18. Drama di Pesta

106 1 0
                                    

Malam ini, Gwenn menghadiri pesta makan malam yang diadakan oleh Richard sekaligus sebagai perkenalan kepada para kolega bisnisnya terkait peragaan busananya yang akan diadakan sebulan lagi itu. Mengingat betapa besar biaya yang Richard keluarkan untuk projeknya itu, maka bisa disimpulkan oleh Gwenn kalau tujuan dari acara perjamuan malam itu adalah untuk memperkenalkan rencana besarnya itu sekaligus untuk menarik perhatian para pihak sponsor.

Pesta itu diadakan disebuah aula pada hotel kelas atas yang pastinya tidak bisa disewa oleh orang sembarangan. Meraup konsep pesta formal yang mengutamakan makana pencuci mulut ditemani segelas wine, paket lengkap untuk menemani obrolan bisnis membosankan mereka. Pintu depan hotel dikerubungi oleh para wartawan yang haus akan berita, siap memotret para tamu saat keluar dari mobil mereka sebelum masuk ke dalam area hotel.

Didominasi oleh tamu yang datang dengan pasangannya, tak sedikit dari mereka yang datang dengan putra atau putri mereka-sekaligus memperluas koneksi kerja mereka disana. Sudah jarang ada anak muda yang merintis bisnis mereka sendiri dan sukses besar jika tidak diturunkan oleh kedua orang tua mereka.

Gwenn turun dari mobil sembari mengenakan gaun yang ia desain sendiri. Tide gaun panjang yang menjuntai hingga ke mata kakinya, dengan atasan model sabrina yang memperlihatkan kedua bahu putihnya. Berwarna biru dongker yang senada dengan high heels-nya. Poin utama pada gaunnya yaitu pada area dadanya yang dibungkus oleh renda putih berikut dengan kelap-kelip berlian yang tersebar acak disana.  

Setelah memberikan undangannya, Gwenn berjalan masuk ke dalam pesta itu. Gwenn tidak ditemani oleh Grace malam ini, mengingat wanita itu sudah menemaninya lembur beberapa hari ini dalam merangkum penjualan toko mereka jadi Gwenn membebaskan wanita itu dari pesta melelahkan yang mengharuskan mereka terus tersenyum, membungkuk dan melontarkan pujian hingga bibir mereka menjadi kering.

Gwenn mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum akhirnya berbalik ketika sebuah suara menghampirinya.

"Gwenn?" Sapa seorang wanita yang memiliki kisaran umur seperti ibunya jika ia masih hidup. Senyumannya masih sama, nada bicaranya yang terdengar riang di telinga Gwenn berhasil mengantarkan Gwenn pada kilas balik memorinya. Dimana dulu, wanita itu yang sering mengantarkan Gwenn pergi menemui ayahnya saat Gwenn kecil ingin makan siang bersama dengan Jacob yang sangat sibuk dulu.

"Bagaimana kabarmu? Aku sudah sangat lama tidak melihatmu lagi."

Bahu Gwenn tersentak kala wanita itu tiba-tiba memeluknya, Gwenn masih mematung untuk beberapa saat sebelum kesadarannya kembali dan ia segera mengambil satu langkah ke belakang.

"Kabarku baik Mrs. Larisson," ujar Gwenn membuat Luna Larisson mendadak berdiri canggung karena tidak bisa menahan diri untuk memeluk Gwenn tadi. Seharusnna Luna tahu, mereka tidak dalam hubungan yang sebaik itu lagi untuk sebuah pelukan hangat seperti tadi.

"Kau masih bekerja disana?" Tanya Gwenn, tatapannya terlihat tenang dan tidak ada raut kebencian dalam kedua maniknya yang berhasil membuat hati Luna tercubit. Rasa bersalahnya yang tertancap kuat dalam dirinya mendadak bangki lagi setelah sekian lama saat ia menanggukkan kepalanya.

"Maafkan aku," ujar Luna dengan kepalanya yang menunduk, ia tahu semuanya sudah terlambat dan kata maaf pun tidak akan bisa memperbaiki semuanya lagi.

"Selamat atas kenaikan jabatanmu menjadi manajer umum bulan kemarin dan sampaikan salamku juga kepada Mr. Larisson," ujar Gwenn kemudian mengangkat tangannya dan mengarahkannya tepat ke arah Luna.

Luna menyeka air matanya yang keluar tanpa bisa ia kendalikan sebelum menjabat tangan Gwenn dengan erat, membungkusnya dengan kedua telapak tangannya.

"Terima kasih Gwenn, katakan jika kau perlu bantuanku. Rasa bersalah yang kupendam ini harus kubayar kalau aku tidak ingin berakhir di alam neraka," ujar wanita itu lagi dengan tatapannya yang bersunggh-sungguh.

Gwenn tersenyum sekali sebelum melepas genggaman mereka, "Aku akan pergi untuk menyapa Mr. Richard jadi nikmati waktumu disini," setelah itu Gwenn pergi meninggalkan wanita itu.

Gwenn menemukan Richard sedang berbicara dengan seorang perempuan, kisaran umurnya tak jauh berbeda dari Gwenn. Namanya Devinna, dia salah seorang desainer terkenal, Gwenn sempat mengajak wanita itu untuk bekerja sama dengannya dalam peluncuran model baju di toko Gwenn belakangan ini namun wanita itu menolaknya karena pada dasarnya dia lebih suka bekerja dengan perusahaan-perusahaan besar, contohnya Victory.

Saat Gwenn berjalan ke tempat Richard, ia berpapasan dengan Bella, wanita itu tersenyum sekilas ke arahnya karena ia sedang berbicara dengan dua klien laki-laki yang Gwenn yakini adalah pemilik hotel ini dan salah seorang pemilik mall besar di tengah kota.

Sebuah keuntungan yang Gwenn dapati dari hasil menemani ayahnya makan siang setiap hari di kantor, bahkan terkadang hingga lembur karena dulu Gwenn kecil tidak suka ditinggal sendirian didalam rumah istananya bersama para pembantu. Berkat itu pula, lambat laun Gwenn tertarik dalam dunia bisnis yang sama dengan ayahnya didukung dengan bakat mendesain yang ia miliki. Gwenn tahu betul siapa saja orang-orang berpengaruh yang datang Ke pesta hari ini.

Namun karena sebuah alasan, sapaan yang Gwenn berikan kepada mereka akan berakhir diabaikan. Gwenn juga tahu dengan datang ke pesta hari ini, sama saja dengan membuat dirinya terasa dikucilkan, tetapi Gwenn tidak akan menyerah hanya dengan lemparan batu kerikil seperti ini, ia sudah pernah menghadapi batu yang lebih besar dulu, baginya ini tidak ada apa-apanya. 

Gwenn harus menagih janji Richard terkait jawaban pasti dari hasil pertemuan mereka kemarin, di pesta ini.

Gwenn menancapkan pandangannya ke sekitar sebelum berakhir pada Richard, setelah memastikan pria itu sedang dalam waktu kosongnya, Gwenn segera menghampirinya.

Richard tampak membisikkan sesuatu kepada Irfan-pengawal sekaligus supir pribadi Richard- sebelum tatapan Irfan jatuh pada Gwenn yang melangkah ke arah mereka. Renanya terlihat bergetar sejenak sebelum pria itu menunduk dan pamit pergi dari sana.

"Selamat malam Mr. Richard," sapa Gwenn sembari membungkuk hormat.

Richard berbalik dan tersenyum lebar ketika menemukan Gwenn, "Aku tidak menyangka kau akan datang ke pestaku Mrs. Victoria," ujarnya yang terdengar seperti sebuah basa-basi tidak penting bagi Gwenn.

"Sebelumnya, terima kasih atas undangannya Mr. Richard, saya sangat menghargainya. Dan mana mungkin saya melewatkan kesempatan untuk datang ke pesta menakjubkanmu ini," ujar Gwenn sembari menatap lekat ke arah pria itu, tidak ada kegugupan dalam tatapannya sedikitpun. Gwenn selalu percaya diri dengan ucapannya, termasuk sekarang.

Richard tiba-tiba tertawa kecil, dia tahu Gwenn tidak tulus mengucapkannya, terlihat dari senyum terpaksanya dan sikap santainya.

"Tersenyumlah lebih tulus atau orang-orang akan mengira kau sedang menahan sakit pada perutmu setelah memakan makanan disini," bisik Richard sebelum membenarkan letak dasinya sembari terus menampilkan raut ramahnya.

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now