PROLOG

41 4 0
                                    


Spring and Lose

———————————————

Frankie's Residence, Pennsylvania.

Satu tahun yang lalu...

Amerika akhirnya memasuki musim semi tahun ini. Dimana tumbuhan memunculkan tunas-tunas nya yang baru, setelah sebelumnya habis rontok di musim gugur. Hewan-hewan keluar dari tempat persembunyian setelah melakukan hibernasi selama musim dingin. Pun, orang-orang menikmati waktu di luar rumah karena suhu yang perlahan mulai menghangat. Merasa antusias menyambut musim semi dengan menghadiri banyak acara dan hiburan. Dari pameran penuh bunga hingga pertunjukan seni yang sama menariknya. Musim semi diibaratkan sebagai musim baru yang pertama. Seolah bumi terasa hidup kembali setelah melewati musim dingin yang beku.

Gadis yang saat ini seharusnya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, justru sebaliknya. Biasanya, hari-hari seperti ini akan diisi Allieona dengan melakukan banyak aktivitas bersama teman dan keluarga. Rumah peternakan keluarga nya di Pennsylvania adalah tempat yang cocok untuk sejenak menjauh dari keramaian kota. Menghabiskan waktu dari berkuda hingga menghancurkan dapur milik ibunya.

Allieona sekarang memang sedang berada di Pennsylvania sejak musim dingin. Menjauh sejenak dari New York dan kebisingannya.

Tetapi bukannya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, dirinya malah menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Membuat gadis ceria itu selalu murung akhir-akhir ini. Setelah mengetahui bahwa Caramel akan pergi meninggalkannya.

Mati. Adalah ketika jiwa terlepas dari raga. Napas tidak berhembus lagi. Jantung yang berhenti memompa darah. Tubuh yang mendingin dan terbujur kaku. Bagaimana rasanya mati? Semua makhluk yang ada di bumi pasti akan mengetahui. Tetapi, kau tidak akan tahu kapan dan dimana kau akan mati. Sebab kematian adalah rahasia Ilahi.

Ada orang yang diam-diam berharap dirinya mati saja. Mungkin tidak kuat lagi menghadapi kejam nya zaman ini. Ada pula yang sedang berjuang menghindari kematian. Mungkin dia memiliki alasan yang kuat agar tetap hidup lebih lama lagi.

Sesudah kau mati. Hanya kenangan tentangmu yang akan tetap hidup. Semua kenangan itu tidak akan pergi dari mereka yang pernah hidup bersamamu.

Kematian adalah salah satu cara Tuhan untuk menciptakan sebuah perpisahan. Cara yang mungkin dibenci oleh semua orang. Membuatmu belajar bagaimana rasanya merindukan dia yang tidak bisa kembali lagi. Meski begitu, kau juga tau, bukan? Bahwa setiap pertemuan pasti akan berujung perpisahan. Seolah itu adalah hukum alam yang tidak bisa dihindarkan.

Perpisahan seperti ini sangat menyakitkan. Lebih dari apapun. Tidak ada orang yang benar-benar siap untuk berpisah—Berpisah untuk yang selama-lamanya pada dia yang kita sayang. Ketika itu terjadi padamu, yang bisa kau lakukan hanya menangis dan menangis.

Begitulah yang dirasakan Alleona saat ini. Menangis adalah suara patah hati dan kehilangan yang akan dirasakannya sebentar lagi. Di pangkuannya, Caramel terbaring lemah. Napasnya tersendat-sendat kian melemah. Alleona tidak bisa berbuat apa-apa selain memeluk dan mengelus kepalanya lembut.

"Tidak... Kumohon jangan ambil Caramel sekarang... Kau tidak boleh memisahkan kami secepat ini..." lirih Allieona. Dia belum bisa merelakan Caramel. Ralat, tidak akan pernah bisa.

Caramel adalah alasan Allieona sering bangun pagi hanya untuk sekadar mengajaknya berjalan-jalan. Begitu banyak aktivitas yang mereka lakukan bersama dalam satu hari. Mulai dari makan, mandi, bermain, dan bahkan tidur seranjang bersama. Bagaimana Allieona akan menjalani hari nya tanpa Caramel? Memikirkan itu semakin membuat sakit di dalam sana kian terasa.

Caramel adalah anjing peliharaannya. Anjing poodle yang diberikan seseorang untuk Allieona sepuluh tahun yang lalu. Hadiah ulang tahun yang paling berarti bagi Allieona. Dia masih ingat betapa lucunya caramel yang masih berumur empat tahun ketika pertama kali mereka bertemu. Anjing itu memiliki bulu keriting berwarna karamel. Seperti namanya.

"Ana..." Emily Reinhart Frankie, ibu Allieona berujar lirih sembari mengelus punggung putrinya itu. Hatinya ikut teriris.

"Mom, Caramel akan baik-baik saja, kan?" tanya Allieona. Masih mencoba menyangkal kenyataan dihadapannya.

"Yes, sweetheart. Sebentar lagi Caramel akan baik-baik saja. Dia akan sembuh. Maka dari itu dia harus pergi. Ini sudah saatnya bagi Caramel," ujar Emily.

"Tidak bisakah dia sembuh tanpa harus pergi?" lirihnya tidak rela.

"Kau mau Caramel terus kesakitan? Kita manusia tidak bisa mencegah kematian. Itu sudah kehendak Tuhan."
Ya, apa yang dikatakan ibunya benar. Tidak ada yang bisa mencegah ketika ajal datang menjemput. Caramel sudah hidup selama empat belas tahun lamanya. Mungkin Caramel-nya sudah lelah. Belakangan ini, Allieona melihat bagaimana caramel yang biasanya aktif bergerak, kini tidak lagi. Anjing itu lebih banyak berbaring dengan lesu.

Dan sekarang adalah puncak dari semuanya. Caramel berada dipelukannya, menatap Allieona yang juga sedang menatapnya. Sakit yang dirasakan Allieona semakin menggila ketika dia melihat mata Caramel juga berkaca-kaca. Allieona yakin Caramel-nya juga tidak ingin mereka berpisah.

Beberapa menit mereka berpelukan erat. Seolah peluk itu bisa membuatnya tidak pergi. Tetapi ternyata, semua itu tidak bisa.

Tangisan Allieona semakin menjadi ketika merasakan caramel tidak bergerak lagi. Helaan napasnya menghilang. Allieona melonggarkan pelukannya dan membaringkan Caramel di pangkuannya. Mata Caramel masih terbuka tetapi tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan.

Allieona kemudian menutup mata Caramel. Kembali memeluknya sembari menangis. Kali ini yang terdengar hanya isakan kecil penuh pilu.

Caramel is gone. Forever.

———————————————


Segini dulu hehe
Ayo dong di vote dan kalau boleh di share juga ke temen-temen kalian😉😁😢
Oh iya jangan lupa intip akun ig mereka :

@allieonafrankie
@damienconnor.m
@alvarotorres.g

hope u guys enjoy it ;)

Spring Isn't Always Blooming Where stories live. Discover now