[𝔻𝕖𝕝𝕒𝕡𝕒𝕟 𝕓𝕖𝕝𝕒𝕤]

1.7K 205 46
                                    

↷✦; w e l c o m e ❞

H-6

Enam hari sebelum ulang tahun Mikaela, entah mengapa ia merasa Rafael seperti mengacuhkannya hari ini.

Biasanya setiap pagi, Mikaela lah yang membangunkan Rafael, namun pagi tadi Rafael tidak ada di sebelahnya.
Bukan hanya itu saja, saat Mikaela bertanya kepada Angga dimana ayahnya dan Angga membalas dengan penuh pengertian kalau sang ayah sedang sibuk.

Mikaela memasang wajah murung.  Tumben sekali Rafael kerja tanpa pamit kepada-Nya.

'Daddy kenapa ya? 'Batin Mikaela lesuh sambil memakan pisang di ruang tamu sendirian.

Mikaela yang asik memakan pisangnya tiba-tiba berhenti karena melihat Rafael berjalan terburu-buru sambil memegang sebuah berkas menuju pintu keluar rumah.

Mikaela yang melihat kehadiran Rafael pun dengan segera berlari menyusul sang ayah tanpa mempedulikan pisang yang ia pegang tadi jatuh ke lantai dan dimakan tupainya.

"Daddy! " panggil Mikael keras yang mana membuat Rafael reflek berhenti namun tidak menatap ke arah sang anak yang saat ini memeluk kaki jenjangnya.

"Deddy mau kemana? " tanya Mikaela dengan wajah polos sambil memeluk kaki jenjang sang ayah.

Mikaela bingung, kenapa ayahnya tidak membawanya kedalam gendongan hangat.
Karena biasanya saat Mikaela seperti ini, Rafael akan dengan segera menggendong serta memeluknya.

"Sana main dengan Angga  " kata Rafael dingin seraya melepaskan pelukan Mikaela dari kakinya dan langsung berjalan pergi tanpa menatap  Mikaela sedikit pun.

Perkataan dingin Rafael membuat Mikaela diam mematung bagaikan tersambar petir di siang bolong.

Selama ini Rafael selalu berkata lembut dan penuh kasih sayang, namun kenapa kali ini berbeda seolah-olah yang ada di depan matanya bukanlah ayah yang ia kenal selama ini.

Dengan mata berair, Mikaela berlari mengejar Rafael yang sudah sampai di depan pintu rumah.
Walaupun sulit bagi Mikaela yang memiliki kaki kecil dan pendek, ia tak menyerah untuk mengejar sang ayah.

"Deddy! " pangil Mikaela lagi dengan air mata mengalir karena rasa sedih yang ia rasakan kala ini.

Sesekali Mikaela terjatuh karena ya bagaimana bisa seorang anak yang bisa dibilang hampir satu tahun berlari dengan cepat.

Air mata Mikaela sudah mengalir sangat deras menatap sang ayah yang hanya menatapnya sekilas dan segera masuk kedalam mobil.
Mikaela yang tentunya masih seorang bayi walaupun sebenarnya sudah berusia belasan tahun, pastinya masih menyimpan insting balita yang suka menangis dan ingin disayang.

Mikaela langsung berusaha mengejar sang ayah walaupun itu sia-sia karena yang dikejarnya adalah mobil.

Bruk

Mikaela tersungkur dengan wajah terlebih dahulu di tanah halaman rumah yang terbuat dari semen / apapun itu.
Mikaela mendongakkan wajahnya masih dengan posisi tiarap di atas tanah yang berlapis semen kering tersebut.

Dapat di lihat di dahinya terdapat luka yang terbilang cukup besar apalagi sepertinya itu akan membengkak.

"Deddy" panggil Mikaela lirih dan bergetar  dengan air mata yang mengalir deras saat melihat mobil ayahnya yang sudah tidak ada di depanya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 01 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Papa AntagonisWhere stories live. Discover now