d'voice - 27

46 7 0
                                    

Kamu adalah kepercayaaan dan keberanianku.

🎼
Jaz - bersamamu

🍂

"Semuanya jadi dua ratus lima puluh ribu!"

Aku tersenyum ketika menerima bayaran untuk bunga dan buket yang baru saja kujual. Dan pembeli tadi menjadi yang terakhir ku layani sebelum aku menutup toko malam ini. Hari ini Nabila tidak masuk kerja jadi aku menutup toko lebih awal dari biasanya.

Tidak butuh waktu lama dan sebuah mobil yang kuyakini mobil Ibrahim berhenti di depan toko tepat setelah aku mengunci pintu toko. Ibrahim menghampiriku, "Tepat waktu banget" kataku tertawa.

"Gak mau buat kamu nunggu."

"MAsyaAllah Mas suami."

Ibraim meraih tanganku untuk dia gandeng menuju pintu mobil, membukakanku dan aku masuk dengan tangannya melindungi kepalaku. Lalu dia masuk di bagian kemudi.

"Kita ke kantor saya dulu yah."

"Loh belum pulang kantor. Tahu gitu minta jemput Papa aja"

"Saya bisa jemput, cuma urusan kecil."

"Jadi ini aku ikut ke kantor?"

"Iya sekalian mau saya pamerin."

"Mas..."

"Kali ini saya serius, emang udah dari lama rencananya pengen kenalin kamu sama karyawan kantor."

"Buat apa sih?"

"Supaya mereka tahu istri saya cantiknya MasyaAllah."

"Aku di godain tahu rasa"

"Langsung ku pecat yang berani liatin kamu lama apalagi sampai ngegodain"

"Astagfirullah, mentang-mentang bos."

Obrolan diantara kami terus mengalir seperti tidak ada kata bosan untuk terus saling menggoda dan bercanda sampai mobil Ibrahim tiba di kantor. Ini pertama kalinya aku ke tempat kerja Ibrahim setahuku kantor hasil kerja sama dua perusahaan antara Papa dan Ayah memang diturunkan ke Ibrahim untuk dia kelola sendiri.

Ibrahim menggandeng tanganku ketika memasuki lift menuju entah lantai berapa yang ketika terbuka aku bisa langsung merasakan kehadiran banyak orang dan mentapi kami.

Ibrahim membawaku berjalan dengan tangannya melingkari pinggangku, menuju tempat yang kurasa adalah ketengah-tengah banyak orang sehingga kami menjadi pusat perhatian.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh"

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Benar saja, aku tidak bisa menebak berapa banyak pastinya orang yang tengah berada disekeliling kami tapi aku yakin Ibrahim benar-benar mengumpulkan semua karyawannya.

"Perkenalkan ini istri saya, Rejia Putri Abimana Byakta. Sayang, semua yang ada disini karyawan kantor, kamu boleh sapa!"

"Assalamulaikum, perkenalkan saya istri pak Ibrahim. Beberapa diantara kalian pasti sudah tahu kondisi saya yang tidak bisa melihat, tapi senang bisa bertemu kalian."

"Waalaikumussalam. Senang bisa melihat langsung istri yang selalu dibanggakan pak Ibrahim." Ucap salah seorang dengan lantang dan tiba-tiba tepuk tangan meriah memenuhi ruangan.

Aku membungkuk untuk menghormati tepuk tangan meriah itu, lalu acara yang ternyata memang ditujukan untuk penyambutanku itu berakhir dengan Ibrahim mentraktir semua karyawan di café dekat kantor. Lalu Ibrahim mengajakku menuju ruang kerja pribadinya.

d'voiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang