HERE WITH ME

408 26 13
                                    

Aku berjalan tanpa arah dan tujuan, menyelusuri jalan kecil, melangkah dengan perasaan yang cemas, ingin rasanya menghubungi sahabat-sahabat ku tetapi tidak ada signal, Aku terus berusaha mencari jalan untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku berjalan tanpa arah dan tujuan, menyelusuri jalan kecil, melangkah dengan perasaan yang cemas, ingin rasanya menghubungi sahabat-sahabat ku tetapi tidak ada signal, Aku terus berusaha mencari jalan untuk pulang.Namun, tidak ada jalan keluar yang ku temukan malah aku semakin tersesat. Di ujung jalan kecil itu, aku menemukan sebuah gazebo untuk tempat beristirahat sementara.

 Di ujung jalan kecil itu, aku menemukan sebuah gazebo untuk tempat beristirahat sementara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Disini aja dulu deh, cuacanya kaya mau hujan" Gumam ku.

Tiba-tiba aku mendengar ada langkah kaki dari arah yang cukup jauh, aku mulai merasa takut. Langkah kaki itu semakin mendekat, aku memilih untuk menutup mata, yang aku takut kan kalau itu adalah hantu. Ternyata perkiraan ku salah, itu adalah....

"Gwen" Panggil Langit sembari berlari ke arah Gwen.

Aku membuka matanya secara perlahan, memberanikan diri untuk melihat ke arah seseorang yang memanggil nama ku.

"Kakaaa" Aku menangis pada saat itu, dengan cepat aku langsung memeluk tubuh Langit.

"Semua pada khawatir kamu hilang" Langit membalas pelukan Gwen, ia mengusap rambut Gwen secara perlahan berusaha untuk menenangkan gadis itu.

"Tadi aku ditinggal sama Jenan, aku nggak tau lagi arah pulang ke tenda, kamu kok bisa tau aku di sini?" Jelas ku secara perlahan-lahan.

"Aku dapet petunjuk dari pita kamu, tadi juga aku ngikutin jejak kaki karna kan tanahnya sedikit basah" Langit menunjukan pita yang ia temukan di dekat sungai.

"Ayo pulang kaa, aku takuttt"

Sayangnya sebelum mereka pulang hujan pun jatuh begitu saja membasahi bumi, mereka berdua memilih untuk istirahat di gazebo itu sampai menunggu hujan redah.

"Kita tunggu sebentar disini ya, hujannya deras banget" Pinta Langit.

Aku hanya bisa mengangguk, badan ku menggigil karna cuaca yang cukup dingin, tanpa ragu, aku menyenderkan kepala ku kebahu Langit. Dengan sigap Langit memegang telapak tangan ku, berusaha untuk memberikan aku kehangatan.

"Kak" Panggil ku dengan lirih.

"Iya?"

"Aku nggak tau deh, akhir hidup seperti apa yang akan ku dapati, bisa aja nanti aku berjodoh dengan kematian. Kalau memang aku berjodoh dengan kematian, sama sekali nggak ada penyesalan buat aku karna jatuh cinta sama kamu. Tapi, kamu harus inget satu hal selama aku masih bernafas akan aku pastiin kamu selalu dicintai dan selama aku masih disini nggak ada yang bisa nyakitin kamu"

Langit mengubah posisinya menjadi menatap Gwen, ia menarik nafasnya, dengan lembut tangan Langit mengusap pipi Gwen.

"Kenapa bilang gitu?" Tanyanya dengan nada yang cukup tenang.

"Nggak apa apa" 

Tangannya berpindah ke rambut Gwen, ia megusap rambut Gwen secara perlahan-lahan.

"Kamu jangan aneh-aneh, jangan bilang gitu. Kamu nggak akan berjodoh dengan kematian"

"Tapi takdirkan nggak ada yang tau. Hmm apa mungkin aku akan berjodoh dengan kamu?" Tanya ku kepadanya.

"Nggak mesti sama aku, aku masih banyak kurangnya lagian apa yang mau kamu harapin dari manusia kaya aku?" tanyanya.

Aku mulai memperhatikan Langit dari ujung kepala sampai ujung kaki, dahi ku sedikit berkerut sekarang.

"Ah kamu nggak ada kurangnya, aku jatuh cinta sama kamu karna menurut aku kamu sempurna kalau aku melihat kekurangan di diri kamu maka aku akan semakin mencintaimu"

Langit tersenyum ketika mendengar perkataan yang keluar dari mulut Gwen, ia mencubit pipi Gwen dengan gemas.

"Comelnyaaa" Puji Langit.

"Aku aneh ya kak?" Tanya ku dengan nada bicara yang serius. Ntah mengapa saat itu banyak pertanyaan di kepala ku.

"Nggak, kamu nggak aneh" jawab Langit, dia berusaha untuk menenangkan Gwen.

"Aku cape bangett, aku mau ngeluh sama kamu tapi aku malu karna kehidupan kamu jauh lebih berat daripada aku"

"Nggak apa apa ngeluh aja lagian nggak baik kalau di tahan, aku selalu disini buat dengerin cerita kamuu pas lagi cape, bahagia, sedihh. Kata Nana kamu sering overthinking karna aku bales dm kamu lama?"

Aku hanya mengangguk, sedikit tertunduk karna rasa malu.

"Dengerin ya Gwen, aku bales dm kamu lama itu karna jarang buka instagram, aku keseringan main game"

"Emang iya?"

"Iyaaa" Jawab Langit berusaha meyakinkan Gwen.

"Saingan aku banyak ya kak" Tanya ku.

"Nggak banyakk" Jawab Langit.

"Masa sih? tapi kata kak Abryal banyak yang ngirim surat ke kamu"

"Itu duluu, kalau sekarang cuma kamu aja yang ngirim surat ke aku"

"Terus surat surat yang aku kasih kamu simpan?"

"Iya aku simpan, kadang kalau lagi capek atau badmood selalu aku baca ulang" Jelas Langit kepada ku.

"Makasih ya udah ngehargai aku"

"Terimakasih juga, cantik"

Hari pun semakin malam, tetapi hujan tidak reda juga. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk tidur di gazebo itu.

"Aku ngantuk"

"Yaudah tidur aja, sini taruh kepalanya ke paha aku" Usul Langit.

"Kamu nggak tidur?" 

"Nggak, aku jagain kamu"

Aku meletakkan kepala ke paha Langit, merebahkan badan ku di gazebo itu.  Aku merasakan rasa nyaman dan aman.

"Jangan ditinggal" Kata ku kepada Langit.

"Nggak nggak, nggak aku tinggal. Tidurlah, udah malem"

"I love you kak"

"I love you too Gwen"

Perlahan aku memejamkan mata, sembari mengenggam salah satu jemari tangan Langit layaknya bayi yang takut ditinggal.

Langit menatap Gwen yang sudah tertidur dengan pulas, tanpa ia sadar bibirnya tersenyum.

"She is always perfect in my eyes" Ucap Langit dengan lirih. Dia terjaga sepanjang malam sampai pagi tiba.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




















































Strange Love Story [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang