ML - 26

126K 8.8K 9K
                                    

Weh gila?! Tembus 3K vote sehari + 6K komen?

Ahh aku bangga sekali dengan kalian 😭😭😭

Keknya next part bakal ada adegan dewasa juga di wp, meskipun gak banyak tp tetep ada, jadi tolong waspada ya yang Bocil! Wkwk

Part ini juga 3K vote dan 4K komen bisa gak? Hehe

Besok update yak kalo bisa! Eh tapi ak tiap hari juga update 😭😭😭 tp sebagai tanda terimakasih karena ak sering update, tolong dibantu komen vote yak

Besok update yak kalo bisa! Eh tapi ak tiap hari juga update 😭😭😭 tp sebagai tanda terimakasih karena ak sering update, tolong dibantu komen vote yak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa sih?! Apa?!" Nacia menyentak lengan Jaleo yang terus berusaha menggenggam tangannya. Mereka sudah sampai di tujuan.

Butuh waktu hampir sepuluh jam untuk menjangkau lokasi ini. Sebuah hutan rindang yang memiliki jalan setapak. Sepertinya lokasi ini sering digunakan untuk kegiatan track motor, terlihat dari jejak lubang tanah.

Jaleo menelan salivanya dengan berat sekali. Rasanya tubuhnya bergetar dari atas sampai bawah. Istrinya benar benar sedang marah saat ini.

"Maksud aku tadi nggak gitu sa—" Jaleo mencoba untuk menjelaskan pada istrinya, namun Nacia langsung menyela.

Nacia mendorong tubuh Jaleo menjauh. "Nggak usah deket deket gue. Paham?!" Tekannya.

Di perjalanan tadi, Dirga sempat memberhentikan mobil, seolah olah dia menuruti perintah Nacia yang meminta untuk menurunkan dia di pinggir jalan saat itu juga, tapi Jaleo yang panik setengah mati langsung melompat ke depan, sampai nyusruk ke kursi paling depan, dan Jaleo langsung mengancam Dirga, "kalo lo berhenti, gue juga ikut turun, project ini gagal." Ancamnya.

Dan Dirga yang memilih aman pun kembali melanjutkan perjalanan. Jaleo merasa sedikit lega, tapi melihat Nacia yang sudah berkaca kaca matanya langsung membuat Jaleo merasa benar benar bersalah. Dia kemudian berniat untuk duduk di samping Nacia lagi, di kursi paling belakang, tapi Nacia menatap Jaleo dengan tatapan begitu tajam seraya berkata. "Gue nggak mau sebelahan sama lo."

"Aku bakal diem aja di pojok," jawab Jaleo saat itu.

"Duduk disitu, atau lo duduk disini, tapi gue turun sekarang?" Ancamnya, merujuk pada Jaleo yang diminta untuk duduk di sebelah Serena.

Akhirnya Jaleo menuruti kemauan istrinya. Dia duduk di pojok sendiri, mepet dengan jendela mobil, memberi jarak cukup jauh dengan Serena, agar Nacia tidak kembali marah.

Sesekali Jaleo menoleh ke belakang, memastikan Nacia baik baik saja. Tapi sialnya, Nacia nampak mengusap air mata dengan punggung tangannya, membuat Jaleo mengumpat dalam hati, memaki dirinya sendiri.

Bangsat banget lo, Jal. Batinnya saat itu.

Kembali ke saat ini, Jaleo masih berusaha merayu istrinya. Mereka sudah memulai perjalanan, memasuki hutan belantara dengan petunjuk peta yang dibawa oleh Pras.

Midnight LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang