48. Puncak Acara

Magsimula sa umpisa
                                    

"Jadi bagaimana? Apa Vee tidak perlu hadir disana saja?" Tanya Gwenn.

Walaupun pembicaraan mereka terhubung melalui suatu panggilan, Gwenn dapat membayangkan Akiro menggeleng keras di ujung sana. Dari balik kaca mobilnya, Gwenn melihat punggung Akiro yang berjalan masuk ke sebuah café kemudian tampak duduk di kursi paling ujung disana.

"Itu adalah mimpimu Gwenn. Lakukanlah apa yang kau mau."

"Tapi Richard..."

"Kau sudah melakukan hal yang kuminta kemarin?" Tanya Akiro dan Gwenn refleks berdehem sebagai jawaban.

"Dengan cara apa kau mengancamnya?" Tanya Akiro lagi.

Gwenn menggeleng pelan, "Tidak, aku memancing hati nuraninya. Dia orang yang mudah untuk dikendalikn melalui permainan kata-kata."

"Kau memang selalu mengejutkanku Gwenn," balas Akiro sebari terkekeh singkat membuat Gwenn refleks mengulum senyum, bayangan ketika Akiro memujinya sembari menampilkan senyum miringnya, bayangan sempurna yang ingin Gwenn terus pertahankan dalam benaknya.

"Tentu."

"Tunggu aku didalam mobil saja, dia orang yang cukup berbahaya," lanjut Akiro lagi sembari melirik ke arah mobil hitam yang terparkir di pinggir jalan tepat didepan café sebelum kembali memusatkan pandangannya ke depan.

Panggilan itu terputus secara sepihak ketika pintu masuk kafe terbuka, Gwenn dapat melihat seorang pria yang berpakaian serba hitam berjalan masuk sembari terus menunduk. Dia memakai topi sehingga Gwenn tidak bisa mengenali wajahnya. Walaupun jantung Gwenn terus berdetak kencang khawatir dengan orang seperti apa yang ditemui Akiro disana, tetapi fakta bahwa mereka berada di tempat yang ramai dan pria itu tidak mungkin berani mengeluarkan senjata atau melakukan kekerasan membuat Gwenn sedikit tenang.

"Apakah kau seorang banci?" tanya Akiro langsung begitu pria itu mendudukkan bokongnya tepat pada kursi di seberang Akiro.

Terpaut jeda sejenak yang terasa sangat hening dan lambat, terdengar dengusan kasar yang cenderung merendahkan dari mulut pria itu sebelum ia mengangkat dagunya sedikit dan dengan sengaja menabrakkan pandangan mereka berdua.

"Ingat, semua ini terjadi karena Jacob tidak becus sebagai seorang pemimpin. Si bodoh itu malah mempercayai Richard yang akhirnya menghancurkan kehidupannya sendiri. Dan sekarang kau dibutakan oleh cinta dari wanita bodoh itu, mereka harus menanggungnnya."

Akiro menaikkan alis kanannya setelah pria itu selesai mengutarakan kalimat sampahnya.

"Jangan lupakan pacar bodohmu yang setia kepada Richard juga."

Irfan tampak mengeraskan rahangnya, tidak ada tatapan merendahakannya lagi. Secepat kilat pandangannya berubah menajam sesaat Akiro menyelesaikan kalimatnya itu.

"Tutup mulutmu, dia tidak serendah ibumu," desis Irfan tidak terima.

Akiro mengepalkan tangannya di balik saku celananya, berusaha sekeras mungkin untuk meredam amarahnya agar tidak terpancing dan lepas kendali. Ia tidak boleh terlihat marah apalagi Gwenn sedang memperhatikan interaksi mereka berdua dari depan sana. Ia tidak boleh membuat wanita itu ketakutan melihat dirinya.

"Kupikir kau sudah nyaman berada di lubang tikusmu itu, tapi kenapa kau tiba-tiba keluar? Richard sudah membuangmu?"

Akiro tersenyum miring saat Irfan akhirnya diam membisu. Akiro tiba-tiba bangkit dari duduknya, membuat atensi Irfan naik, saat pria itu melangkahkan kakinya mendekat kea rah Irfan. Dengan satu gerakan yang terasa sangat cepat dalam hitungan detik, Akiro melayangkan tinjunya mengarah tepat kea rah wajah Irfan. Npas Irfan tercekat keras dengan kedua maniknya yang tertutup rapat, tangannya mencengkram pegangan kursi dengan kuat berikut dengan kulit wajahnya yang refleks berubah kusut karena gerakan tiba-tiba dari Akiro.

"Tikus kotor yang sudah dibuang sepertimu masih berani mengancam wanitaku?"

Tangan Gwenn refleks berpegang pada pintu mobil, bersiap untuk membukanya ketika melihat Akiro yang hendak meninju lawan bicaranya itu didepan sana. Namun akhirnya ia mengurungkan niatnya, Gwenn takut tindakannya itu akan menambah masalah Akiro jika ia ikut turun dan pergi menghampirinya.

"Ambil ini dan menghilanglah dari kehidupanku setelah ini," ujar Akiro sebelum mengeluarkan selembar cek dari sakunya dan menghempaskannya kepada Irfan.

Irfan buru-buru membentangkan tangannya untuk menangkap lemparan Akiro itu, dengan wajah berbinarnya ia menangguk keras dengan tatapannya yang tidak beralih dari lembaran kertas itu.

Sebelum benar-benar pegi meninggalkannya, Akiro menyempatkan untuk berbalik.

"Jangan sesekali kau mengancam Gwenn lagi. Kau hanya perlu berurusan denganku. Aku akan membuatmmu kenyang dengan uangku."

Irfan hanya menangguk keras sebagai jawaban tanpa menoleh, ia lebih memilih menyibukkan dirinya untuk mengelus kertas yang diberikan Akiro tadi, menciumnya dan senyum lebarnya terus ia tampilkan. Sudah seminggu ia kehilangan belahan jiwanya, kini dengan uang ini ia bisa menghirup benda kesukaannya itu dan bertemu dengan surga-Nya kembali.

Irfan tidak mungkin meminta kepada Richard, mengingat sifat Sabrina yang sangat sadis, bisa saja ia menyuruh orang untuk membunuhnya berbeda dengan Akiro yang masih membutuhkannya di saat-saat genting seperti ini.

Kuat melawan kuat.

Jadi Irfan harus mencari pihak yang kuat untuk melawan mereka, yaitu Akiro.

SCANDAL CONTRACTTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon