi sebagai seorang pemimpin yang memiliki perusaahaan besar, persis seperti Jacob. Terasa mengejutkan diawal, namun perlahan Gwenn mulai menyesuaikan diri dan menerima bagaimana semua hal ini sudah terlanjur terjadi untuk menantikan masa depan yang mengejutkan nantinya.

Benar, Gwenn menyukai kejutan dan hal yang tidak terduga seperti ini dalam hidupnya.

"Untuk balas dendam dengan Richard," jawab Akiro dengan jujur, nada bicaranya yang terdengar sangat percaya diri membuat Gwenn memikirkan kembali bagaimana seriusnya Akiro dalam merencanakan ini semua.

"Sekarang balas dendammu berhasil, kau puas?" tanya Gwenn lagi yang masih pensaran dengan isi pikiran Akiro sekarang.

Berbeda dari dugaan Gwenn, Akiro malah menggeleng membuat wanita itu menautkan alisnya bingung. "Belum, masihada keinginanku yang belum tercapai."

Gwenn menatap Akiro dengan raut penasarannya sebelum berujar, "Memangnya apa lagi? Kurasa hidupmu sudah sangat sempurna."

"Kau."

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now