5. Bad mood! [EDITING]

5.2K 265 1
                                    

Gue menendang asal setiap batu kerikil di depan gue, dan menggumam gaje beberapa kali. Berharap rasa kesel gue terlampiaskan setelah ini.

Gimana gue nggak kesel(?)

Orang gue cuman ngebenjolin dikit palanya si tukang sarkastik itu, eh malah gue dimanfaatin buat jadi babunya dia selama satu tahun penuh. Rese banget kan!?

|♦| Flashback |♦|

"Gue mau elo jadi asisten gue! Atau lebih tepatnya sih babu. Selama satu tahun penuh," titah cowok kepedean itu sambil tersenyum miring dan ngeliat gue dengan tatapan puas.

"APAA!?" pekik gue nggak percaya. Yap, gue nggak percaya karna ada aja jaman sekarang orang modelnya kayak gini. Masak gue benjolin dikit palanya aja udah langsung minta yang kagak-kagak kayak gitu.

Dia menatap gue dengan tatapan menilai. Tatapannya menjelajahi tubuh gue dari atas sampek bawah.

"Elo anak beasiswa?" tanyanya dengan salah satu alisnya yang terangkat. Dan nada sarkastiknya pun juga muncul kembali.

Gue mengangguk mengiyakan, lalu berdehem sebentar.
"Emang kenapa?"

"Lo mau beasiswa lo dicabut dari sekolah ini atau lo bersedia jadi babu gue selama satu tahun penuh seperti apa yang gue minta barusan?" tanya dia dengan tatapan mengejek. Ugh, oke. Gue mulai muak disini.

"Susah yah jadi anak beasiswa. Emang lo siapanya kepsek sih? Kok bisanya ngomong kayak gitu," oh My God, gue harus bisa mengendalukan emosi gue yang sedikit labil ini.

"Gue anaknya," bales dia cuek. "Udahlah. Lo terima aja. Apa susahnya sih?" sambunya dengan nada bicara yang sedikig meninggi.

"Yah susah lah oon. Gue harus rela ngorbanin waktu gue ama si Necky buat jadi babu lo," bentak gue yang mulai geram.

Alisnya saling bertaut.
"Necky?"

"Necky itu bola basket kesayangan gue. Dia My 'real friend'," jelas gue dingin.

Dia ber-ooh ria, lalu mulai mengeluarkan suaranya. "Gue bisa kasih lo batasan waktu. Kita hanya babu dan majikan kalo di sekolah. Selebihnya, enggak. Gimana gue kurang baik apalagi coba?"

Gue berdecih. "Ya-ya-ya. Whatever. Dan, sekarang gue harus latihan basket ama si Necky."

"Eh oon, gue kan belom bilang kapan perjanjiannya dimulai!"

Gue nyengir kuda. "Eh iya gue lupa. Yaudah deh tinggal bilang kapan?"

"Besok,"jawab cowok itu datar. Dan apa kalian kira gue terkejut dengan jawabnnya barusan?

BIG NO!

Gue udah siap seburuk apapun hal yang akan terjadi dihidup gue ini.

"Oke terserah. Sorry G.U.E S.I.B.U.K mau latihan dulu!" ucapku sambil beranjak meninggalkan si cowok manja tukang sarkastik itu.

Cowok itu berdecih. "Gue juga sibuk kali! Oke deh,see you later My assistant," ucap dia sebelum jarak diantara gue dan dia semakin jauh.

"Oh shit! Gue harap elo kesamber petir sekarang juga cowok manja tukang sarkastik! Damn," Umpat gue dan mulai berlatih lagi sama si Necky.

|♦| Flashback End |♦|

"Elo kenapa Van? Muka ditekuk terus kayak adonan donat kebanyakan aer," sindir Ghea saat kaki gue udah menginjak alas tempat tidur kita.

[GF2] VaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang