1. Siapa dia

12 0 0
                                    


Aku berlari menerjang angin yang menyerang ku. Rambutku yang panjang terombang ambing mengikuti arahku berlari. Semakin dekat semakin kencang aku berlari. Senyumku tidak luntur mendengar ayahku akan pulang hari ini rasanya seperti mimpi setelah sekian lama ia meninggalkanku. Langkahku terhenti didepan pintu mewah yang selalu aku lewati. Aku menarik nafasku dalam dalam dan membuka pintu itu perlahan.

"Ayah." Panggilku. Terlihat sosok pria gagah mengenakan setelan jas berwarna cream sedang duduk di sofa ruang tamu. Namun senyumku luntur seketika ada anak perempuan disampingnya.

"Harum sini nak." Panggil Ayah menyadari keberadaanku. Aku tetap mendekat walau hatiku meminta pergi. Aku duduk di samping Ayah. Anak perempuan itu terus memandangku dengan tatapan datar.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanya Ayah seraya mengusap rambutku. Aku memandang Ayah tak senang lalu memandang anak perempuan disamping ayah.

"Dia Hega anak sepupu Bunda, kasian orang tuanya sudah tidak ada. Jadi mulai sekarang tinggal sama Harum ya nanti kebutuhan Hega biar ayah yang urus."
Aku memalingkan mukaku tak senang. Apakah ayah pulang hanya untuk menitipkan anak sepupu Bunda padaku?.

"Waktu ayah tidak banyak, ayah harus segera pergi." Ucapnya menatapku.

"Apa ayah nggak bisa tinggal lebih lama?" Tanyaku sedih.

"Banyak pekerjaan yang harus ayah urus nak, maafkan ayah ya. Ayah janji bulan depan kita jalan jalan. Hega paman tinggal ya." Ucapnya berdiri seraya mengusak rambutku. Ia melambaikan tangan ke arahku dan Hega.

Hega menarik koper dan pergi kekamarnya tanpa perkenalan atau sekadar menyapaku. Sombong sekali pikirku. Tapi aku heran jika dia sepupu bunda mengapa aku tak pernah melihatnya dalam pertemuan keluarga dan wajahnya sangat asing. Ah aku juga lupa menanyakan Hega anak dari sepupu Bunda yang mana? Sepupu Bunda ada banyak.

"Ah sudahlah kupikirkan besok saja." Aku melangkah gontai kekamar.

"Aku kira ayah bakal lama disini. Ternyata kesini cuma nitipin orang doang ish." Aku melempar tasku kesembarang arah. Merebahkan tubuhku yang berat. Berat akan beban hidup ciahhh. Baru saja ingin terlelap bagai terkena alat jantung kejut jantungku berpacu cepat.

Brakk...

"HARUMMM."

Aku terlonjak kaget.
"Bisa nggak sih Ren gausah ngagetin."
Rena Calista tetanggaku yang sangat heboh. Ia selalu menggangguku kapan saja.

"Hehe nggak seru kalo nggak ngagetin." Ucapnya duduk melompat ke ranjang ku.

"Baru pulang?" Tanyanya. Aku mengangguk.

"Ganti dulu sana bau, nama doang harum." Ejeknya.

"Siapa suruh kesini." Ucapku malas.

"Ku aduin Bunda nih, kamu males."

"Iya iya Rena sayang ihh." Aku mencubit pipinya yang chubby.
Aku berjalan mengambil handuk dan pergi kekamar mandi.

"Har di kamar bawah ada orang ya?" Tanya Rena saat aku masih mandi.

"Anak sepupu Bunda." Ucapku. Entah Rena mendengarnya atau tidak, tapi tak ada balasan setelahnya. Suaraku teredam air gemercik dari shower.
Aku menyelesaikan kegiatanku.

"Pantes dah nggak jawab tidur rupanya." Ucapku melihat Rena sudah terlelap diatas kasur. Aku ikut berbaring disampingnya. Tak sadar perlahan ikut terlelap juga.










***

"Har, Har bangun."
Aku membuka mataku karena Rena membangunkanku tergesa gesa seperti orang panik.

HarumWhere stories live. Discover now