Revan merasa bersalah dengan Ayahnya untuk selama ini dirinya merasa seperti anak durhaka. Memilih menjadi anak band dan hidup liar diluar sana.

Tanpa memperdulikan Ayahnya. Ayahnya selalu ingin dirinya menjadi penerus Ayahnya.

Tetapi Revan menolak karna semata-mata dirinya ingin sekali menjadi seorang anggota band terkenal suatu saat nanti.

Sambil menangis dan menggenggam tangan sang Ayah. Revan menydari bahwa sesuatu yang tidakdirestui oleh orang tua belum sepenuhnya itu akan menjadi yang terbaik untuk dirinya bisa saja menjadi yang terburuk.

"Maafin Revan..."

Tangan kanan pria tua itu mengusap kepala Revan pelan. Apakah mulai hari ini Revan akan meninggalkan semua mimpi-mimpinya menjadi seorang anggota band terkenal dan akan meninggalkan seluruh teman-teman seperjuangannya?

Sudah beberapa hari, Revan tidak pergi kesekolah. Refalin merasa tidak enak hati dan sedih.

Semenjak pertemuan terakhir mereka dikoridor kelas itu adalah yang terakhir. Setelah itu Revan sudah tidak pernah turun sekolah lagi.

Gadis itu ingin mengirimkan pesan text kepada Revan tetapi dirinya tidak berani mengirimkan pesan text tersebut karna takut revan merasa risih oleh pesan Refalin.

Maka dari itu dirinya hanya diam dan mengikuti alurnya saja. Meskipun Refalin sangat khawatir dengan keberadaan Revan saat ini dimana. Bahkan dirinya juga tidak bisa tidur dan kebanyakan melamun.

Saatnya H-1 lomba band. Revan datang dengan pakaian rapi. Tidak seperti biasanya. Refalin merasa hawa yang berbeda dengan Revan seperti orang asing baginya Revan sekarang.

Teman-teman nya pun banyak sekali melemparkan banyak pertanyaan kepada Revan tetapi Revan hanya membalas seadanya saja.

"Lo kemana aja sih, beberapa hari dihubungin gak aktif?"

"Lo tau gak besok kita udah tampil, lo gak ada persiapan sama sekali!"

Refalin hanya duduk dipojokan diam menatap kearah teman-temannya yang tengah marah kepada Revan.

Sampai pada dimana hari mereka akan tampil. Para anggota band sudah tahu dan sudah bisa menebak sejak kemaren bahwa Revan tidak akan datang. Rasa kekecewaan terlihat oleh para anggota.

Apakah ini yang disebut teman. "Bahkan Refalin yang awalnya kita benci dirinya tetap stay sama kita daripada Revan yang ngajak Refalin gabung malahan khianatin kita kayak gini!" ungkap Davin kecewa kepada seluruh anggota.

Mereka tampil dengan sangat totalitas, lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu yangdiciptakan oleh Refalin sendiri menceritakan tentang perasaanya kepada Revan tanpa orang-orang sadari.

Refalin menyanyikan lagu tersebut penuh penghayatan sehingga membuat penampilan mereka totalitas diatas panggung.

Sampai pada lagu berakhir seluruh orang bertepuk tangan atas penampilan mereka. Mereka juga tersenyum bahagia meskipun ada yang mereka tutupi karna Revan.

Setelah turun dari atas panggung. Refalin membuang nafasnya gusar, saat melihat lelaki itu baru saja datang mengenakan pakaian black suit.

"Kemana aja lo?"

"Udah telat! semuanya udah berakhir." ucap Abraham sambil mendorong pundak milik Revan.

Revan hanya diam saja dan pasrah dalam keadaan.

"Gue kira Refalin yang bakal jadi pengkhianat karna dia orang luar, ternyata lo yang bawa Refalin ke kita, malahan lo yang pengkhianat!"

"Maafin gue..."

"Kata maaf lo gak berguna, lo udah nyakitin hati kita dengan cara nunggu kepastian dari lo. Kalo emang dari awal udah gak mau gabung lagi! bilang aja gak usah kayak gini." jelas Rangga benar-benar kecewa.

Davin menarik Refalin menjauh dan diikuti seluruh anggota. Untuk menjauh dari keberadaan Refalin.

Disaat seluruh anggota tidak sedikit pun membalikkan kepalanya menatap Revan. Refalin hanya seoranglah yang membalikkan kepalanya dan menatap nanar Revan.

Tiba saatnya pengumuman kemenangan. Anggota steel good tampak kelihatan gugup. Karna Jika mereka memenangkan lomba kali ini mereka akan mendapatkan jaminan dan lagu ciptaan mereka akan rilis.

Dengan ini mereka bisa mencapai seluruh mimpi-mimpi mereka selama ini.

"Pemenang juara kedua dimenangkan oleh nomor peserta empat!" seluruh anggota steel good berpelukan dan bertepuk tangan ria. Tak lupa mereka berloncat-loncat sambil saling merangkul.

Revan menatap bahagia sambil tersenyum kecil dari kejauhan. Demi Ayahnya dan kebaikan dirinya. Ia harus mengecewakan teman-teman seperjuangannya.

Rasa bersalah menghantui Revan. Namun semua ini sudah terjadi. Disatu sisi alasan dirinya menghilang tanpa kabar karna dirinya harus menghandle seluruh beban perusahaan Ayahnya.

Dirinya harus menggantikan Ayahnya dalam rapat dan bertemu klien. Dalam beberapa hari ini dirinya juga harus pulang bailik, Bandung, Nali dan Singapura.

Lelah sekali menjadi Revan. Belum lagi pikirannya tentang orang-orang sekitarnya. Namun ja tidak ingin mengecewakan Ayahnya. Inilah pilihan Revan.


FALLIN FOR (U)Where stories live. Discover now