06. usil

542 69 28
                                    

Hari pertama, di mulainya tantangan tiga puluh hari menjadi jatuh cinta tersebut.

Beda, beda banget rasanya.

Dari dalam hati lubuk [Name], sepengetahuannya, sepengalamannya, setahunya, bahkan sepengamatannya ini sangat seratus delapan puluh derajat dari sikap Duri yang sebelum-sebelumnya, demi apa pun. Mampu membuat [Name] cengo, bahkan menggesek matanya yang terlihat buram.

"Haloo manisnya Durii, pagii! gimana hari ini?? mau ke Prancis apa Korea?"

"Buset—"

Aduh, bukannya tambah baper malah [Name] tambah kleyengan.

"... Kamu bercanda, kan?"

"Hm? nggak, kok. Apa sih yang nggak buat kamu? bahkan pindah planet pun aku jabanin, hehe."

Terkekehnya pria itu dengan kikuk, membuat [Name] malah ketakutan. Takut sekali, apa suaminya ini memang sedang di rasuki sesuatu atau bagaimana pokoknya [Name] jadi merinding.

Doain aja semoga ga nt, Duri.

"[Name?] kenapa?? ada yang salah??" wajah si lelaki mendekat, membuat mereka memiliki contact eye secara stabil dan tiba tiba. [Name] tak bisa menahan kemerahan yang sudah berada di pipinya. Kalau di lihat lebih dekat, sosok Duri ini juga ada tampannya seperti saudaranya itu.

"Eer.."

Bukannya menjawab, istrinya itu malah berusaha menutup matanya karena malu. Betul, jika tatapannya tetap berlangsung seperti itu bisa bisa saja dirinya pingsan karena wajah milik seorang BoBoiBoy Duri.

Lucu.. pikirnya.

Karena sang lawan jenisnya tak banyak bicara, Duri mengambil dagu milik sang gadis di depannya. Lalu ia tersenyum, matanya mengecil seperti sedang menikmati tatapannya.

"Hihi, [Name] lucu, ya."

Ga kebalik? pikirnya.

Duri mulai mengambil langkah awal, langkah pertama ia mengelus-elus leher milik sang gadis, lalu mulutnya ia arahkan dekat telinga.

Terasanya deru nafas hangat milik sang kekasih sangat dekat dengan rambut si gadis yang sangat wangi, aromanya melekat padanya.

Cup.

Sebuah kecupan—entah belajar darimana bocah satu ini, ia berani mengambil langkah yang berkebalikan dengan tingkahnya. Alias, nekat. Tentunya, kecupannya di leher [Name] terasa sedikit geli dan lembut. Jangankan saat kecup, Duri mendekati dirinya saja cukup membuat [Name] ketar ketir.

Kayak bukan Duri, ih.

"Gimana? gimana?" tanyanya, sambil tersenyum puas menatap manik indah milik sang istri.

Tak mampu menjawab, kali ini saja, pertama kalinya sang istri—menjadi pendiam kepadanya.

Duri melihat istrinya, benar benar imut sekali. Sensasi pipi merah bahkan tak hanya di pipi, di telinga. Matanya yang mengarah ke arah lain, mulutnya yang merengut seperti salah tingkah, alisnya yang mengerut. Bahkan mulut yang tak bisa berkata-kata, mengansumsikan kalau Duri berhasil menggodanya.

Puas? iya, sangat puas bagi Duri.

Astaga, dasar remaja.

—album✩‧

Karena perlakuan tadi pagi, sejujurnya [Name] menjadi was was dan awkawrd pada suaminya itu. Bisa bisanya, benar benar di luar akal dan sebuah keajaiban Duri bisa melakukan adegan tersebut. Tapi, ya, itu juga yang [Name] inginkan, sih. Karena masa remajanya hanya penuh dengan gamon dan hts.

albumWhere stories live. Discover now