Chapter 7 - Jelly

5 0 0
                                    

Tepat saat Yeoreum membuka pintu, seorang pria bertopi hitam dengan jaket abu itu baru saja sampai dan ingin menekan tombol bel rumah. Dengan sebuah plastik sampah ditangannya Yeoreum terkejut dengan kedatangan Seokjin terlalu pagi baginya. Walaupun semalam Seokjin sudah mengirimkan pesan kalau dia akan datang pagi.

"Oh, sudah sampai?" hanya anggukkan dan senyum tipis diwajahnya, seperti tidak ada yang terjadi apapun kemarin.

"Aku tidak membawa mobil hari ini. Tidak apa kalau kita naik bus?"

"Oke. Tidak masalah. Apa sepagi ini? Kita akan pergi kemana?" tanya Yeoreum penuh selidik

"Ke tempatku mengajar"

"Eoh. Baiklah, tunggu sebentar aku harus membuang sampah dulu. Jin, tolong tahan pintunya jangan sampai tertutup dan perhatikan takut winter nanti keluar rumah" Yeoreum berlari menuju tempat pembuangan sampah yang tidak jauh dari tempatnya tinggal. Seokjin menuruti ucapan Yeoreum untuk menahan pintunya.

Yeoreum kembali masuk ke dalam rumah melewati Seokjin yang masih menahan pintu. Setelah mencuci tangannya, ia segara mengambil tas serta merapihkan sedikit makeup dan rambutnya dengan menguncirnya lalu berpamitan dengan winter yang sedang asik buang air di sudut rumah.

"Ah, anak pintar. Noona pergi dulu ya. Ingat jangan memberantakkan rumah" mengelus kepala winter yang masih asik dengan aktifitasnya

"Maaf, Jin jadi lama. Aku tidak tahu kalau akan sepagi ini. Untung aku sudah siap sedari tadi. Oiya Ini jelly untukmu" Seokjin menerima tanpa bertanya apapun layaknya seorang kekasih, basa basi bertanya pun tidak.

"Terima kasih" sahutnya singkat

Yeoreum pagi ini harus membalikkan lagi perasaannya pada Seokjin, setelah semalam dia larut pada sikap Hoseok yang begitu manis, sikap yang dia ingin dapatkan selama ini . Karenanya, semalaman Yeoreum dibuat tidak bisa tidur dengan nyenyak dan pagi ini ia masih terkantuk.

Kini ia berjalan di samping Seokjin sembari menyamakan langkahnya yang kecil, sebab satu langkah Yeoreum adalah setengah langkah dari Seokjin. Tidak seperti Hoseok yang akan langsung meraih tangannya untuk berjalan bersama, tanpa harus ada yang berusaha menyamakan atau memperlambat langkah. 

Yeoreum merasakan ada sesuatu yang hilang setelah kemarin dia menikmati angin malam di sungai Han walaupun hanya beberapa jam dan menjadi kekasih Hoseok.

Antrian bus cukup panjang pagi ini karena bersamaan dengan jam sibuk orang-orang pergi kerja. Setelah menunggu sepuluh menit bus warna biru itu datang, satu persatu masuk ke dalam bus. Namun, kondisi di dalam pun juga sudah cukup penuh. 

Yeoreum bingung mencari handgrip yang masih kosong, sebab semuanya sudah ada yang memegang termasuk Seokjin yang sudah naik lebih dulu. Orang-orang terus mendesak untuk masuk hingga Yeoreum hampir jatuh. Seokjin dengan sigap menahan dan mengatur posisi Yeoreum untuk berdiri tepat di depannya. Wajahnya bersemu merah sebab kini ia di hadapkan dengan dada Seokjin yang masih ada jarak sedikit "berpegangan pada jaketku". Tanpa menjawab apapun kedua tangan Yeoreum langsung meremat kiri dan kanan ujung jaket abu pria yang kedua tangannya berpegangan pada handgrip yang menggantung.

"Apakah ini bisa disebut berpelukan secara tidak langsung? Oh Tuhan, kenapa Kau detakkan jantungku seperti ini" Yeoreum menghela napasnya "bolehkah aku memeluknya, Tuhan?" batin Yeoreum sembari menahan keinginannya

Keinginan Yeoreum terkabul dengan kejadian bus yang mereka tumpangi tiba-tiba berhenti mendadak. Karena bus di depannya menabrak sebuah mobil sedan hitam. Tubuh Seokjin yang terhuyung ke depan dan Yeoreum tanpa sengaja langsung memeluk Seokjin dengan erat.

Semua orang yang ada di dalam bus sibuk memarahi supir untuk lebih berhati-hati, dan mengeluh karena terjatuh bahkan menimpa penumpang lainnya sebab berhentinya sangat mendadak cukup keras. Sedangkan dua orang ini sedang saling merasakan gemuruh di dadanya itu terdiam beberapa saat dan Yeoreum terlebih dulu untuk memberi jarak lagi dengan Seokjin.

Let's Not...Where stories live. Discover now