08

29.8K 1.7K 28
                                    

Hari yang di tunggu tunggu Sean sudah tiba. Hari ini, Agatha telah resmi menjadi istrinya. Perasaan grogi yang sempat menghantuinya sebelum akad tadi sudah hilang.

Perasaan lega menjalari hatinya. Dalam satu tarikan nafas, ia berhasil menyelesaikan ijab qobul dengan lancar.

Hatinya bergemuruh merasakan uforia itu. Perutnya seakan akan dipenuhi ribuan kupu kupu yang terbang kesana kemari. Sungguh, ia tidak bisa menggambarkan kebahagiaannya saat ini.

"Mas kenapa?" Ucapan Agatha membuyarkan lamunan Sean.

Ia hanya bisa menggeleng untuk menjawab Agatha. Tidak mungkin juga kan ia mengatakan apa yang ia lamunkan  pada istrinya.

Istri? Ah, hanya membayangkan ia memanggil Agatha dengan sebutan istri saja susah membuatnya jadi salah tingkah.

Ia benar benar seperti orang gila sekarang. Dan itu semua karena Agatha, istrinya.

"Kamu kenapa sih mas? Aku perhatiin dari tadi kamu kayak kurang fokus gitu. Senyum senyum sendiri. Serem ih."

Senyum Sean mendadak hilang karena gerutuan Agatha. Tidak bisakah istrinya itu melihat kebahagiaanya? Membuatnya kesal saja.

"Mas gak papa kok. Cuma gak nyangka aja kita udah jadi suami istri." Agatha memberikan tatapan menyelidik pada Sean, seakan akan ia tidak percaya dengan ucapan suaminya.

"Beneran kok. Mas gak bohong." Agatha mempercayainya saja. Tidak mungkin juga ia mendebat Sean di saat seperti ini.

"Selamat atas pernikahan anda tuan Darmana. Saya lihat istri anda masih sangat muda. Apakah pernikahan ini hasil perjodohan?"

Seorang pria yang sudah lumayan berumur menghampiri sepasang pengantin tersebut. Melihat penampilan orang itu, Agatha  sibuk mencibir dalam hati.

Dilihat lihat pria itu lebih tua dari Sean. Tapi juga tidak semuda orang tuanya. Karena dady nya saja masih terlihat lebih muda daripada pria itu.

Lalu kolega bisnis siapa dia? Pertanyaan yang dia ucapkan juga mengandung cemoohan. Agatha sangat hafal basa basi seperti tadi. Lihat saja nanti, pria tua itu pasti akan mengejeknya. Heh! Pria itu pikir dia akan merasa terintimidasi? Dalam mimpinya saja.

"Ini pilihan saya sendiri tuan Robert. Kebetulan dia sahabat dekat adik saya. Dan sebuah keberuntungan tersendiri untuk saya karena bisa menikahinya."

Sean buru buru menjawab pertanyaan tuan Robert saat mengetahui raut ketidak sukaan istrinya. Jika ia tidak bisa membereskan masalah ini, bisa bisa istrinya itu akan mengeluarkan taringnya.

Jangan sampai hal itu terjadi. Bisa runyam dan menimbulkan masalah nantinya. Bukan tanggapan orang lain terhadap istrinya yang menjadi masalah. Tapi kondisi mental tuan Robert yang menjadi masalah.

Satu kalimat saja yang keluar dari mulut istrinya, ia yakin bisa mengguncang tuan Robert. Lalu, jika itu sampai terjadi, tuan Robert bisa saja menuntut istrinya.

Bisa saja ia membebaskan Agatha dari tuntutan itu, tapi pencegahan lebih awal jauh lebih efisien.

"Anda memang gila tuan Darmana. Menikahi sahabat adik anda yang usianya jauh di bawah anda. Anda seperti pedofil saja." Kekehan sinis keluar dari bibir tuan Robert. Dan Agatha sudah tidak bisa lagi membiarkan orang gila seperti Robert itu ada di pestanya.

"Saya rasa semua remaja pasti akan tunduk dalam pesona suami saya tuan Robert. Siapa yang tidak mau ada di posisi saya sekarang ini. Menikah dengan Sean Revano Darmana. Pria matang dengan bisnisnya yang ada dimana mana. Memiliki wajah tampan layaknya para dewa. Badan yang kekar menjadi idaman semua wanita. Belum lagi hartanya. Entah harta pribadi, ataupun jatah warisannya nanti. Bisa anda bayangkan seindah apa hidup sebagai istri dari Sean Revano Darmana? Hanya orang tidak waras saja yang menolak posisi ini disaat semua wanita berlomba lomba untuk mendapatkannya. Bahkan saya yakin, semua nona muda pun akan dengan suka rela menjadi lacur seorang Sean."

SILENT GIRL [END]Where stories live. Discover now