Chapter 04

11 1 0
                                    


Manhattan, New York—USA

"Sir,"

Suara itu berhasil membuyarkan lamunan Damien yang sedang memandang Manhattan dari tempatnya berdiri saat ini, dengan segelas kopi ditangannya. Tiga ratus enam puluh derajat kota New York bisa Damien nikmati dari  penthouse mewahnya yang terletak tepat di tengah kota.

Masih berdiam diri, enggan berbalik menatap lawan bicaranya, "Katakan," persilahkan Damien kepada pria yang berdiri dibelakangnya.

"Mr. Connor ada disini, dia ingin berbicara dengan anda. Kata beliau penting." Jelas Jeff Grissham, supir Damien.

Raut wajah Damien seketika berubah. Rahangnya mengeras. Kemudian dia berbalik, meletakkan gelas kopinya di meja.

Dengan tenang, Damien berkata pelan,
"Katakan padanya aku akan menemuinya."

Jeff mengangguk kemudian berlalu dari sana. Meninggalkan Damien yang masih berdiri diam melihat pintu yang ditutup dari luar.

Damien berusaha menormalkan dirinya. Dia harus tenang menghadapi pria tua itu. Sepertinya Aaron Christoper Connor ingin menguji kesabaran nya lagi. Dengan lancang menginjakkan kaki di penthouse nya. Damien benci orang asing menjangkau area pribadi nya.

Damien sampai di ruang tengah. Rupanya pria tua itu sedang duduk menunggu kedatangannya. Meski rambutnya sudah hampir memutih, pria itu masih memiliki auranya tersendiri. Mengintimidasi. Perawakannya terbilang sangat tampan untuk pria seusianya.

"Ada apa?" Tanpa basa-basi, Damien ingin ini cepat selesai. Baru semenit mereka duduk berhadapan, Damien sudah muak.

"Kau harus meneruskan jabatanku. Aku ingin beristirahat di sisa hari tuaku. Sepertinya kau sudah siap untuk memegang perusahaan inti." Suara tegas itu keluar. Langsung pada inti pembicaraan.

"Kau datang hanya ingin mengatakan itu?"

"Sesekali aku harus berkunjung melihat cucuku. Kita sudah jarang bertemu belakangan ini."

Ya, pria tua di depannya ini adalah Aaron Christoper Connor. Kakek Damien dari ayah. Pemegang saham terbesar sekaligus pemilik Connor Co. Perusahaan multinasional yang bermarkas di Manhattan ini bergerak di berbagai bidang. Mulai dari bisnis ritel, tekstil, real estate, asuransi, restoran, media, investasi, otomotif, hingga maskapai penerbangan. Dan masih banyak lagi anak perusahaan yang berada dibawah naungan Connor Co. Mereka tercatat sebagai perusahaan atau bisa dibilang keluarga konglomerat paling berpengaruh di Amerika, bahkan mungkin di dunia. Connor Co sudah berdiri sejak tahun 1936. Didirikan pertama kali oleh kakek buyut Connor. Dimulai dari bisnis ritel kecil-kecilan hingga sekarang mampu menjadi perusahaan paling besar di dunia.

Aaron mengedarkan matanya melihat penthouse milik Damien. "Bukankah ini terlalu sempit? Kenapa tidak beli mansion saja? Kau bukan orang susah. Apa perlu aku yang belikan?"

Damien mendengus pelan. Penthouse seluas ini katanya sempit?

Mengabaikan ucapan itu, "Apa ada hal lain lagi yang ingin kau katakan?" tukas Damien. Dia tidak suka basa-basi. Mereka tidak sedekat itu. Kedatangan Aaron ke tempat pribadi nya saja sudah merupakan kelancangan. Dan, kenapa Jeff malah memperbolehkan dia masuk? Bukankah Damien pernah mengatakan jika siapapun tidak boleh sembarangan masuk tanpa seizinnya. Siapapun.

"Jadi bagaimana? Kau siap memimpin perusahaan?"

"Aku tidak mau. Posisiku sekarang sudah cukup. Berikan saja pada paman. Dia masih ada dan lebih berhak." Balas Damien menatap mata kakeknya.

"Pamanmu sudah punya bagiannya, Damien. Yang aku bahas adalah tempat dimana seharusnya kau berada!" Tegas Aaron. Sepertinya cucunya ini belum mengerti juga.

Spring Isn't Always Blooming Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang