Feat.@MyLovely379
.
.
Family,Mpreg,Sweet,bXb
Jika kau sang bulan maka ijinkan aku menatapmu sepanjang malam dan jika kau sang matahari, biarkan sinarmu menghangatkan hati ini. -Park Jong Seong/Jay
Aku bukanlah sang bulan yang selalu bersinar di dala...
Apa Chenle tidak berniat menjelaskan sesuatu padanya?
Jadi apa berita itu benar?
Tapi Jisung tidak yakin.
Hhhhh.
Jisung menghela napas dalam, lalu memilih untuk segera tidur mencoba untuk melupakan masalahnya sejenak.
Kakaknya benar, masalah ini dibahas besok saja.
Tapi keputusan nya untuk tidur adalah kesalahan besar. Diluar rumahnya saat ini, Chenle sudah beberapa kali mengetuk daun pintu rumah Jisung, Chenle sedikit menggigil karna cuaca sangat dingin saat malam hari terlebih ia hanya memakai pakaian tipisnya karna terburu-buru pergi ia jadi lupa untuk sekedar memakai coat nya.
"Apa dia sudah tidur?"
Chenle menoleh kearah jendela kamar Jisung yang sudah menggelap. Hembusan napas di sertai uap dingin keluar dari mulutnya.
Chenle kedinginan.
Ingin kembali pergi, tapi Dia harus menjelaskan dulu sama jisung.
Chenle kerumah Jisung menggunakan mobilnya.
Chenle melangkah menuju jendela kamar Jisung, mencari beberapa kerikil kecil yang ada disekitar pekarangan rumah Jisung. Lalu melemparkannya kearah jendela, bermaksud membuat Jisung bangun.
Tak.
Tak.
Tak.
"Ayolah Ji, kau tidak akan membiarkan ku mati kedinginan kan."
Lagi. Chenle kembali melempar batu kecil itu tepat kearah jendela Jisung.
Hanya untuk memberitahu sang empunya bahwa ada seseorang diluar sana, dan itu dirinya.
Tapi sepertinya tidak berhasil.
Chenle merogoh saku celana nya, mengambil ponselnya yang mendadak mati beberapa menit lalu sebelum dirinya sampai didepan rumah Jisung.
"Sial!!"
Chenle menatap Jendela kamar Jisung gamang, haruskah ia nekad memanjat ke balkon kamar pria manisnya.
Sepertinya, iya.
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
Jeongwoo baru saja pulang dan langsung disambut tatapan tajam dari ibunya---park Yoongi---yang sudah berdiri tepat didepan pintu utama rumahnya.
Jeongwoo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, biasanya sang ayah yang akan menungguinya pulang hanya sekedar untuk menceramahi---katanya tidak boleh pulang malam, kecuali saat bekerja.
Itu peraturan orang rumah agar dispilin diri, tapi Jeongwoo sering sekali melanggar karna alasan berkencan dengan Junghwan.
"Baru pulang Park?" Tanya Yoongi sarkastik.
Anak bungsunya ini susah sekali diatur, terlalu menjadi jiwa pemberontak.
"Maaf eomma... aku tadi habis dari rumah Junghwan."
"Lalu wajahmu, kenapa bisa lebam seperti itu?" Tanya Yoongi penuh selidik. Dan dihadiahi cengiran lebar dari Jeongwoo, memperlihatkan gigi taringnya yang menyembul keluar---mirip dengan milik ibunya.
"Ini hadiah dari hwanie eomma."
Cengiran polos kembali keluar, menjadikan Yoongi menggeleng pelan melihat tingkah anaknya sendiri. Jeongwoo terlalu susah diatur tidak seperti Jay yang penurut.
"Bisakah kau tidak membuat masalah Park? Lagipula hadiah macam apa yang membuat mu luka seperti itu."
"Aku tadi terlambat kencan eomma, jadi di beri pukulan sayang oleh Hwanie."
Hembusan napas Yoongi keluarkan, lelah juga lama-lama berdebat dengan Park yang satu ini.
Jeongwoo terlalu banyak menjawab.
Tapi jika dengan Jimin, Jeongwoo akan diam saja dan lebih sedikit menurut.
Ciri anak durhaka.
"Ya sudah masuk kamar sana, obati dulu lukamu. Lain kali jangan pulang malam lagi."
Jeongwoo hanya mengangguk tapi ia tidak berjanji akan menuruti perkataan ibunya itu.
Kecupan hangat Yoongi terima di pipinya.
"Itu.. hadiah selamat malam untuk eomma. Jangan marah ya, nanti cepat tua."
Belum sempat Yoongi kembali mengomel, Jeongwoo lebih dulu kabur berlari ke kamarnya meninggalkan Yoongi yang hanya menggeleng pelan. Lalu tersenyum tipis.
"Kapan anak itu mau bersikap dewasa?"
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Yuhuu
Masih next kan?
Ramein yaa, klo votenya nyampe 100 aku bakal up cepat 😘