BAB 2 SAZARVAN

2 0 0
                                    


Perlahan Erlang mencoba membuka kedua belah bola matanya. Namun yang dirasakannya saat ini hanya rasa mual dan pusing yang berdenyut-denyut hebat di sekitaran kepalanya. Dalam keadaan yang belum stabil, Erlang tidak dapat melihat dengan jelas sekeliling tempatnya berada saat ini. Erlang mencoba menenangkan dirinya sejenak. Setelah tidak lagi merasakan sakit di kepala dan rasa mual di sekitar perutnya, barulah Erlang mencoba membuka matanya kembali. Sekejap, Erlang tersadar kalau dia benar-benar tidak lagi berada di dalam hutan dekat perumahannya. Di tempat ini sinar matahari menyinarinya dengan kehangatan yang pas, begitu lembut dan menyegarkan. Pancaran sinar cahayanya sedikit kemerahan dibanding sinar matahari di bumi yang lebih kekuningan. Apakah ini matahari yang sama atau matahari sejenis tetapi di galaksi yang berbeda? Pikir Erlang.

Di tempatnya terbangun, tepat di bawah pohon yang sangat besar, pohon ini berdiameter kurang lebih sebesar satu petak rumah tiga kali enam meter, dengan tinggi batang pohon sekitar dua puluh lima sampai tiga puluh meter, beserta dedauanan yang sangat rindang dan pastinya juga besar dan lebar. Erlang perlahan mencoba melihat ke arah sisi lain dari tempat dia berada saat ini. Tepat di samping pohon besar, terdapat danau yang juga sangat besar dan luas dengan berisikan air susu di dalamnya. Luas danau itu lebih kurang sama besar dengan danau Talang yang berada di Solok, Sumatera Barat. Di tepi danau tempatnya terbangun, tengah berterbangan makhluk kecil aneh, tetapi tetap lucu, sembari mengeluarkan bunyi suara-suara kecil tidak karuan.

Rasa haus membuat Erlang segera bangkit dari posisi tidurnya. Sedikit lunglai, Erlang memaksakan tubuhnya berjalan pelan menuju tepi danau yang berisikan seperti air susu itu. Setelah sampai di tepi danau, makhluk kecil yang tengah berterbangan atau entah sedang bermain itu, langsung berhamburan setelah melihat kehadiran Erlang. Erlang tidak menghiraukan makhluk kecil itu. Erlang terus berjalan menuju tepian danau. Setelah mendapati bahwasannya air danau itu berwarna seputih susu, rasa hausnya pun berkurang dan ia pun memutuskan hanya mencuci wajah dan kepalanya dengan air danau yang berisikan air susu itu. Saat sedang asyik mencuci wajahnya, dorongan aneh seperti sebuah suara yang menyuruhnya untuk meminum air danau, terus-terusan hinggap di kepalanya yang membuat Erlang tanpa pikir panjang memberanikan dirinya meminum air di dalam danau tersebut.

"Wah!" Erlang sangat terkejut dengan apa yang barusan telah dia minum. Rasa pusing dan mual diperutnya seketika menghilang, tubuhnya seperti langsung berdamai dengan perasaan-perasaan resah dan rasa letih. Air di dalam danau itu ternyata tidak memiliki rasa seperti air susu, tetapi lebih seperti air yang memiliki berbagai rasa nikmat yang sulit diterjemahkan dalam setiap tegukkannya.

Erlang kembali ke tempat teman-temannya yang tengah tertidur di bawah pohon besar tadi. Erlang melihat hamparan padang savana yang sangat luas dengan relief perbukitan dan hewan-hewan kecil lucu tengah asik bermain-main di sekitarnya. Dengan angin yang berhembus berirama dan tubuh penuh gairah, semakin membuat Erlang terkagum melihat begitu banyaknya makhluk aneh berukuran kecil yang tadi dia lihat, sembari mengeluarkan cahaya dari ekor yang mencuat di pinggulnya berterbangan hilir mudik ke sana kemari. Dari dekat, ternyata makhluk aneh ini sangat menyerupai manusia, hanya saja sangat kecil, jari-jarinya panjang, telinga dan daun telinga yang sedikit besar dan lebar, berkulit putih seperti susu, berambut panjang dan memakai kain kecil bewarna putih yang menutupi dari leher hingga lututnya yang mungil.

Di tempat ini Erlang juga melihat berbagai macam pohon yang sedikit lebih kecil dari pohon besar ini, namun sama dengan pohon besar; pohon-pohon yang lainnya pun juga belum pernah dilihatnya di bumi. Bentuknya seperti menyerupai jamur, hanya saja berukuran besar dan sangat tinggi, tapi lebih rendah dibanding satu pohon di tempat teman-temannya kini tertidur. Daunnya lebat, dan hampir setengah dari bentuk pohon-pohon di daratan negeri ini berbentuk seperti itu. Tepat di sebelah barat ujung matanya memandang, Erlang melihat hamparan laut luas yang di tengah-tengah laut itu berdiri sebuah kastil besar yang sangat menawan, dengan jembatan besar nan sangat panjang berdiri kokoh memanjang dari gerbang kastil menuju tepi pantai. Cukup gila rasanya untuk memikirkan bagaimana bisa orang-orang biasa membangun kastil itu di tengah laut dengan ombak besar yang selalu menerjang.

10Where stories live. Discover now