49. Peluru Terakhir

Start from the beginning
                                    

"Benar, wanita gila yang kalian hina-hina itu adalah ibuku," ujar Akiro dengan suara lantangnya yang berhasil menajwab semua pertanyaan wartawan, bersamaan dengan Richard yang menghentikan langkahnya tepat setelah mendapat akses dari para pengawal yang diutus Eric untuk mengikis jaraknya dengan Akiro.

Akiro maju selangkah, memastikan kehadirannya benar-benar bisa dinikmati oleh Richard secara nyata.

"Kau tidak merasa kenal dengan wanita itu?" tanya Akirosambil menaikkan alis kanannya.

Melainkan menjawab pertanyaan Akiro, Richard anya menundukkan kepalanya, tidak berani membalas tatapan Akiro. Untuk sekilas, Akiro mendapati Richard mengeraskan rahangnya guna menahan emosinya yang hendak meluap keluar itu. Dan detik selanjutnya, diluar dugaan semua orang, Richard tiba-tiba membungkuk dan berjongkok tepat di depan Akiro. Dino yang menyaksikan hal itu dari kejauhan, hendak menghampiri mereka sebelum langkahnya terhenti oleh sebuah lengan. Dino menaikkan pandangannya dengan cepat dan menemukan Eric yang tersenyum kecil ke arahnya.

"Putraku melakukan kesalahan, dia memang tidak berguna," Richard tampak menyatukan kedua tangannya untuk memohon.

"Maafkan aku," lanjutnya lagi untuk mengutarakan penyesalannya.

Dino mengepalkan tangannya saat mendapati Akiro hanya tersenyum, seolah menikmati pertunjukkan ini dan kekacauan yang ia buat itu terlihat sangat menarik baginya. Akiro sendiri juga tidak menyangka, obsesi Richard terhadap perusahaannya benar-benar besar. Akhirnya Akiro bisa memastikan sendiri berita yang diucapkan oleh James beberapa waktu lalu, Richard benar-benar memiliki mimpi yang sama dengan Akiro, tapi sayangnya takdir tidak berpihak kepadanya.

Akiro tidak tahu apakah raut menyedihkan dan penuh penyesalan yang sedang Richard tampilkan ini memang benar adanya atau hanya sebuah kepalsuan untuk mengembalikan kepercayaan Akiro. Tetapi satu hal yang bisa Akiro pastikan, ia akan menikmati momen ini dan memanfaatkannya sebaik mungkin.

"Katakan apa yang kau lakukan dengan ibuku dulu?" tanya Akiro sembari menatap lurus ke arah Richard, berusaha tidak memperdulikan sekitarnya yang penuh akan desakan orang-orang yang berusaha untuk menembus pertahanan penjagaan pengawal Akiro demi bisa mendapatkan sudut rekaman yang lebih jelas dan jernih.

Gwenn berdiri gelisah di belakang Akiro, menyaksikan sendiri semua kekacauan didepannya itu membuat Gwenn bertanya-tanya dalam pikiran berkecamuknya saat itu. Bagaimana perasaan Akiro saat skandal Lily dibongkar oleh putranya sendiri? Gwenn tahu Akiro tidak bermaksud, melainkan terpaksa melakukannya.

"Maafkan aku, aku salah dulu," Richard terus menggosok kedua telapak tangannya, semakin membungkukkan tubuhnya berharap dengan tindakan itu Akiro dapat memaafkannya dan meneruskan kerja sama kedua perusahaan mereka.

Pandangan Akiro turun pada Richard, "Apa kau tahu akibat dari perbuatanmu itu?"

Richard terdiam, tidak berani menjawab pertanyaan Akiro saat pria itu kembali melayangkan kalimatnya.

"Sekarang katakan, putramu itu melakukan hal yang benar?"

Richard refleks menggeleng keras kemudian mendongak untuk menatap Akiro dari bawah, "Dia dalah putra yang tidak berguna, maafkan kebodohan dia. Aku akan mengajarinya lain kali untuk lebih sopan kepadamu," ujar Richard dengan napas memburunya, tatapannya menatap bersungguh-sungguh ke arah Akiro.

Dino mendengar semua percakapan itu, bahkan ketika dengan lantang Richard merendahkan dirinya di depan publik seperti ini. Rasanya Dino ingin meninju mulut Akiro yang secara sengaja memancing Richard untuk mengatakan hal-hal yang Dino tidak ingin dengar. Dengan lengan Eric yang masih mengunci pergerakannya, ia meronta untuk dilepaskan walau berakhir sia-sia.

"Ibumu melakukannya karena kemauannya sendiri. Ayahku hanya menawarkan dan ibumu dengan mudah menerimanya, dia hanya sebatas wanita rendahan yang haus uang," Dino berteriak dari tempatnya sebelum akhirnya mendapat tendangan keras pada tulang keringnya oleh Eric membuat Dino jatuh tersungkur ke lantai.

Kalimat Dino berhasil mengalihkan perhatian Akiro ke arahnya. Akiro menghembuskan napas kecilnya sebelum memaksakan dirinya untuk tersenyum kecil. Belum saatnya baginya untuk melemahkan pendirian dan jatuh hanya karena kalimat sampah dari mulut Dino.

"Aku tidak bilang ini sepenuhnya salah kalian, tetapi kalian bersalah karena tidak mau mengakuinya dan melimpahkan kesalahan ini kepada orang lain," ujar Akiro dengan lantang, tanpa memutuskan pandangannya dengan Dino di ujung sana, Akiro mengakhiri kalimatnya dengan mengarahkan dagunya ke arah Gwenn yang berdiri dengan raut ketakutannya disana.

Untuk sepersekian detik, tatapan Dino beradu dengan milik Gwenn sebelum akhirnya wanita itu memutuskannya terlebih dahulu. Dino bisa menyimpulkan, Gwenn benar-benar kecewa dengannya.

Akiro melirik sekilas kearah Eric dan dibalas anggukan kecil oleh pria itu sebelum dia melepaskan kuncian tangannya kepada Dino dan berakhir keluar dari ruangan aula dengan langkah cepat.

Akiro akan mengeluarkan peluru terakhirnya. Skandal yang lebih besar.

Tanpa mereka sadari, seorang pria berjalan masuk ke dalam area aula. Terkesan tenang dan pelan, ia melangkah dengan percaya diri tanpa memperdulikan keadaan kacau disekitarnya. Renanya bergerak ke sekitar sebelum berhenti pada sebuah titik tempat yang sekiranya bagus sebagai pusat tempat untuk semua mata memandang ke arahnya.

"Aku mengetahui rahasia Richard! Siapa yang ingin mendengarnya?" jerit Irfan secara tiba-tiba yang berhasil menarik perhatian sekitar. Bak semut yang menggerubungi serpihan gula, para wartawan langsung meninggalkan area Akiro dan Richard untuk menghampiri Irfan. Aksi saling mendorong dan suara teriakan yang saling menimpa berbaur menyelimuti ruangan aula yang megah itu.

Richard ikut menoleh ke belakang, dengan raut terkejutnya yang sangat Akiro tunggu-tunggu sedari tadi, ekspresi penuh kejujurannya yang mengatakan kalau Richard benar-benar sudah kalau dari Akiro.

"Daripada sibuk mengemis permohonan maafku, lebih baik kau mengurus pria bodoh itu," kalimat Akiro berhasil memancing perhatian Richard.

Richard segera bangkit dan sebelum tubuhnya dapat berdiri dengan tegap, ia hendak melayangkan sebuah tinju kepada Akiro yang berakhir ditahan oleh pengawalnya. Gwenn yang berdiri di belakang refleks ingin mendekat sebelum pergerakannya ditahan oleh Grace.

"Biarkan mereka saja."

Dengan tatapan tajam napas memburunya, Richard berujar penuh peringatan, "Kau tidak akan bisa menghancurkanku."

"Oh, dan dia juga," ujar Akiro seolah melanjutkan kalimat sebelumnya sembari menunjuk ke arah panggung yang menampakkan Luna dengan gerakan percaya dirinya, berusaha menarik perhatian orang-orang untuk datang kepada dirinya dengan dalih ia mengetahui rahasia Richard yang lainnya.

Untuk sekali lagi kekacauan itu terjadi dan berkat jumlah wartawan yang cukup banyak, Richard akhirnya jatuh pada rencananya sendiri.

"Mr. Richard, orang yang berkhianat sepertimu pantas untuk dikhianati lagi. Keluarga kalian tidak lebih sempurna dari punyaku, jadi kita lihat saja cerita mana yang akan lebih disukai oleh media," ujar Akiro untuk terakhir kalinya sebelum pergi dari sana dengan Gwenn.

Richard mengacak rambutnya frustasi sebelum berbalik dengan cepat dan menghampiri Irfan, berusaha untuk menghentikan aksi gila pria itu dengan berteriak kalau yang ia katakana itu tidak benar adanya kemudian dilanjutkan dengan berlari ke arah Luna untuk mengatakan hal yang sama.

Dino lagi-lagi menyaksikan semua itu dari tempatnya berdiri, bahkan tak sedikit wartawan yang ikut menghampirinya untuk memastikan kebenarannya. Dino mengepalkan tangannya kuat-kuat sebelum pandangannya tidak sengaja bertemu dengan milik Bella. Sekertaris ayahnya itu sedang terlihat berjalan tergesa-gesa keluar dari area aula sembari terus menolehkan pandangannya ke sekitar, tampak waspada jika memang ada yang mengikutinya dari belakang.

Richard sudah benar benar hancur sekarang.

SCANDAL CONTRACTWhere stories live. Discover now