˚。⋆03. oh, it's too late⋆。

Start from the beginning
                                    

"Dia pasti bangga sama aku. Dia harus tau, aku harus bertemu dia kembali dan menunjukkan padanya kalau aku berhasil. Dia pasti bangga, pasti."

***

Pukul 06.30.

Lunna menunggu bus sekolah di halte seorang diri. Kebetulan, pagi ini hujan sangat deras. Bus pun terlambat datang.

"Aduh, ini bus sekolah ke mana, sih? Daritadi juga. Ahhhhh bisa telat gue." Lunna panik. Ia mondar-mandir di halte itu karena sudah kalut.

Tiba-tiba sebuah mobil sedan berhenti di depannya. Kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan wajah seseorang. "Lunna, sini bareng."

Lunna menyipitkan matanya. "Rafael?" tanya Lunna.

"Iya, gue Rafa. Ayo buru! Udah mau telat."

"Yakin lo ngasih gue tumpangan cuma-cuma? Ntar tiba-tiba minta bayaran?"

"Lun, lo pagi-pagi ngga usah bikin gue naik darah, ya. Udah bagus gue mau ngasih lo tumpangan." Rafael menghela nafasnya. "Tapi kalo lo ngga mau, yaudah." Cowok itu mulai menutup kaca mobilnya.

"Ehhh tunggu!"

"Kenapa?"

"Masih mau ngasih tumpangan, kan?"

Raut wajah Rafael mulai berubah. Tanpa pikir panjang, ia mengambil payung lalu keluar dari mobil dan menghampiri Lunna yang masih mematung.

"Raf?"

Rafael tidak menghiraukan Lunna. Ia segera merangkul Lunna dan membawanya masuk ke dalam mobil. Lalu ia kembali duduk di kursi kemudi.

Mobil mulai berjalan melewati jalanan kota Tasikmalaya yang syahdu. Hujan deras di pagi hari itu menambah suasana adem di hati.

"Raf, lo bisa nyetir dalam keadaan se-sunyi ini? Ngga ngantuk? Gue aja yang diem gini ngantuk."

"Justru itu, kalo lo ngga ngapa-ngapain malah cepet ngantuk. Gue harus fokus nyetir, jadi ngga ada rasa ngantuknya."

"Tapi-"

"Terlalu deket jaraknya kalo mau dengerin musik. Ntar lagunya belum selesai, kita udah sampai tempatnya. Nanggung." Rafael memotong ucapan Lunna.

Lunna melongo. "Anjir. Kok lo bisa tau kalo gue pengen dengerin musik? Raf, lo cenayang, ya?" tanya Lunna.

Rafael tersenyum. "Cenayang khusus buat cewe gila kayak lo. "
"Sialan lo."

Rafael tertawa ringan. "Cewe kayak lo ternyata bisa ngambek juga."

Tidak ada jawaban dari Lunna. Niat jahil Rafael muncul. Ia mengecek situasi sekitar. Setelah dirasa aman, Rafael memulai aksinya yaitu rem mendadak.

Srett ....

"Aaaaa! Rafael sialan lo! Lo ngasih tumpangan ke gue mau ngajak gue mati?" tanya Lunna.

"Iya, biar tidur, tidur dan mimpi ketemu Moonbin di sana."

"Asem."

Mobil Rafael sudah memasuki parkiran SMK Pelita Harapan. Rafael turun terlebih dahulu membawa payung. Belum sempat ia membukakan pintu untuk Lunna, gadis itu keluar terlebih dahulu dan berlari menerabas hujan.

"Lun! Lunna!"

Lunna tidak menghiraukan Rafael. Bahkan ia belum sempat mengucapkan 'terimakasih' atas tumpangan tadi.

Banyak pasang mata yang memerhatikan mereka dari depan kelas atau koridor.

Bahkan Desta pun kaget. "Anjir, Lun. Lo berangkat bareng Rafa? Kok bisa?" tanya Desta dengan ekspresi kaget.

"Kepepet."

"Kepepet apa disengaja?" kali ini Shakira yang bertanya.

"Ciee Lunna, bau-bau PDKT, nih," sambung Kanaya.

Mood Lunna yang sudah anjlok itu semakin dibuat kesal oleh sahabat-sahabatnya pagi ini. "Kalian kenapa, sih? Ahh ngga ngertiin gue banget. Mood gue lagi jelek banget, nying." Lunna meletakkan tasnya di atas kursi yang ada di depan kelas. "Kalian ngapain masih ngumpul di sini? Des, Sha, balik aja sana ke kelas kalian."

"Idih ngusir."

"Woi monyed. 5 menit lagi guru masuk, egeee! Heran gue."

Shakira melirik jam tangannya. "Lohh iyaa! Desta ayok. Mapel pertama kita ulangan matematika. Lun, Nay, duluan yaa." Shakira berlari meninggalkan Desta.

"Anying gue ditinggal. Kalian, gue duluan, ya. Dadahh." Desta melambaikan tangan sebelum akhirnya berlari mengejar Shakira.

"Gila. Nay, lo dapet darimana temen-temen kayak mereka?" tanya Lunna pada Kanaya.

"Kayaknya dulu kita mungut dari gorong-gorong deh, Lun," jawab Kanaya yang membuat Lunna tertawa.

"Hahaha anjir. Ternyata lo bisa nge-roasting orang kayak gini juga ya, Nay. Siapa yang ngajarin?"

"Pian."

"Udah gue duga. Sejak lo pacaran sama dia, lo jadi ngga polos lagi."

Lunna dan Naya masih asyik mengobrol di depan kelas hingga tak menyadari kedatangan guru. "Ehm, good morning, girls."

Lunna, awas dihukum
Guys, apa pendapat kalian tentang karakter Lunna di sini?

Rafaelluna's Diary (silent love) Where stories live. Discover now