47. Berapa Peluru yang kau Punya?

Mulai dari awal
                                    

Dino sayang kepada Richard dan menanggap pria itu sudah seperti ayahnya. Gwenn tidak tahu betul bagaimana hubungan masa lalu antara Sabrinna dan Richard tetapi satu hal yang pasti, berita media yang mengatakan kalau kehidupan sempurna Richard saat ini bergantung dengan Sabrinna itu memang benar adanya.

Gwenn membasahi bibirnya, tampak keraguan menyergap dirinya untuk sesaat sebelum ia beruajr pelan, "Terima kasih sudah mengijinkan Vee tampil disini."

Tanpa repot-repot membalas tatapan Gwenn, Dino tersenyum kaku sebelum memberikan jawaban yang berhasil menenggelamkan Gwenn dalam lautan kebingungan.

"Kau akan membenciku jika tahu apa yang kulakukan nanti."

Gwenn terdiam untuk sesaat, pikirannya mendadak kosong, fokusnya menajdi kacau memikirkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Entah kenapa perasannya mengatakan ada hal yang tidak beres dengan kalimat Dino barusan, pria itu mengisyaratkan sesuatu yang tidak bisa Gwenn tangkap kesimpulannya.

Tiba-tiba Dino mengangkat tangannya ke atas sebelum merentangkan tangannya dan berakhir mengalungkan lengannya pada sandaran kursi yang Gwenn duduki. Gwenn terperanjat untuk sesaat, masih dengan tatapan yang setia meneliti ekspresi Dino, berusaha mencari petunjuk lain untuk kalimatnya barusan.

"Jangan menatapku terlalu lama, tidak ada jawaban disana melainkan pacarmu yang akan cemburu," lanjut Dino sembari menuntun tatapan Gwenn untuk menyeberaangi lautan manusia dan berhenti dekat area para wartawan berada.

Diantara kerumunan orang yang sibuk dengan kamera mereka, obrolan serta tawa kemudian fokus mereka pada acara yang berlangsung, Gwenn bisa melihat Akiro yang berdiri disana sembari menatap lekat tepat ke arahnya seorang.

—-

Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, tepat beberapa hari sebelum acara pergeralaran busana miliknya digelar, Richard merilis pernyataan bahwa akan ada semacam pesta minum atau after party yang diadakan disebuah ballroom kecil tepat disamping ruangan utama dalam gedung hotel malam itu. Sebagai sebuah acara penutup sekaligus jembatan untuk menyampaikan rasa terima kasihnya kepada berbagai pihak yang telah hadir ataupun bekerja sama dengan perusahaannya lewat acara itu.

Diantara kerumunan orang-orang yang sibuk saling menyapa sekaligus berjabat tangan diikuti obrolan mengenai berbagai topic, mencakup pekerjaan, saham, kontrak kerja sama, investasi bahkan perempuan membuat Gwenn memutar bola matanya malas di akhir. Gwenn meraih segelas wine dari seorang pelayan yang berjalan melewatinya, mengenggam erat area pinggang gelasnya sembari renanya kian teralihkan tiap detiknya, bergerak cepat ke arah sekitar sebelum berhenti pada sepasang mata di ujung ruangan.

Itu adalah Luna.

Gwenn tersenyum kecil ke arahnya sekali sebelum wanita itu buru-buru membuang wajahnya sembari mengalihkan pandangannya dari Gwenn sebelum hampir menabrak bahu seorang tamu yang berjalan lewat tepat di depannya.

Bersamaan dengan kepergian wanita itu, tiba-tiba suara dentuman mikrofon bergema nyaring hingga ke pendengaran setiap orang dan berakhir menarik fokus mereka semua. Gwenn mengalihkan perhatiannya ke depan dan menemukan Richard yang tengah berjalan ke atas podium untuk memberikan kata sambutannya.

"Terima kasih bagi para hadirin yang sudah hadir untuk menyaksikan acara pergelaran busana hari ini dan menyempatkan waktu untuk berkumpul disini. Melainkan sebuah pesta penutup, saya selaku CEO victory akan membuat pesta ini sebagai sebuah permulaan dalam hubungan baik kita kedepannya."

Alis Gwenn bertaut bingung saat suara tepuk tangan berkumandang disekitarnya. Sejujurnya Gwenn tidak bisa melepaskan bayang-bayang kalimat dari Dino beberapa waktu lalu, pikirannya berkecamuk memikirkan apa tujuan utama dari diadakannya pesta hari ini. Melainkan sebuah pesta untuk mengucapkan rasa terima kasih, ini lebih mengarah kepada sebuah medan perang bagi Gwenn. Terlepas dari berapa banyak peluru yang telah disiapkan oleh Richard malam ini, Gwenn juga sudah menyiapkan pertahanannya sendiri.

Ini perihal siapa yang memiliki lebih banyak peluru.

Seharusnya ini hanya perasaan Gwenn saja saat dirasa pusat perhatian orang-orang, melainkan terarah ke depan sana dimana Richard tengah berdiri untuk menyampaikan gagasannya, mereka lebih memilih untuk mengamati Gwenn secara lekat. Dengan tatapan yang masih menatap lurus ke depan, Gwenn bisa merasakan orang-orang disekitarnya cenderung melemparinya tatapan menilai bahkan merendahkan. Bahkan Gwenn menanggapi beberapa diantara mereka terang-terangan berbisik dengan menyebutkan namanya. Perasaan ini tidak terasa asing, Gwenn pernah mengalaminya persis seperti saat di taman dengan Akiro.

Dalam ambang perasaan tidak nyamannya, Gwenn akhirnya menautkan alisnya sebelum renanya bertemu dengan milik Akiro di ujung sana. Tidak ada senyuman manisnya, yang Gwenn dapati hanya tatapan datarnya yang bercampur raut terluka? Gwenn ingin menghampirinya sebelum langkahnya terhenti karena tarikan tangan seseorang dari arah belakang. Gwenn berbalik dan menemukan Grace dengan napas terengah-engahnya, wajahnya yang cenderung panic semakin menenggelamkan Gwenn dalam kebingungan dimana pikiran negatifnya terus tumbuh tanpa bisa ia kendalikan.

Ada sesuatu yang tidak beres. Gwenn menyadari hal itu.

SCANDAL CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang