Chapter 8

7 0 0
                                    

Siwan menuruti permintaan adik sepupunya untuk mengantarkan Yeoreum pulang ke rumahnya. Sebenarnya Siwan merasakan letih karena perjalanan yang cukup lama memakan waktu 13 jam penerbangan, tapi dia juga tidak tega melihat wanita yang sedang melamun itu untuk pulang sendiri apalagi dengan penampilan yang berantakan seperti itu. Setelah dirinya beristirahat sebentar serta menyantap ramyeon lebih dulu, ia langsung mengajak Yeoreum untuk pergi bersamanya.

Yeoreum yang masih duduk terdiam larut dalam kesedihan tidak merespon apapun yang Siwan tanyakan. Namun, Siwan mengerti setelah mendapatkan penjelasan dari Hoseok yang dikirim melalui pesan yang panjang.

Selama perjalanan wanita yang sedang patah hati itu diam hanya menatap kosong lurus pada jalanan yang mereka lewati, begitupun juga dengan Siwan yang tidak mau membuang tenaganya lagi untuk bertanya apapun, tapi suara isaknya dari wanita di sampingnya masih terdengar sesekali walaupun tangisnya sudah berhenti.

Yeoreum langsung masuk ke dalam rumah begitu sampai di depan rumahnya tanpa berkata apapun. Siwan kini berdiri kaku saat dirinya ingin masuk ke dalam Yeoreum sudah menutup pintu.

"Oke, aku maklumi saja. Jadi, penasaran dengan teman Hobi itu, sehebat apa bisa sampai membuat wanita itu patah hati" gumamnya pada pintu dan dia berlalu pergi meninggalkan Yeoreum yang sudah membaringkan dirinya pada sofa ruang tengah.

***

Pria yang sekarang sedang menempuh perjalanan jauh itu ternyata pikirannya juga sedang tidak tenang. Ponsel yang ada di dalam genggamannya pun turut dia jadikan mainan dengan memutar-mutarkannya di meja lipat kursi pesawat. Ada perasaan bersalah karena tidak bisa menyelesaikan hubungannya dengan Yeoreum secara baik. Ia tahu kalau sekarang ini Yeoreum pasti sudah membaca suratnya dan sedang menangis.

Sesampainya di bandara Dubai untuk transit, Seokjin mengirimkan pesan pada Hoseok untuk menjaga Yeoreum. Hoseok yang membacanya saat notif pesan itu muncul di layar, langsung membalasnya dengan penuh kekecewaan dan sedikit agak keras.

"Aku kecewa denganmu, Jin. Kenapa kamu perlakukan Yeoreum seperti itu. Kamu tahu? Dia pergi ke bandara dengan kacau hanya untuk menemuimu tapi tidak berhasil. Hatinya sangat patah sekarang, aku harap kamu tidak akan menyesal setelah memutuskan dia dengan cara seperti itu."

Seokjin menghela napas dan beranjak dari duduknya untuk mencari sesuatu yang bisa dia makan, karena saat di pesawat dia sama sekali tidak bisa makan apapun sebab memikirkan Yeoreum.

Seokjin tidak tahu kalau Yeoreum sampai pergi ke bandara dan sebenarnya itu yang membuatnya semakin bersalah walaupun di waut wajahnya terlihat tenang. Seokjin tahu kalau Yeoreum hanya terus menelponnya dan mengirimkan pesan terus menerus tanpa ada satupun yang dia jawab atau di balas pesannya.

***

Hoseok melempar ponselnya ke arah pintu setelah membalas pesan dari Seokjin. Hoseok sangat kesal dengan kelakuan temannya itu dan juga dia kesal karena tidak bisa berada di samping Yeoreum untuk membuatnya tenang.

"Ada apa Hobi?" tanya sang Ibu sesaat membuka pintu kamar anak laki-lakinya. Ia lalu masuk dan mengambil ponsel yang tergeletak di lantai

"Jin, bu. Jin itu sungguh terlalu. Ibu tahu Yeoreum, kan?" sang Ibu mengangguk mengerti. Hoseok menceritakan semuanya tanpa ada yang tertinggal dengan emosi yang meluap-luap, hingga ceritanya itu sampai akhirnya Kakak sepupunya, Siwan yang menolong tanpa sengaja.

"Kalian itu berteman sejak kecil, jangan seperti itu. Kalian bicarakan baik-baik. Kalau kamu ingin menemani Yeoreum di Korea silakan, ibu izinkan. Kalau perlu ajak dia ke sini untuk liburan, itupun kalau Yeoreum sedang libur semester " ucap sang ibu menenangkan anak laki-lakinya yang sedang emosi dengan menepuk pelan kedua tangannya.

Let's Not...Where stories live. Discover now