Ch. 09 : Menjadi Pelayan Pribadiku

181 20 52
                                    

"Karena kau sendiri yang mendatangiku. Maka, kedepannya jangan pernah menyalahkanku."

Perkataannya seolah menyihirku untuk tetap diam. Aku hanya bisa berdiri kaku saat pelukan kami semakin erat.

Pikiranku sedang melayang, bepikir kenapa para pangeran di sini selalu memiliki ketertarikan kepada tubuh ini?

Aku tahu bahwa tubuh yang sedang kutempati ini memiliki paras yang di atas rata-rata. Oleh karena itu, sejak awal aku menempatinya sudah ada cadar yang selalu menutupi sebagian wajah ini.

Tetapi, dari perkataan yang Putra Mahkota lontarkan sebelumnya membuatku sempat berpikir. Apa mungkin ia saling mengenal dengan pemilik asli tubuh ini?

Dari perilakunya, perkataannya hingga tatapan matanya yang seolah terkejut saat pertama kali kami bertemu saat aku sedang menyapu halaman tadi.

"P-Pangeran mengenalku?"

Pelukan kami terlepas. Putra Mahkota segera menjauhkan dirinya darku. Aku yang tidak tahu reaksinya ini termasuk menjawab pertanyaanku atau tidak hanya bisa terus menatapnya.

Tidak mendapat balasan. Aku merasa sudah cukup aku berada di sini. Terlalu lama berduaan dengannya juga tidak baik. Takut ada rumor buruk yang beredar.

Aku menunduk sedikit walau tau pria yang sedang membelakangiku tidak dap dapat melihatnya. "Hamba pamit undur diri, Pangeran," ucapku sopan.

Tapi tampaknya pria satu ini tidak akan melepaskanku dengan mudah. Baru saja aku berbalik badan, tetap perkataan yang ia lontarkan malah membuatku harus mengurungkan niatku untuk segera pergi.

"Kau sudah makan siang?"

Aku kembali membalikkan badanku. Menatapnya dengan tatapan tidak mengerti. "Belum?" jawabku bingung.

"Belum?" Putra Mahkota kembali mengulangi perkataanku dengan selipan nada bertanyanya. Aku mengangguk ragu.

"Padahal sudah jam berapa ini," gumamnya yang kali ini terdengar olehku. Matanya melirik sekitar sebelum akhirnya menatapku dengan tatapan yang kembali tidak kumengerti.

"Makan bersamaku."

Hah?

"Pangeran sedang mengajakku?" tanyaku memastikan.

Bukannya menjawab, ia malah kembali melemparkan pertanyaan yang membuatku seketika gelagapan. "Kenapa? Kau tidak mau?" tanyanya terdengar kecewa?

Maaf, tapi tunggu sebentar. Biarkan aku berpikir sejenak. Seorang Putra Mahkota terhormat sedang mengajakku makan bersama?

Ini nyata?

Aku terkekeh ringan berusaha menutupi rasa gugupku. "Pangeran sedang tidak bercanda, 'kan?" tanyaku kembali memastikan. Siapa tahu ia sedang membuat lelucon walau aku sendiri juga tidak yakin saat melihat raut wajahnya yang kembali mendingin.

Aku diam-diam menelan salivaku dengan kasar. Tiba-tiba tenggorokanku terasa kering saat melihat tatapannya yang mengintimidasi.

"Apakah wajahku terlihat sedang bercanda, hm?" Putra Mahkota mengakhiri perkataannya dengan deheman yang terdengar menggetarkan hati.

Aku bahkan sampai menahan nafasku seketika.

ARGH! Tolong jangan gunakan dua huruf keramat itu!

Dapat kurasakan pipiku memanas. Tolong sadarlah, Xinyi! Kau hanya seorang pelayan! Pelayan yang melayani pangeran sepertinya!

Aku mencoba mengatur nafasku. Merasa sudah tenang. Aku menatap mata Putra Mahkota yang berwarna hitam pekat dengan sangat berusaha agar tidak gugup.

"M-Ma.."

"Kau ingin menolakku?" ucapnya memotong.

Aku terdiam seperti orang bodoh.

Bagaimana ia bisa tahu?

"Dan sekarang kau sedang berpikir bagaimana aku bisa tahu, bukan?" Senyuman miring yang ia tunjukkan, membuatku kembali tersadar.

Putra Mahkota adalah orang yang memiliki aura mengerikan. Mungkin seharusnya aku tahu, bahwa tidak mungkin seseorang bisa memiliki status tinggi tanpa pengorbanan. Pria di depanku ini bisa menjadi Putra Mahkota pasti sudah mengorbankan banyak nyawa.

Mataku tiba-tiba melirik pedang panjangnya yang tersimpan di samping pinggang kanannya.

Pemikiran-pemikiran buruk mulai bermunculan dengan cepat. Tiba-tiba aku merasa tidak nyaman.

Harusnya aku tidak berlama-lama disini.

"M-Maaf, Pangeran. Tapi, hamba harus segera melanjutkan pekerjaan hamba yang sempat tertunda atau hamba akan dipecat," ucapku berusaha memberanikan diri dengan alasan yang selogis mungkin.

Tetapi, bukannya membiarkanku pergi setelah mendengar perkataanku yang sangat-sangat masuk akal. Responnya malah tertawa remeh. Matanya menatapku dengan tatapan tidak percaya. "Dipecat, heh?" tanyanya remeh.

Aku mengangguk. Lalu, ia terlihat bepikir sejenak sebelum akhirnya kembali menunjukkan senyuman miring yang kini menjadi ciri khasnya.

"Itu ide bagus. Aku akan menjadikanmu pelayan pribadiku."

* * *

Masih beberapa tokoh yang aku munculin. Tetapi, menurut kalian tokoh mana yang paling menarik perhatian? Chapter selanjutnya aku usahain cepat ya. See you my lovely readers! ♡

18 Desember 2023.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 18, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Para Pangeran Tampan Ini Milikku! Where stories live. Discover now