22. Everything's gonna be okay [REVISI]

4.3K 218 2
                                    

Vania's POV

Kehidupan baru?

Semua orang bilang bahwa kehidupan baru sering membawa perubahan positif bagi perjalanan hidup mereka.

Okay, fokus kalian jangan terbelah dengan ucapanku yang ambigu ini.

Bukannya aku menjalani kehidupan baruku dalam arti, aku menikah dengan seseorang. Atau lebih parah lagi, kalian menganggapku sudah menanggalkan ragaku dibumi yang ditimbun oleh tanah merah yang masih baru?

No, no, no. Aku masih mau mengikuti alur hidup yang akan mempertemukanku dengan beberapa masalah yang nantinya akan mendewasakanku nanti.

And now, I'm verry happy in here––German.

You know?, disini banyak gedung-gedung tinggi yang membuatmu mendongakkan kepala. Maksudku, hei, lihatlah bangunan-bangunan pencakar lagit yang lebih bersahabat dengan alam dibandingkan dengan Jakarta.

Oh yeah, aku pasti akan mendapat banyak titipan oleh-oleh dari 3 kucrut sahabatku jika aku mengingat Jakarta dan berniat untuk pulang. Juga sebagai balas budi karena mereka telah sanggup untuk tak membeberkan kepergianku ke Jerman dengan orang luar panti asuhan.

Jangan sebut aku sombong, okay! Atau lebih tepatnya kacang lupa pada kulitnya?

Big no.

Siapa yang tak ingat akan kota yang menyimpan banyak kenangan dan beberapa masalah yang mengajarkanmu akan kerasnya hidup?

Dan mungkin, disinilah aku, dinegri orang yang mungkin lebih mempunyai problema lebih banyak dari di Jakarta. Aku harus bersiap untuk hal itu.

Juga, jangan lupakan misi utamaku kesini--menata kehidupanku yang lebih baik.

'Sangat naif!'

Oh hey, siapa yang bilang seperti itu?

Aku ini gadis baik yang bertanggung jawab. Maka dari itu, aku takkan mungkin jika meninggalkan Jakarta, hanya untuk menghindari musuh-musuhku yang terlalu banyak disana, dan ayahku yang tiba-tiba muncul setelah menelantarkanku sampai aku berumur 18 tahun. Juga pertunangan antara orang yang kucintai dengan musuh terbesarku.

Ups, aku terlalu banyak omong.

201...206...209...

Itu dia, kamar yang aku cari-cari setelah 7 jam lamanya. Itu jika dihitung dengan perjalananku ketika menaiki pesawat terbang.

Perlahan, aku memasukkan sebuah kartu sedang yang tak kutahu namanya, kedalam gagang pintu yang sudah didesain sedemikian rupa agar dapat dimasuki sebuah kartu.

Aroma mawar menyergap indra penciumanku begitu aku melangkahkan kakiku kedalam ruangan dengan pintu bernomor 212 ini. Kamar dengan nuansa elegan yang didominasi warna merah ini, akan menjadi ruangan teritorial pribadiku selama aku tinggal di Jerman--sampai batas waktu yang tak ditentukan.

Beruntungnya aku mendapat kebebasan waktu untuk memilih tinggal berapa lama dinegri orang ini. Aku mimpi apa semalam sehingga tinggal di apartemen mewah tanpa 3 kucrut yang selama ini mengikutiku itu.

Hal ini sangat bagus untuk dijadikan pelarian sementara pada orang-orang sinting yang berkutat denganku dan tanpa hentinya meracik masalah demi masalah dalam perjalanan hidupku yang 'seharusnya' mulus.

♥__★__♥

Sebuah bangunan berlantaikan marmer mahal dengan gerbang berdiri tegak disisi muka, adalah sekolahku kini.

Pernahkah aku menyebut jika aku ikut akselerasi?

Aku memang tak pernah menyebut hal tersebut. Namun melihat bangunan SMA baruku ini, aku terlihat seperti anak kuliahan dengan seragam yang masih selaras antara satu siswa dengan lainnya, tapi rok milik para siswi sangat minim sehingga terkesan kekurangan bahan jika didaerah timur.

[GF2] VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang