"Mama mau ketemu sama Elen," Jawabnya membuat Vanya tak habis pikir dengan Clara.

Waktu itu, Vanya sendiri yang melarang Clara datang menemui Elen sebab Vanya ingin, dia dan putrinya hidup mandiri. Namun ini mengapa tiba-tiba Clara datang? Tidak mungkin hanya untuk ketemu sama Elen.

"Balik ya, Van?" Ucap Mamanya tiba-tiba.

Ayumi langsung menatap Vanya penuh harap. Benar dugaannya, ibu kandung Vanya datang kemari pasti karena tujuan lain.

"Ma, Vanya udah bilang, Vanya bisa hidup sendiri. Mama gak lihat Elen bahagia sama kita?" Ucap Vanya membela diri, membela ibu angkatnya.

"Kamu bahagia dengan baju dan tempat tinggal dikampung desa kayak itu?" Tanya Clara cukup menyakiti hati hati Ayumi sekaligus Vanya.

"Mama ngeledek?" Clara menggeleng.

"Udah lima tahun Vanya kayak gitu. Mama kemana? Vanya bahkan sampai terbiasa hidup di desa dengan perekonomian yang pas-pasan," Lanjut Vanya meluapkan kekesalannya.

"Mama sama papa cari kamu, Van. Kita semua cari kamu."

"Udahlah, Ma. Bu, barang-barangnya udah siap? Kurang apa? Biar Vanya masukin," Vanya mulai mengabaikan Mamanya.

Ayumi sedikit kaku untuk menjawab. Melihat penampilan Clara yang sangat sosialita, begitu berbanding dengannya, Vanya, dan Elen yang berpenampilan hanya dengan baju bekas orang-orang.

"Kita udah temuin orang yang hamilin kam--"

"MA! ADA ELEN!" Sentak Vanya menatap Clara tak suka. Mendengar bentakan Mamanya, Elen sampai terkejut.

"Maaf, Mama cuman mau bilang ke kamu."

"Tapi nggak sekarang. Mending sekarang Mama pulang. Vanya capek."

"Van, kamu marah sama Mama?" Tanya Clara lemas.

"Bu, kayaknya ini tas udah siap. Tinggal nunggu dokter Bevan kan?" Tanya Vanya dibalas anggukan oleh Ayumi.

Selang beberapa menit kemudian, Bevan datang dengan seorang suster yang langsung melepas infus ditangan Elen. Ditangan Bevan pula terdapat bingkisan lucu untuk Elen.

"Elen, apa kabar?" Tanya Bevan tersenyum. "Ini, dokter punya sedikit hadiah karena Elen berhasil sembuh."

"Eh? Dok, aku rasa kayaknya dokter jangan sering kasih hadiah ke Elen," Tegur Vanya sebab sejak awal di rumah sakit ini Bevan selalu memberikan hadiah dengan alibi untuk penyemangat Elen.

"Gakpapa, santai aja," Bevan menaruh hadiahnya diujung brankar Elen.

"T-te-terima ka-kasih, Dok-ter," Ucap Elen meraih hadiahnya dan disaat itu juga kening Clara berkerut.

"Vanya? Elen... Kenapa?" Ujarnya bertanya. Melihat fisik Elen, Clara tak berpikir kalau ternyata dia kekurangan dalam wicara.

Bevan yang sedari tadi fokus kepada Elen pun sedikit tersentak mengetahui ada Clara disini. Harusnya sih Clara nggak tahu kalau Bevan adalah kakaknya Gavin.

"Ma, udah aku bilang kan? Mama pulang aja. Mama disini tuh gak ngebuat suasana membaik. Justru makin keruh," Ucap Vanya menghela nafas pelan.

Sebentar, saat ini Bevan benar-benar dilanda bingung. Mamanya itu Clara atau Ayumi? Menurut Gavin dan teman-teman sih Clara ya karena istri Charles cuma Clara. Lah terus si Ayumi ini siapa woi?

Masalah tes DNA selesai, muncul lagi masalah silsilah keluarga yang bikin Bevan bingung tujuh keliling. Mending juga silsilah keluarga Maldeva.

Tak apa, Bevan bisa lebih sabar lagi dan tak lama kemudian dia akan tahu semuanya. Kalau nanti dia sudah mengetahui semuanya, tentu saja dia tak mau berbagi informasi kepada Gavin ataupun yang lain. Susah-susah cari tahu, orang lain cuma nerima hasilnya ya jelas Bevan gak mau.

HER LIFE - END (OTW TERBIT)Where stories live. Discover now