BLC | CH-18

9K 1K 36
                                    

"Nggak usah teriak-teriak! Mulut Lo bau," Ketus Miki. Menatap Lava yang masih bergerak ingin diturunkan dari gendongan Ardian.

Merasa usahanya sejak tadi sia-sia, Lava menghentikan gerakannya, menatap Ardian dengan bibir melengkung kebawah.

"Mau mama."

Ardian merasa tak tega, apalagi bibir itu melengkung sedih. Dengan berat hati, Aridan menurunkan Lava. Yang mana, senyum kemenangan langsung tersungging dibibirnya.

Lava berjalan cepat kearah Medina.

Medina membalas pelukan Lava setelah menyerahkan kue pada Miki.

"Kangen banget sama Mama," Ucap Lava.

"Halah, drama lagi," Marel berjalan kearah kasur dan melompat asal diatasnya. Tatapannya jatuh pada kue dipangkuan Miki. "Kuenya nggak mau dibagi-bagi?"

Miki menunduk, menatap kue dipangkuannya.

"Nggak ah. Sayang kalo dibagi-bagi," Mencolek krim dan memasukkan kedalam mulut. Miki memasang ekspresi seolah, ini sangat enak.

Lidah Lava terjulur keatas. Ia juga ingin merasakan kue buatan Mama. Saat telunjuknya sudah bergerak maju, sebuah tepisan kasar mengejutkannya.

Mata Medina membulat. "Kakak."

"Maaf, ma. Kelepasan."

Lava memberengut. Mengusap tangannya yang terasa sakit. "Pokel banget."

"Gue kasih lilin aja, mau?"

Tatapan Lava langsung tertuju pada lilin yang menancap diatas kue. Tidak buruk.

Mengangguk semangat. "Mau," Kedua telapak tangannya menadah didepan Miki.

Miki mengerutkan keningnya. Bukan seperti itu yang Miki mau, Miki kira Lava akan menangis dan merengek ingin mencicipi kue ditangannya ini, tapi ternyata tidak.

Apa lilin ulang tahun lebih menarik dari kuenya?

"Lo beneran mau lilin?" Tanya Miki memastikan, dan dijawab anggukkan semangat.

Si sulung Arshaka turut bergabung diatas kasur, begitupun Aridan. Jika dilihat-lihat, mereka seperti keluarga lengkap yang bahagia.

"Makannya jangan nawarin yang aneh-aneh, kak ... Pusing sendiri, kan?" Ujar Ardian.

Satu hal yang Miki inginkan, yaitu membuat Lava menangis. Seperti, Lava menangis, Miki bahagia.

"Beneran? Mau lilin?" Miki kembali bertanya.

"Enggak ada lilin-lilin," Ucap Medina sebelum Lava memberi jawaban. "Sekarang kakak potong, kita makan sama-sama. Oke?"

Pada akhirnya, mereka menikmati kue buatan Medina. Miki menyuapkan kue pertamanya pada sang ibu, kemudian papa, kakak sulung, lalu kakak keduanya, dan berakhir menyuapkan kue kepada Lava.

Meskipun sedikit kasar.

Berada disituasi ini, diam-diam Medina menarik kedua sudut bibirnya. Berpikir kalau suami dan ketiga putranya sudah mulai terbiasa akan keberadaan Lava ditengah-tengah mereka.

Tidak ada lagi ujaran tak pantas seperti awal.

Mungkin tangisan Lava terdengar setiap hari karena diganggu kakaknya sebagai gantinya. Tapi tak apa, itu jauh lebih baik.

"Lava mau lilin."

***

Hari ini dikediaman Arshaka akan diadakan pesta ulang tahun. Untuk Miki.

Bukan Lava Cake [Completed]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz