Ini Baru

37 6 3
                                    

"Maaf, tapi bapak ini siapa?"
Menatap asing wajah tak ia kenali, gadis yang diduga bernama Lea itu bertanya keadaanya baik, tapi kepala tidak berhenti berdenyut, itu yang dia rasa

Pratama memandang putrinya khawatir, bagaimana hanya karena racun memori anaknya rusak?, Khawatir, tentu saja. Tapi di lubuk hati terdalam ia merasa lega.

Pratama mengusap pucuk kepala anaknya dengan penuh kasih sayang. meski kebingungan Lea menikmati usapan yang menurutnya sangat nyaman, entah kenapa dia merasa rindunya terobati.

Setelah apa yang terjadi kepada putrinya Pratama tidak akan tinggal diam. Orang asing hanyalah benalu, mulai sekarang ia hanya akan memperhatikan Lea, anaknya.

"Pak?!" Lea mengibaskan tangannya di depan wajah Pratama yang menatap dirinya kosong, "Kenapa bapak malah bengong?."

Kembali dari pikirannya, "Siapa yang bengong, saya tidak bengong." Jelas jelas Pratama mengelak.

"Bapak siapa kalau saya boleh tahu, dan saya juga siapa, ini yang ngerasa aneh hanya saya apa bapak juga. Bagaimana bisa otak saya kosong tapi hati saya tahu."

"Saya, ayah kamu. Jangan manggil bapak."  

Lea manggut-manggut saja, ternyata benar pria kekar ini ayahnya. "Lalu saya? Saya siapa?."

"Jelas kamu anak saya."

"Ck, namanya lah."

"Bulan Adrishta Leamina, itu nama kamu"

"WOW!!"

Pratama terjengkit kaget, mendengar respon anaknya yang tak biasa. Dia memang jarang ada waktu untuk bisa bersama dengan putrinya itu, tapi dia tahu bagiamana sikap dan sifat yang dimiliki lea.

Anak adalah fotocopy diri. Ya, yang dia tahu Lea sangat mirip seperti, lantas bagaimana bisa kepribadian berubah menjadi seperti mendiang istrinya.

"Mau ganti nama?" Usul Pratama pada lea.

"Gausah, bulan suka kok."


🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈🦈

Tidak mau menetap lama, bulan merengek ingin cepat keluar dari rumah sakit, tanpa alasan dia membenci rumah sakit. Pratama tak ambil pusing menyetujui keinginan lea.

Sebelum itu Pratama telah menugaskan kepada para pengawal nya agar menyingkirkan wanita yang berada dirumahnya siapa lagi kalau bukan Siska Fizria loka, istri yang tak pernah ia anggap kehadirannya.

Disinilah bulan, di depan mansion megah, tak henti kagum melihat kemewahan. Di sambut hangat oleh bi juminten yang memeluk erat, serta mengantarkan bulan ke kamar yang ia tempati.

"Non, kalau butuh apa aja tinggal panggil bibi, ya." Ucap terakhir juminten sebelum meninggalkan bulan yang sedang menyusuri sudut kamar nya.

"Cantik" satu kata terucap melihat figura berisikan foto.

Kamar bernuansa langit, berwarna biru dengan kuning matahari di dinding sebelah kiri, dan malam dilapisi bintang dan bulan di sebelah kanan.

Tepat di depan kaca, bulan menatap pantulannya, rambut coklat panjang bergelombang, yang ia sukai di bagian mata, seperti bulan sabit.

Asik memandangi diri, seseorang di celah pintu sedikit terbuka melihat dengan raut wajah yang tak bisa di jelaskan. Bulan sadar ada yang menatapnya dari belakang, ia membalikkan badan melihat pemuda tampan memakai kacamata, menatap nya intel.

"Lo siapa?!"

"Gue kira lo udah hilang bumi." Terlepas mengatakan itu, dia pergi meninggalkan bulan yang kebingungan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BULAN | Line of DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang