20. Memories

15 2 10
                                    

Elora dan Nix memutuskan untuk mengunjungi sungai yang dekat dengan batu besar, tempat di mana pertemuan mereka pertama kali terjadi hingga saat ini terukir dalam kenangan mereka. Meskipun pertemuan mereka dimulai dengan insiden Nix yang membuat kuda yang dinaiki Elora menjadi gaduh, menjatuhkan gadis itu, namun mereka menyadari bahwa sungai ini menjadi saksi perjalanan mereka dalam dunia yang sama.

"Pasti sekarang banyak berita tentang gue di TV," ujar Nix.

"Iya, memang. Orang melihat lo sehat-sehat aja tiba-tiba meninggal, padahal sebenarnya lo terperangkap di dalam buku. Dan kalau gue kasih keterangan yang di luar nurul ini, pasti orang mikir otak gue udah nggak waras." Elora mencoba memberikan sedikit hiburan, mengingat Nix tidak dapat kembali ke dunianya.

Nix hanya tersenyum, "Lo jaga diri ya, anggap aja semua ini cuma mimpi." ujarnya. "Ah, enggak bisa, gue nggak bisa lupa sama semua yang terjadi. Kapan lagi gue bisa jadi superhero di sini!" sahut Elora.

Nix tertawa mendengarnya, "Ngomong-ngomong, gue punya sesuatu buat lo." ujarnya sambil memberikan sebuah kantung hitam kepada Elora.

Elora menerimanya dengan penuh rasa ingin tahu, sambil membuka kantung hitam tersebut. "Topi!" Elora mendapatkan topi berwarna hitam dengan bordir khas bertuliskan NX. Topi itu pernah digunakan Nix saat bepergian dan selama latihan sebagai atlet sebelumnya. "Ini nggak bau keringat kan?" tanya Elora sambil mencium aroma topi itu.

Nix kembali tertawa, "Sebenarnya topi itu mau aku kasih dari dulu, waktu latihan itu. Tapi keburu lu ketusuk panah dan nuduh-nuduh gue ngeracunin bapak lo."

"Ah, ya maaf!"

"Jaga baik-baik, itu edisi terbatas!" ujar Nix, sambil mengangguk, Elora mengenakan topi tersebut dengan penuh rasa berharga.

"Selfie yuk!" dengan ceria, Elora mengajak Nix untuk berswafoto. Mereka berpose dengan ceria dan memotretnya dalam satu jepretan. Elora melihat hasil foto tersebut dengan antusias, "Eh, lo nyadar gak sih?" tanya Elora terhenti.

"Apa?" Nix berbalik bertanya.

"Lihat deh, mata lo warnanya biru dan mata gue ungu." Elora menjelaskan sambil memperbesar hasil jepretan. Kemudian, mereka saling menatap satu sama lain, "Lah iya, baru ngeh!" sahut Nix terkejut.

Elora teringat bahwa ia masih memiliki satu permintaan tersisa di dunia ini. "Aku mau printer polaroid aku di rumah yang ada isinya!" ucapnya.

"Buat apa?" tanya Nix, "Tunggu aja!"

Tidak berapa lama kemudian, sesuatu terbang dengan cepat menuju Elora. Alat terakhir yang diminta Elora akhirnya tiba. Elora segera menyambungkannya, lalu mencetak foto tersebut bersamaan dengan foto swafoto bersama keluarga sebelumnya.

Elora memberikan dua cetakan itu, yang menampilkan gambar swafoto mereka dan foto bersama keluarga, kepada Nix. "Nih, buat kenangan!" ujar Elora sambil tersenyum, dan Nix menerimanya dengan senang.

"Nah, kelima lembar ini, nanti gue kasih ke mereka." Elora melanjutkan sambil menatap foto tersebut yang akan diberikan kepada keluarga kerajaannya dan sahabatnya, menunjukkan kepedulian dan kehangatan hatinya.

"Ngomong-ngomong, sebenarnya tugas lo di sini itu ngapain?" tanya Elora, ingin memahami lebih jauh mengenai tujuan Nix di dunia buku yang penuh dengan peristiwa mendebarkan ini.

"Tugas gue dari buku itu, sebenernya memerdekakan Erebus, tapi kalo dipikir-pikir emang udah merdeka sih, kan si Orion udah mati," jelas Nix, mencoba menjelaskan dengan santai.

"Gue gak tahu gimana ceritanya karena bukunya gak gue baca kan, tiba-tiba udah di sini aja waktu itu. Jadi yang gue tau ya cuma pesan buku itu waktu gue udah ada di sini," sambungnya, dengan kebingungan yang masih menyelimuti bagian cerita yang belum terungkap di sudut pandangnya.

DIVE INTO THE LETTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang