1....

2.1K 179 37
                                    




.....

"Ada apa? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pemikiranmu? " Shikamaru menghampiri Sasuke yang terus saja terdiam sejak tadi.

Meeting baru saja selesai beberapa detik yang lalu. Dan atasannya itu terus saja melamun, bahkan sebelum pertemuan penting itu dimulai.

"Aku tidak tahu. Tapi aku merasa--,, kalau pernikahanku ini benar-benar terasa aneh. "

"Kau menikah karena perjodohan. Jadi tentu saja kau merasa aneh dengan pernikahanmu. "

Sasuke menghembuskan nafasnya kasar sebelum kemudian dia kembali berucap.
"Aku selalu memimpikan seorang gadis hampir di setiap malam. Dan gadis itu terlihat sangat terluka.
Aku tidak mengenalnya. Tapi saat aku melihat raut wajahnya yang terluka, entah kenapa itu membuat perasaanku ikut terluka. "

"Mungkin karena kau belum bisa mencintai istrimu. Jadi kau memimpikan gadis lain dan membuatmu mulai berhalusinasi. "

Sasuke terdiam.

"Sudahlah.. Lupakan mimpimu itu, dan cobalah untuk mencintai istrimu.
Tapi jika itu masih terasa sulit untukmu,, maka jangan memaksakan diri untuk terus berlanjut. "

"Kaasan selalu mengatakan padaku tentang Putri temannya yang sangat cantik. Tapi saat aku melihat fotonya,, aku merasa kalau pemikiran kami benar-benar memang berbeda. "

"Kau melihat foto itu beberapa hari setelah ibumu meninggal. " Shikamaru menatap Sasuke yang terlihat menyandarkan punggungnya.
"Dan saat itu aku sudah menyuruhmu untuk menyelidikinya lebih dulu, tapi kau menolak.
Jadi jika sekarang kau merasa ragu dan menyesal,, maka itu adalah kesalahanmu sendiri. "

Sasuke kembali terdiam. Pemikirannya benar-benar mulai terpenuhi dengan pernikahannya yang baru saja terjadi sekitar satu minggu yang lalu.

Awalnya Sasuke hendak mengurungkan niatnya untuk menikah dengan gadis pilihan ibunya itu.
Tapi karna janjinya yang sudah terucap tepat saat ibunya benar-benar meninggal,, maka Sasuke tidak memiliki pilihan lain selain menepati janjinya tersebut.

......

"Sasuke-kun.. " Hinata tersenyum lembut menatap suaminya yang baru saja memasuki Mansion.
Dia melangkah mendekat dan langsung mengambil alih tas kerja yang selalu dibawa oleh pria yang sangat dicintainya itu.

"Aku sudah memasak makan malam untukmu, dan aku juga sudah membuatkan makanan spesial yang--"

"Aku sudah makan diluar. "

Deg..

Satu kaliamat itu benar-benar membuat Hinata langsung terdiam menghentikan langkahnya.

Sementara Sasuke,, pria itu terus melangkah dan mengabaikannya.

Mungkin memang terdengar sangat sepele.
Tapi sesungguhnya,, itu sangatlah menyakitkan untuk Hinata.

Seminggu pernikahan mereka, tapi masih saja terasa sangat sulit untuk memasuki hati suaminya itu.

----

Sasuke memasuki kamarnya,, dan dia langsung berjalan menuju balkon lalu membukanya.

Hembusan angin langsung terasa menerpa kulit dan juga rambutnya.

Sasuke berdiri didepan pagar pembatas, dan mulai menikmati pemandangan malam yang begitu gelap didepannya.

"Tidak ada hal apapun yang Kaasan inginkan selain melihatmu menikah. Dan kau harus menikah dengan Putri dari teman Kaasan. "

"Kaasan,.. Itu benar-benar terdengar sangat kuno.
Sudahlah... Kita bisa membicarakan tentang hal ini lagi nanti. "

"Tapi, Sasuke--,, "

Sasuke melangkah pergi meninggalkan ibunya. Dan tanpa disadarinya,, kalau itu adalah pertemuan terakhirnya dengan perempuan yang sudah melahirkannya tersebut.

Ibunya meninggal karena terkena serangan jantung.
Dan itu adalah hal yang sangat disesali Sasuke seumur hidupnya karena dia sangat terlambat menyadari penyakit yang diderita ibunya tersebut.

Jadi karena itulah,, akhirnya Sasuke bersedia untuk menikah dengan gadis pilihan ibunya hingga diapun mulai mencari keberadaan gadis itu dengan dibantu oleh Naruto dan juga Shikamaru.

'Kau sangat tahu apa yang terbaik untukku, Kaasan. Tapi kenapa perasaanku selalu saja terasa gelisah?
Aku merasa kalau pernikahan ini terasa sangat salah. Dan aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang? '

Hening malam bahkan tidak bisa menjawab semua pertanyaan yang berkelumit dalam pemikiran Sasuke.

Sasuke merasa tengah kesulitan, meskipun saat ini dirinya tengah baik-baik saja.

Mimpi-mimpinya dengan gadis yang sama,, itu terasa seperti sebuah petunjuk untuknya.

*****




"Siapa yang memasak? "

"No-nona Sakura, Tuan.. "


Praang...


Sorot mata penuh amarah itu langsung terhunus tepat kearah perempuan berambut pink yang sejak tadi berdiri disampingnya.

Dan itu adalah istrinya.

"Kau selalu saja membuatku benar-benar kesal. "

Sakura meringis pelan saat tiba-tiba saja suaminya itu menjambak kasar rambutnya.

"Apa kau sengaja melakukan itu! Apa kau terlahir hanya untuk menjadi benalu dalam kehidupanku, hah! Katakan!! "

"M-maafkan aku. " Sakura berucap sembari menahan rasa sakit dikepalanya.
"A-aku benar-benar sudah mencicipinya dulu tadi. Dan--"

"Dan kau pikir aku berbohong. Begitu? "

Sakura terlihat menggeleng pelan.

"Benar-benar sangat tidak berguna! "

Sakura terhuyung kedepan setelah mendapatkan dorongan kasar dari suami kuningnya.
Dan itu masih belum seberapa, karena biasanya dia selalu mendapatkan perlakuan yang lebih kasar dari itu.

Sakura hanya bisa menangis dalam diam. Dia tidak bisa melakukan apapun atau bahkan melawan, karena itu akan sangat buruk untuk keselamatan dirinya.

Sakura hanya hidup sendirian. Dan dia benar-benar tidak memiliki keberanian untuk memberontak.

"Nona, anda baik-baik saja? " salah satu pelayan terlihat mendekat.

"Aku baik-baik saja, Bi. Terimakasih." Sakura berusaha untuk tersenyum meskipun saat ini kepalanya benar-benar terasa berdenyut pening.

*******


"Kepalaku sakit Bi. Tolong buatkan jus tomat untukku. "

"Baik Tuan. "

Sasuke kembali melangkah pergi setelah mengatakan itu.
Perasaannya terasa kacau entah karena apa.

Dan satu hal yang sangat Sasuke tidak mengerti adalah,, saat ini dadanya berdebar hebat dan terasa begitu gelisah.

Apa yang sedang terjadi?

Bukankah semuanya baik-baik saja.

.....

Blood Of Wedding (end) PdfWhere stories live. Discover now