3. PE A menyebalkan

3 0 0
                                    

Paginya aku bangun dan bersiap seperti biasa. Aku turun kebawah dan kembali melihat Hega memasak. Kali ini ia membuat Sop ayam. Ah harumnya saja sudah sangat enak. Ada untungnya juga Hega disini ia jadi tidak perlu memasak sendiri.

"Kemarin nggak sekolah?" Tanyaku.

"Ada urusan lain." Ucapnya. Aku tak bertanya lebih lanjut. Aku bukan orang kepoan yang ingin tau semua hal tentang orang lain.

"Terimakasih aku duluan." Ucapku pergi keluar.
Aku naik sepeda hari ini. Seperti itulah selalu berganti kendaraan setiap hari agar tidak bosan. Aku melewati halte bus kemarin ada sebuah mobil yang ikut lewat bersamaku. Mobil itu berhenti didepanku, membuka kaca mobilnya membuatku tau siapa pemilik mobil itu.

"Harummm." Ia turun dari mobilnya.

"Kamu naik sepeda?" Tanyanya antusias. Aku mengangguk sudah jelas sekali aku menaiki sepeda bukan sapi.

"Boleh aku ikut?" Ia menatapku memohon.

"Non nanti dimarahin nyonya bagaimana?" Seorang pria didalam mobil bertanya sepertinya dia supir Elis.

"Pak Izinin Elis ya Elis mohon, Elis bosen naik mobil terus. Janji Elis akan jaga diri baik baik."
Sopir itu menghela nafas lelah. Ia tau sejak kecil Elis terlalu tertutup. Bukan karena kepribadian Elis melainkan orang tuanya yang menutup kehidupan anak ya sendiri. Orang tua Elis selalu khawatir akan apapun tentang Elis.

"Baiklah tapi bapak ikuti dari belakang."
Elis cemberut, ah memang sesulit itu keluar dari pantauan orang tuanya. Elis menyerah tidak apalah dari pada tidak sama sekali.

"Bolehkan Har?" Tanyanya padaku tentu saja boleh. Elis naik dibelakangku, aku mulai mengayuh sepedaku pelan. Jam masuk masih lama jadi tidak perlu terburu-buru.

Lihatlah gerbang masih saja ramai. Belum kapok anak itu jika belum kulempari sepatu.

"Ada apa Har?" Tanya Elis bingung. Tentu saja ini hari pertama ia melihat hal ini.

"Bentar." Aku turun dari sepedaku, menyopot sepatu dan mengangkatnya tinggi tinggi. Abian yang melihatnya langsung masuk kedalam mobilnya.

"Wah kamu pakai ilmu apa Har? Cuma ngangkat sepatu pada kabur gitu?" Elis takjub.

"Bukan apa apa."

"CK ngapain sih selalu aja ganggu." Seorang siswi menatapku kesal. Aku menatapnya balik.

"APA!." Ucapku menantang. Siapa suruh mereka berkerumun didepan gerbang. Memang sekolah ini punya mereka.

"Sabar Har." Elis mengusap punggungku. Siswi itu melenggang pergi.

Aku menyuruh Elis lebih dulu kekelas aku masih ada urusan. Aku sudah memakirkan sepedaku di parkiran dan beranjak menuju kantin. Bukan untuk makan hanya ingin berbicara dengan penjaga kantin.

"Hai Kak." Sapaku ramah.
Seorang pria dengan wajah yang cukup tampan itu balik menyapaku.

"Hai Harum." Ucapnya tertawa.

"Modus modus lagi pagi dah modus. Inget umur Har kak Abi udah 24 tahun." Abian yang lewat mengejekku. Mengganggu saja orang itu.

Mereka memang memiliki nama yang hampir sama Abian dan Abi.

"Apasih orang cuma nyapa." Jawabku sewot.

"Ngeles mulu." Ucapnya lalu pergi.

"Yaudah kak aku kekelas dulu ya." Ucapku sambil melambaikan tangan. Ah sungguh kak Abi tu idaman banget. Aku salting didadahin balik aww.



Entah karma apa yang kudoat tak lama dari situ aku jatuh lumayan kencang entah tersandung apa padahal itu lantai kosong tidak ada apapun. Lututku memerah sedikit perih karena tergesek semen.
Aku melihat sekelilingku tidak ada yang mencurigakan. Tapi masak aku terjatuh sendiri, sebenarnya hal itu bisa terjadi tapi aku tidak seceroboh itu menyandung kaki sendiri.

"Rajin amat ngepel lantai." Ucap Abian lewat disampingku.
Aku merenggut kesal hendak berdiri namun tidak bisa. Aku meringis, wajah Abian jadi berubah yang tadinya tampang-tampang menyebalkan seketika menjadi khawatir.

"Kenapa? Ada yang sakit?" Tanyanya mengecek tubuhku. Ia melihat lututku yang memerah. Ia jongkok didepanku.

"Naik kita ke UKS." Ucapnya.

"Ngga mau entar PE A mu itu pada nyerang aku lagi males ngeladeninnya." Ucapku memikirkan konsekuensi jika aku digendong Abian.

"Kita lewat lorong depan gudang aja kan sepi tu."

"Emang berani?" Tanyaku. Jarang yang mau lewat situ suka diliatin penampakan soalnya.

"Berani ngapain takut." Ucapnya yakin. Tapi aku yang ragu.
Aku pasrah naik kepunggung Abian daripada aku ngesot.

Untungnya tidak terjadi apa apa sampai di UKS.
Abian mengambil kotak p3k dan mengobati lukaku. Lalu ia membalutnya dengan kain kasa.
"Kamu mau disini apa ke kelas?"

"Ke kelas aja disini ngapain bosen."
Aku turun dari ranjang kakiku masih sakit.

"Aku gendong aja ya? Lorong juga udah sepi." Tawarnya. Jam masuk sudah berbunyi dari tadi pastinya tidak ada murid yang berkeliaran kecuali yang memiliki kepentingan.

"Tapi sampai depan kelas aja abis itu dituntun."

"Iya."

Abian menurunkanku didepan kelas ia mengetok pintu.

"Masuk." Ucap Pak guru yang sedang mengajar, namanya Pak Kaca.

"Dari mana?" Tanyanya.

"Dari UKS pak, Harum tadi jatuh." Abian menunjukkan bukti kakiku yang diperban.

"Sudah nggak papa harum?"
Aku mengangguk sudah lebih baik walau masih sakit untuk jalan.

"Silahkan duduk, kita lanjutkan pelajaran."
Abian menuntunku ke kursi baru ia duduk di bangkunya.

"Kok bisa jatuh Har?" Tanya Elis penasaran.

"Kesandung doang." Jawabku setelah itu fokus mendengarkan pak Kaca mengajar.

"ABIAAAAAAAN."

TBC
































Boong

"ABIAAAAAAAN."
Aku berteriak kencang. Abian dengan cepat mendatangiku. Aku menunjuk sepedaku. Lihatlah ban sepedaku hanya tersisa satu.

"Aaaaaaa." Aku menangis kesal menghentakkan kakiku seperti anak kecil.

"Cup cup tenang ya."

"Gamau tau benerin. Buang aja kek PE A mu itu udah nama PE A orangnya juga pe ak."

"Iya iya maaf. Nanti biar pak Jago yang ngambil sepedamu. Sekarang kamu ku anterin pulang okey."

(Pak jago itu satpamnya Abian.)

Aku pulang dengan Abian. Sebenarnya hal seperti ini sudah sering terjadi makanya aku jarang naik sepeda. Tapi hanya sekedar ban kempes tidak sampai bannya hilang juga. Elis pulang dengan supirnya ia tadinya mau ikut denganku lagi tapi supirnya sudah tak mengizinkannya lagi jadi dia terpaksa pulang dengan supirnya.

TBC

Hai apa kabar?
Aku nggak tau mau bilang apa tapi terimakasih buat yang udah baca. Aku seneng banget ada yang baca ceritaku walau nggak seberapa. Jangan lupa vote ya. Vote itu jadi semangatku buat nulis.

HarumWhere stories live. Discover now