Sesampainya di rumah Jungkook, Beomgyu turun duluan untuk menyapa petugas keamanan, berterima kasih karena sudah dibukakan pintu. Semua orang tertawa pada kepolosan dan hati yang tulus dari sosok Beomgyu, anak itu bergembira selagi Jungkook mengusap kepalanya.

Jungkook membingkai bahu Beomgyu dengan senyum tidak pudar, anak itu mengingatkan Jungkook pada dirinya sendiri disaat dia masih kecil. Dirinya kerap penasaran pada hal-hal baru, senang membicarakan banyak hal, selalu tertawa bersama ayahnya yang hebat, jauh sebelum tragedi berdarah itu merenggut dirinya.

"Halo, Beomgyu, selamat datang kembali." Hayeon menyambut keduanya di ruang depan, dia agak terkejut saat Beomgyu tiba-tiba memeluknya dengan gembira.

"Halo Bibi, terima kasih sudah menjaga Nuna dengan baik."

"Sudah tugasku," jawab Hayeon, mundur setengah langkah dari Beomgyu. Gerakannya tertata, rapi, tanpa bunyi, standar kesopanan keluarga Jeon sejak bertahun-tahun lalu.

"Hayeon, Sera sudah bangun?"

"Iya, sekarang Nona Sera sedang makan di ruang atap kaca."

"Kenapa dia makan dia sana?" Jungkook melirik jam tangannya, pukul 11 siang. "Jam segini ruangan itu agak lembab dan panas, harusnya kau bawa dia ke ruang makan utama."

"Nona Sera bersikeras makan di sana, katanya karena Tuan Muda lebih menyukai ruangan itu jadi dia menyukainya juga."

Tanpa rencana Jungkook tersenyum, lalu membawa Beomgyu ke ruang makan yang dimaksud. Sontak Beomgyu berseru, berlarian pada Sera yang tengah menghabiskan jus buah dari gelas besar di meja.

"Nuna! Wah, Hyeong, ruang makannya seperti di dunia sihir," tambah Beomgyu pada Jungkook Pria itu telah berdiri di sisi kursi yang Sera duduki, sementara Beomgyu memeluk kakaknya erat sampai Sera terbatuk-batuk.

"Beomgyu, aku tidak bisa bernapas."

Beomgyu cekikikan sambil melerai pelukan. Di samping Beomgyu, Jungkook bergeser, menuang air dari teko bening di meja, lalu diberikan pada Sera yang masih batuk akibat tersedak jus.

"Oh, terima kasih," ucap Sera, tersenyum samar pada Jungkook.

"Masih demam?" tanya Jungkook, tangannya bergerak ke kening Sera. "Sudah normal. Baiklah kita berangkat dua jam lagi, Beomgyu perlu istirahat dulu. Beomgyu, mau makan sesuatu?" tambah Jungkook pada Beomgyu.

Beomgyu sibuk mengamati kesekeliling ruang, mendongak menatap atap melengkung yang melukis langit, di antara bayangan pohon-pohon besar yang jatuh di atasnya. Jendela-jendela besar menampakkan hutan buatan di luar, ditambah ornamen rumit dari kursi, meja, lampu hias, juga rak-rak tinggi di sekitaran ruangan, Beomgyu merasa tengah di undang ke rumah penyihir di cerita fantasi.

"Aku sudah kenyang, minum jus saja." Beomgyu menunjuk gelas jus Sera yang tersisa setengah.

"Biar kubuatkan yang baru." Sera berkata, gerakannya beranjak dari kursi ditahan Jungkook.

"Kau di sini dengan Beomgyu, aku akan minta Hayeon menyiapkannya. Tetap duduk di sini dan jangan ke mana-mana," tukasnya, tegas tapi nadanya lembut, begitu Sera hendak menyelanya.

Jungkook berlalu empat detik kemudian, meninggalkan Sera yang memandanginya di belakang sana sebelum beralih pada Beomgyu.

"Nuna, apa sakitmu parah?" tanya Beomgyu seraya melirik gelas jus di meja, meminumnya tanpa izin, bersikap seolah-olah dia tidak pernah melakukannya.

"Cuma demam, tidak ada yang parah kok."

Sera demam paska kabar pertunangan Jimin tempo hari, nyaris dua hari suhu tubuhnya naik turun, mengacaukan rencana pulang ke rumah untuk menyambut kepulangan ayahnya dari rumah sakit. Jungkook melarangnya keluar sampai suhu tubuhnya normal, Sera tidak bisa berbuat banyak selain menuruti sebab tubuhnya sangat lemas.

Crimson AutumnWhere stories live. Discover now