"Terus sekarang lo mau apa?"

"Niat gue, hari ini gue mau ketemu sama Ibu angkatnya Vanya. Gak mungkin gue ajak Vanya ketemuan. Gue rasa dia takut sama gue."

"Bego, orang mana yang gak takut kalau masa lalu dia sama lo buruk banget?"

Buruk bagi Kara tidak seperti buruk bagi Vanya karena yang Kara tahu Gavin hanya menghamili Vanya. Selebihnya Kara anggap Gavin dan Vanya sepasang teman baik.

"Ya makannya, ini gue mau nebus kesalahan gue. Bilang ke Mama, kemungkinan gue pulangnya lama. Kalian juga tolong doain semoga gue bisa bawa pulang Vanya."

"Gampang itu mah. Lo mau yang lebih bernyali gak Vin?"

Gavin mengerutkan kening, "Apaan?"

"Barusan Bevan chat dia udah bawa mobil lo balik. Jadi, have fun ya! Selamat menikmati kehidupan lo di desa."

"HAH?! ANJING! KAK LO GILA?!" Dengan kolor dan kaos rumahan, Gavin berlari keluar menuju gapura desa. Bahkan saat ini wajahnya masih murni wajah bangun tidur.

Sampai di gapura, benar saja mobilnya sudah tidak ada. Terus nasibnya sekarang gimana? Uang cash Gavin cuman tinggal 400 ribu.

"KAK MEREKA UDAH BALIK?! PLEASE MINIMAL KASIH GUE CASH DULU. TINGGAL 400 RIBU NJING CASH GUE!"

"Berisik Vin! Udah, Mama udah transfer lo 100 juta. Gunain tuh uang sebaik mungkin selama di sana karena sekarang lo gak bisa pulang sebelum berhasil bawa pulang Vanya."

"COK?!?!! MAU DI TRANSFER 500 JUTA JUTA JUGA UANG GUE GAK BISA DI PAKE BODOH. DISINI GAK ADA ATM!"

Tut. Tut. Tut. Tut.

Tiba-tiba telfon dimatikan oleh Kara. Gavin menghembuskan nafas panjang serta kasar. Kadang, keluarga dan temannya memang gila kayak gini.

"Hai, mau kemana?" Tanya lembut seorang gadis. Bisa dibilang dia adalah kembang desa disini.

"Hai? Gue cuma lagi jalan sehat." Demi apapun Gavin malu dengan kondisinya saat ini.

Rambutnya masih berantakan. Bajunya juga baju tidur, belum kolornya yang bergambar polkadot. Semoga saja orang ini tidak mencium bau jigongnya deh.

"Eh, kata Keyshila, kamu ganteng." Celetuk gadis disebelahnya. Gavin menatap dua orang itu bergantian.

Setelahnya, dia menyengir, "Makasih ya." Tak mau berlama-lama lagi, Gavin pergi sedikit tergesa kembali ke kontrakan.

"Gue emang ganteng anjir," Cibir Gavin di perjalanan.

"HEI!! NAMANYA SIAPA?! KEY MAU EMH--"

"Lova diem! Jangan jujur gitu dong ke orangnya. Kalau dia ilfil gimana?" Tegur Keyshila atau yang kerap disapa Key oleh orang-orang.

"Astaga, yang namanya suka sama orang itu harus berani malu, Key."

"Ya tapi enggak gitu. Ngomong-ngomong dia kesini ngapain ya?" Pikir Key.

"Iya ya? Padahal kayak orang kaya."

"Ish kalo itu mah emang! Gak lihat mobil yang di depan gapura kemarin? Menurutku dia kesini mau pastiin mobilnya gimana."

"Lah Pak Rama gak kasih tahu kamu tentang orang itu? Tamu disini kan biasanya pada lapor RW."

Key adalah anak dari RW kampung ini. Namanya pak Rama, sudah beberapa tahun ini beliau menjabat sebagai RW kampung. Kalau Lova, dia hanya teman dekat Key sejak kecil.

"Kemarin kata ayah, dia kesini cuman mau PKL."

"Apa itu PKL?" Tanya Lova, maklum dia hanya lulusan SD. Orang tuanya tak sanggup membiayai sekolah Lova sebab mereka pun hanya bekerja sebagai pemulung.

HER LIFE - END (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now