Ch. 08 : Perilaku Aneh Putra Mahkota

144 15 51
                                    

"Untuk pelayan bernama Luo Xinyi. Diharapkan untuk segera datang ke ruangan kerja Putra Mahkota."

Hah? Aku tercengang.

Aku? Putra Mahkota memanggil? Pertanda apa lagi ini.

Aku hanya bisa pasrah mengikuti seorang pelayan wanita yang memberikan pemberitahuan tersebut.

Berbeda denganku yang sudah berpikiran buruk. Xiaoyu malah tersenyum penuh godaan kepadaku. Rasanya ingin kugigit pipinya itu.

"Hati-hati, Xinyi!"

Aku berjalan mengikuti arahan pelayan wanita yang tidak kuketahui namanya. Selama perjalanan, hanya ada keheningan saja. Pelayan itu tidak mengajakku berbicara sepatah kata pun.

Berjalan beberapa menit, akhirnya sepertinya kami sudah sampai. Pelayan wanita itu membalikkan badannya dan menghadap ke arahku.

Rautnya yang terlihat datar menatapku dengan tatapan yang tidak dapat kumengerti. "Masuk ke dalam. Putra Mahkota sudah menunggumu," ucapnya memberitahu dan langsung pergi setelah menyelesaikan ucapannya.

Aku yang ditinggal seorang diri berhadapan dengan banyak pengawal yang berjejeran di depan ruangan besar yang mewah milik Putra Mahkota.

Melihat keberadaanku. Salah satu pengawal yang berjaga berinisiatif membukakan pintu yang terbuat dari kayu kualitas terbaik itu, mempersilahkanku untuk masuk.

Aku tersenyum sungkan dan mulai berjalan masuk. Pemandangan yang pertama kali menyapa mataku adalah sekumpulan gulungan kertas yang berjejeran tinggi di berbagai sisi ruangan. Bahkan rak-rak berukuran besar untuk menaruh gulungan-gulungan kertas tebal itu terlihat tidak sanggup lagi menampungnya.

Aku membuka mulutku takjub. Ini seperti perpustakaan. Tidak hanya besar tetapi juga megah. Rak-rak itu terbuat dari kayu kualitas terbaik terlihat mengkilap karena ada taburan emas asli.

Aku mencari-cari keberadaan seseorang yang memanggilku kemari. Aku tidak tahu dimana keberadaannya karena rak-rak ini terlalu besar dan tinggi. Melebihi tinggi tubuhku.

Sebuah gulungan kertas dengan ikatan tali yang sudah lapuk menarik perhatianku. Aku perlahan mengambilnya.

"Kertasnya sudah menguning. Sudah berapa lama kertas ini disini?" tanyaku pelan.

Walau terlihat sudah tua. Tetapi, tidak ada setitik debu pun yang menempel. Mungkin pelayan sering membersihkannya.

Dengan rasa penasaran, aku mulai menarik ikatan tali tersebut. Tepat setelah membukanya. Aku dikejutkan dengan sebuah suara yang sedikit familiar.

"Apa yang kau lakukan?"

Seolah merada dejavu. Aku segera membalikkan tubuhku dan penampakan Putra Mahkota langsung menyambutku.

"P-Pangeran.."

Sial. Aku seperti seorang pencuri yang ketahuan.

"Kau tertarik membacanya?"

Aku langsung menggelengkan kepalaku berulang kali. "Tidak-tidak. Aku hanya penasaran saja," jawabku cepat.

"M-Mungkin... sedikit?" Jari telunjuk dan jempolku menyatu saat menyebutkannya. Aku tertawa berusaha menutupi rasa gugupku. Bukan suara tawa alami yang terdengar. Tawa buat-buatanku sangat terdengar garing.

"Tapi, dia tidak pernah mengatakannya," gumamnya yang tidak dapat didengar siapapun.

"Hah? Anda berbicara apa?" tanyaku reflek. Melihat wajahku. Putra Mahkota menaikkan sebelah alisnya. Aku yang melihat tanggapannya pun hanya bisa diam.

Tapi, setelah mengingat bahwa tujuan awal aku datang kemari adalah karena pria itu memanggilku. Aku pun segera bertanya.

"Uhm, P-Putra Mahkota ada urusan apa memanggil hamba ya?" tanyaku sedikit kaku.

Putra Mahkota tidak langsung menjawab. Dia malahan melirik gulungan kertas yang berada di sampingnya dan mengambilnya lalu kembali menaruhnya.

Merasa dihiraukan, aku mencoba memanggilnya. "Putra Mahkota?" panggilku.

"Putra Mahkota?" ulangku.

"Aku hanya ingin melihat wajahmu."

Hening.

Aku tidak tahu harus bereaksi apa. Aku segera menundukkan pandanganku saat menyadari tatapan intens yang pria itu layangkan.

"Harusnya kau tidak berada disini."

Deg.

Tepat setelah menyelesaikan perkataannya. Dapat kurasakan lilitan tali yang mengikat di belakang kepalaku terlepas. Cadarku ditarik olehnya.

Aku terkejut dan langsung mengangkat wajahku ke atas.

Lalu, hal yang selanjutnya terjadi membuatku hampir pingsan.

Putra Mahkota menarikku ke dalam pelukannya. Dapat kurasakan hembusan nafas yang hangat di daun telingaku.

Aku sampai dapat merasakan detak jantungku yang cepat. Tetapi, tunggu. Jantung pria yang memelukku ini juga berdetak. Sangat cepat.

Aku kembali terkejut saat rambutku di elus dengan lembut.

"P-Pangeran?"

Pria ini semakin mulai berani. Dapat kurasakan benda kenyal menyentuh daun telingaku.

"Karena kau sendiri yang mendatangiku. Maka, kedepannya jangan pernah menyalahkanku."

* * *

Wah-wah. Putra Mahkota sangat mencurigakan sekali. Tebak yuk sebenarnya ada apa? Oh ya. Terimakasih banyak ya yang selalu support cerita ini. Tanpa kalian, cerita aku bukan apa-apa. Next chap, bakalan di update jika sudah waktunya ya. See you! ♡

16 Desember 2023.

Para Pangeran Tampan Ini Milikku! Where stories live. Discover now