LANGIT POV

431 38 18
                                    

Abryal berjalan menuju kelasnya untuk bertemu Langit.

"Angga, nih ada surat" ucapnya sembari memberi surat kepada Langit.

Tanya langit kepada abryal "surat apa ini?"

"Surat D.O, lu baca sendiri lah nyet" cetus abryal.

Langit membuka isi surat itu, dia membacanya dan memasang mimik wajah tersipu, bibirnya melengkung membentuk senyuman .

"Surat yang ini kok beda? nggak kaya yang kemarin-kemarin. Kaya jurnal mau di kasih ke dosen tapi isinya gemesin, siapa yang ngasih?"

"Secret" cetus abryal dengan singkat.

Langit hanya mengangguk, dia menyimpan surat itu ke dalam tasnya. Namun, di kepalanya masih bertanya-tanya siapa yang memberikan surat itu.

"Yaudahlah ayo balik" ajak abryal kepada langit.

__________________________________

*Dua bulan pun berlalu, tidak terasa waktu berjalan begitu cepat. Semenjak saat itu, Gwen hampir setiap hari selalu memberikan surat kepada Langit melalui abryal, sampai pada akhirnya...*

"Bryal" panggil Langit sambil berlari menuju ke arah abryal.

"Oii" sahut abryal sembari melambaikan tangannya.

Langit langsung merangkul abryal, mereka berjalan bersama ke kelas. Saat sudah sampai di kelas ternyata mereka mendapatkan pemberitahuan bahwa dosen akan datang terlambat.

"Ah tau gitu gua nggak buru buru dateng" gumam abryal.

"Bryal, mau nanya sesuatu dong" lontar Langit kepada teman sekelasnya itu.

"Nanya apa? tugas? yailah belum selesai" sahut abryal untuk menjawab perkataan Langit tersebut. Dia mengira Langit akan menanyakan tentang tugas kepadanya.

Langit mengerutkan dahinya, kemudian menggelengkan kepalanya menandakan bahwa abryal salah atas perkiraannya "bukan tentang tugas, tapi tentang sih cewe yang sering ngasih surat"

Abryal hanya diam terpaku saat mendengar perkataan itu terlontar dari mulut Langit, dia bingung harus kah dia memberi tau kepada Langit atau tetap menyimpan rahasia itu.

"Kok diam? ayo lah bryal kasih tau, nanti gua kasih 50rb" ucap langit kepada abryal.

Mata abryal melebar saat mendengar iming-iming akan dapat uang, dia menoleh ke arah Langit.

"Yang sering ngasih surat itu namanya Gwen Aurie, mahasiswi psikologi"

"Loh dia kok bisa kenal gua?" tanya langit kepada abryal.

"Ya nggak tau" Abryal mengangkat kedua bahunya. "Lumayan cakep tuh orang" timpal Abryal.

"Dia bisa naikin mood gua, setiap badmood selalu baca baca surat dari Gwen" tuturnya kepada Abryal.

"Yaudah jumpain aja ke gedung sebrang" usul Abryal kepada Langit.

"Ciri-ciri sih Gwen ini gimana?" tanya Langit.

"Sulit gua jelasin ciri-cirinya, lu lihat aja di instagram dah foto dia, toh kalian saling follow" cetus abryal.

"Masa?" Langit langsung melihat akun ignya, benar saja dirinya dan Gwen saling follow.

"Tuh kan apa kata gua" ucap abryal.

"Oh iya bryal, tanyain ke Gwen hari ini jadwal dia kemana. Ntar gua tambahin dah 10rb"

"Siappp" sahut abryal dengan bersemangat. Abryal langsung mengirimkan pesan kepada Gwen, tidak menunggu lama Gwen langsung membalas pesan Abryal.

"Kata Gwen dia hari ini mau ke lapangan basket, lu samperin aja dah itu di lapangan basket" celetuk abryal.

"Hmm" Jawab Langit.

"Uangnya mana?" Tanya Abryal dengan bersemangat.

Langit mengeluarkan uang dari dompetnya sebanyak Rp. 60rb, dia memberikan uang itu kepada Abryal sesuai dengan janjinya.

"Nih Bryal"

"Thanks, tambah dikit lah aturan" Protes Abryal.

"Kan tadi sesuai dengan janji gua segitu malah minta tambah"

"Yaelah, sskali sekali berbagi sama temen" Kata Abryal.

"Nggak"

"Kagak kasihan lu sama anak piatu" Abryal memasang raut wajah yang sedih, berusaha membujuk Langit untuk memberikan uang lebih.

"Lah gua yatim piatu bryal"

"Wah gelap gelap, mana lampu" Kata Abryal.

"Udah udah, diem" Perintah Langit.

Langit berniat untuk bertemu Gwen pada saat jam kuliah selesai, dia penasaran bagaimana bisa wanita asing itu mengenalnya dan memberikan surat kepadanya hampir setiap hari.

****
Jam menunjukan pukul 12.00 PM, sudah saatnya istirahat. Cukurukuk gang memutuskan untuk ke kantin. Sesampainya di kantin mereka langsung duduk dan memesan makanan masing masing.

"Kayanya kelas selanjutnya bakal nggak ada dosen" Cetus Jenandral.

"Tau darimana?" Tanya Aca dan Nana.

"Pak tanto kan jarang masuk" Jawab jenan.

"Eh gue mau cerita" Ucap Aca dengan semangat, terpampang senyum di wajahnya itu.

"Cerita apa?" Tanya sahabat-sahabatnya.

"Gue sama hts an gue yang virtual itu mau meet, aaaa gue nggak sabar mau lihat bentuknya gimana"

Aku terkekeh, mata ku menyipit karna tertawa.

"Ntar zonk loh, aduh acaaaa" Ledek ku sambil tertawa.

Karna mendengar gwen tertawa, yang lain juga ikut tertawa.

"Kok pada ketawa" Protes Aca yang kesal kepada mereka.

Ejek nana kepada Aca "nanti pas ketemu malah cewe"

"Ngelesbi dong" Sambung Jenandral.

"Diam! lo semua nyebelin, jahattt" bentak Aca kepada ketiga sahabatnya itu.

Mereka pun terdiam, tetapi masih berusaha untuk menahan tawanya. Disaat tengah tengah perbincangan mereka, ada sebuah notifkasi dari grup kelas dan benar, bahwa hari itu pak Tanto tidak masuk.

"Kan apa kata gua juga dia kagak bakal masuk" Kata Jenan dengan ekspresi yang girang.

"Halah, bayar ukt mahal-mahal tapi dosen jarang masuk" Gumam ku.

"Yaudahlah mending kita ke perpus buat nugas" ajak Jenan kepada ketiga sahabatnya itu.

"Ayo" Ucap Nana dan Acaa.

"Gue nggak ikut, mau ke Lapangan basket" 

"Ngapain? disitukan sepi" tanya Jenan.

"Nggak ngapa ngapain" Kata ku dengan singkat.

"Yaudah, mungkin dia mau sendiri dulu. Ayo nan" ajak Aca dan Nana.

Mereka bertiga pergi ke perpus, sementara Gwen pergi ke Lapangan basket sendirian.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Strange Love Story [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang