Bagian 11

1.9K 154 8
                                    

¤¤¤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

¤¤¤

Dua hari berlalu begitu saja, Jarrel kini tengah duduk di kursinya sambil menatap selembar kertas di tangannya. Kertas formulir izin ikut berkemah seangkatan, dimana siswa kelas sembilan akan berkemah bersama disuatu lokasi, jadi sebelum ikut murid-murid diwajibkan meminta izin pada orang tua, dan harus di tanda tangani.

Jarrel itu di satu sisi ingin ikut karena ingin merasakan yang namanya kemah, di satu sisi lagi ia ragu untuk ikut karena ia tak ada kawan, pasti tidak asik jika ia sendiri nanti di kalangan anak kelasnya, jika saja ia di bolehkan gabung dengan kelas lain, mungkin Jarrel akan bergabung di kelas sembilan F, kelas yang isinya anak-anak nakal.

Jarrel menghela nafas, sebentar lagi jam pulang, mungkin dari pada memikirkan ikut atau tidak lebih baik memastikan lebih dulu izin dari abang-abangnya. Untuk yang satu ini Jarrel tidak yakin akan di bolehkan, meski abang-abangnya itu sering acuh dan cuek bebek, tapi kalau udah urusan begini, protektifnya bisa keluar.

"Audah pusing" Gumamnya lalu memasukan formulir itu asal ke dalam tasnya, lalu membenamkan wajahnya pada lipatan tangan, mending tidur sambil nunggu bell pulang kata Jarrel mah.

•••

Jarrel berdiri dengan ragu di depan ruang kerja Lukas, selepas makan malam tadi ia ingin menunjukan kertas formulir itu pada abang sulungnya. Tapi anak itu malah ragu menunjukannya.

Clek...

Jarrel tersentak kaget saat pintu ruang kerja Lukas terbuka. Wajah anak itu terlihat lucu saat kaget, bahkan Lukas hampir saja tertawa saat melihat wajah menggemaskan adiknya itu.

"Mau apa?" Tanya Lukas.

"Itu...Arel mau ngasih tau soal ini" Jawab Jarrel gugup sambil menunjukan formulir ditangannya.

Lukas menerima formulir itu dan membacanya.

"Gak" Satu kata yang membuat bahu Jarrel merosot. Meski ia tak ada kawan saat kemah, tapi anak itu juga ingin merasakan suasana berkemah ramai-ramai.

"Yaudah..." Lirih Jarrel lalu merebut formulir itu dan pergi dari sana.

Lukas menghela nafas, bukan maksud hatinya membuat sang adik murung atau sedih. Hanya saja ia tak bisa membiarkan Jarrel ikut acara seperti itu, alasannya pasti ada. Pertama Lukas tidak bisa percaya sepenuhnya pada panitia acara untuk mengawasi Jarrel, kedua adiknya itu tidak kuat udara dingin, karena kemah biasanya diadakan di daerah yang udaranya dingin, bisa merah-merah kulit Jarrel. Intinya Lukas melarang Jarrel pergi karena ia khawatir.

Disisi lain Jarrel yang ingin menuju kamarnya tak sengaja berpaspasan dengan Ethan di anak tangga. Bahkan Jarrel hampir menabrak abang keduanya itu, karena jalan dengan menundukan kepala.

CANDRAMAWA [END]✔Where stories live. Discover now