Lari

147 22 8
                                    

Matahari belum terbit, pagi masih buta tapi Jessica sudah berjalan menuju rumah yuri untuk menghampirinya. Sebuah keajaiban untuk Jessica bisa bangun sepagi ini. Ini adalah pengorbanan yang sangat besar dalam hidupnya.

"kamu mau kemana tumben banget pagi-pagi udah rapih gini" tanya Jessica baru saja mau main ke rumah yuri. Mereka tetanggaan rumah Jessica tak jauh dari rumah yuri. "Mau lari" kata yuri dengan mata pandanya. Semalaman dia tidak tidur, karena Jessica terus menganggunya. "Hah? lari?"Jessica masih ga ngerti sehobi-hobi nya yuri sama olahraga dia ga mungkin tiba-tiba lari tanpa memberitahunya. "Iya, udah ah aku mau berangkat" katanya yuri hanya melihat Jessica sebentar kemudian mengalihkan pandangannya lagi.

"Tunggu, yul kamu beneran ga apa-apa?"Jessica melihat sekilas wajah yuri yang sedikit pucat dengan mata panda yang tebal karena belum tidur. "Ga apa-apa sica, aku mau lari" kata yuri. "Kenapa harus lari sih, kan jalan juga bisa?"kata Jessica maksudnya dia mau ikut kalo yuri ga lari. Jalan-jalan pagi juga udah olahragakan? Pikir sica.

"Kalo jalan pasti kamu ikut" kata yuri seakan bisa baca pikiran Jessica. "Jadi kamu ga mau aku ikut?" Jessica menghirup nafas dalam, cemberut, kesel, dia juga ngerasa aneh sama yuri hari ini. "Engga, udah sana aku cape" kata yuri. Semakin membuat Jessica merasa terusir dan tersinggung. Dan lagi bilang cape tapi mau lari? "Udah gila kali nih anak' batin jessica. "Kamu kenapa sih?" Jessica meraih tangan yuri, menggenggamnya erat agar yuri menatapnya sebelum benar-benar lari.

"Kamu kenapa?"tanya Jessica lagi lebih keras. "Aku mau lari" jawab yuri ga kalah keras. "Buat apa?! kamu ga biasanya kaya gini yul!" kata Jessica mencoba menyadarkan yuri. Yuri menghela nafasnya seakan telah lelah padahal dia belum sekalipun melangkah untuk lari. "Buat lari dari kamu!" Kesal yuri akhirnya melepaskan semuanya. "Lari dari aku? Ke.. kenapa?" Jessica kaget. Dia ga menyangka kata-kata ini keluar.

"Hah? Emang kenapa? Aku kenapa? Kamu marah sama aku?". "Ah sudahlah" kata yuri menggelengkan kepalanya memorinya berputar dalam ingatannya. "Engga kamu harus bilang kenapa?" Jessica menahan yuri lagi. "kamu tuh ga puas ganggu aku terus dari kemaren?!" Kata Yuri. "Aku tahu itu ga benerankan? Aku berusaha ngerti.. aku coba calm down aku mau lari buat buang semuanya" kata yuri lagi tapi tetap membuat Jessica tak mengerti. Yuri langsung lari dia ga mau lihat Jessica lagi untuk saat ini.

Jessica terdiam melihat punggung yuri yang semakin menjauh. Pikirannya berkecamuk. Dari kemaren? Seingatnya tak ada yang salah darinya kemarin. Mereka masih tertawa bersama, bahkan hari ini, hari ini mereka berjanji bertemu pagi ini untuk pergi bersama ke taman kota untuk melihat matahari terbit. Hal-hal sepele yang penting berdua dengannya membuat Jessica semangat. Meskipun harus bangun pagi. Tapi kini apa? Malah yuri pergi sendiri, lari sendiri? Kenapa?

Seribu pertanyaan yang tak bisa dia jawab sendiri dengan sikap yuri yang berbeda 180° dari kemarin. Jessica berjalan pelan tak terarah dia hanya mengikuti bekas jejak yuri berlari tadi. Tak tahu kemana hanya terus berjalan saja dengan wajah kosong.

"Apa Yuri sebenci itu padaku?"gumamnya sendiri.

"Tapi kenapa?" Tanyanya sendiri.

Tiiinnnn..

Klakson mobil menyadarkan Jessica dia tak menyadari lampu merah untuk pejalan kaki menyala. "Maaf.. maafkan aku" Jessica membungkuk.

Dia kembali berjalan seletah lampu pejalan kaki berubah menjadi hijau. Sudah lumayan jauh. Kakinya membawanya ke taman kota. Matahari baru terbit sinar oranye membuat Jessica sedikit silau. dia melihat kearah depan. Yuri berdiri dengan nafas tersengal sambil melihat matahari yang terbit.

Jessica berlari memeluk yuri dari belakang. "Kenapa kau melakukan ini padaku?"tanya Jessica. "Maaf aku sudah mencobanya" kata yuri tiba-tiba menangis.

"Aku sayang kamu sica, aku cinta sama kamu, aku minta maaf aku ga bisa berhenti pikirkan ini. Aku ga bisa buang rasa ini, aku ga bisa lari lagi sekeras apapun aku mencoba. aku sudah melanggar janji kita" kata yuri memegang tangan Jessica yang melingkari pinggangnya. Yuri mencoba melepaskannya.

Dia tahu resikonya, janji yang mereka buat dulu. Tak ada yang boleh jatuh cinta diantara mereka, jika terjadi salah satunya harus pergi dan tak lagi saling mengenal.

Tangan Jessica terus memeluk yuri dia tak mau melepas yuri. Basah punggung yuri, jessica juga menangis. "Kenapa kau mengatakannya?" Tanya Jessica. "Kenapa kau mengatakannya padaku? Bodoh!" Kesal Jessica.

"Sejujurnya aku menahan semuanya selama ini. Mungkin aku yang lebih dulu merasakan itu. Aku diam, aku tak mau kau pergi. Jadi aku tidak katakan apa yang kurasakan padamu. Kenapa kamu sebodoh ini, kenapa kamu mengatakannya padaku sekarang?!" Kata Jessica lagi panjang lebar. "Aku juga mencintamu. Aku tak mau kau pergi, bodoh!" Kata Jessica memeluk erat yuri.

-Tamat-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang