Bab 3 : Kumpul Bersama

Comenzar desde el principio
                                    

"Kata Bang Theo, masih ada sedikit kerjaan yang harus diselesain. Nanti kalo semua nya udah beres nanti dia bakal pulang kok" jawab mamah nya.

"Wah... Bang Theo nggak panas apa ya otak nya ngeliat kertas kertas kerjaan. Gue yang cuma ngeliat selembar kertas ujian aja udah mau meledos. Terlebih kalo liat ujian MTK tentang x dan y yang nggak akan ada habis nya. Beuh langsung kek kapal titanic kejedot gunung es. Jederr" ucap Arthur dengan heboh.

"Itumah otak lo aja yang bloon. Kalo lo rajin belajar dan pinter nggak akan tuh lo bilang kek gitu" sahut Xavier.

"Eh sapi denger ya. Sebenernya gue bisa aja pinter. Bahkan bisa jadi gue lebih pinter dari lo ataupun dari Albert Einstein. Cuma setiap kali gue belajar, dan setiap mata gue ngelirik kasur sebentar. Kasur gue tuh seakan berkata, 'Arthur mari berbaring lah agar stress yang kau alami itu hilang'. Nah makanya gue langsung nggak jadi belajar. Lagipun setiap kali gue belajar, besok nya bakal ilang semua" ucap Arthur.

"Ya karena lo nggak berusaha. Kalo lo berusaha pasti nggak bakal ilang pea" ucap Xavier.

"Ouh ngajak gelut rupanya. Meh sini. Lawan aku kalo kau bisa. Meh meh" ucap Arthur sambil menirukan adegan di film kembar botak. Tepatnya ketika adegan bang saleh yang akan bertengkar dengan kak Ros di episode opet.

Xavier tak menanggapi nya. Ia sudah lelah jika harus berurusan dengan kembaran nya itu yang selalu membuat kesal dan pusing.

Melihat anak anak nya berkumpul bersama dan saling adu mulut seperti ini membuat mamah Mellina sangat senang sekaligus haru. Akhirnya ia bisa berkumpul bersama dengan anak anak nya secara lengkap.

"Pah" panggil Anton.

Papah nya menoleh. "Ada apa anak bujang papah?".

"4 bulan lagi kan Anton sama Mela bakal masuk sekolah. Papah masukin kita berdua di sekolah mana?"

"Sekolah yang sama dengan Abang Abang kamu lah" jawab papah nya.

"Kamu tau nggak kenapa papah masukin kalian berdua kesitu?" Tanya Papah nya. Anton menggeleng.

"Karena papah males cari sekolah lain" jawab Papah nya.

"Waw sungguh jawaban yang sangat menakjubkan" sahut Arthur lalu bertepuk tangan.

"Soalnya papah males cari sekolah lain. Jadi sekalian aja papah masukin kalian berdua ke sekolah yang sama kaya Abang kamu itu" ucap Papah nya. Anton pun mengangguk mendengar jawaban papah nya.

"Bang Lepi. Dari tadi diem mulu, nggak mau ngikut nimbrung gitu. Atau nggak setidaknya ngeluarin kata kata gitu walaupun cuma bilang aw" ujar David sambil menatap Levi yang asik menatap ponsel nya.

"Aw" jawab Levi sesuai yang diminta adik nya itu.

"Wah beneran bilang aw doang dong" kaget David. 

"Dah bagus lo disautin sama bang Levi, daripada nggak sama sekali" timpal Albert.

"Ya maksud gue nggak aw doang gitu. Ya walaupun gue tadi bilang 'nggak masalah cuma bilang aw doang' tapi nggak aw juga dong. Kasih kata kata lain gitu belakang nya" ucap Mellina.

"Ih banyak mau nya banget ni budak" sahut Arthur.

"Ya tapi kan... Hmph" Ucap David yang terhenti karena Arthur menutup mulut nya.

"Ihhh bisik kali kau ni" ujar Arthur.

(Bisik = berisik {disingkat})

"Aku mah diem aja deh" ujar Albert yang memainkan game di ponsel nya. 

Mellina yang melihat kegaduhan antara Abang Abang nya itu menampilkan wajah yang em entahlah harus menyebutnya apa. Kesal? Bukan. Frustasi? Bukan?. Sedih? Bukan. Memprihatinkan? Mungkin saja.

"Kenapa Abang gue punya sifat yang berisik dan gila sih. Untung nya nggak semua, ada Anton yang masih waras"  batin Mellina.

Setelah Mellina mengatakan hal tersebut di dalam hati nya. Ia mendengar suara seperti patahan barang.

"Suara apaan itu?" Tanya Mellina.

Yang lain pun juga ikut mencari suara patahan apa tadi. Tiba tiba Anton pun menunjukkan sebuah remote tv yang sudah terbelah. 

"Ini. Tadi nggak sengaja kedudukin dan malah patah" ujar nya dengan polos.

Semua yang melihat nya langsung menghela nafas. Bukan sekali dua kali Anton tidak sengaja merusak barang. Ya bisa dikatakan Anton ini sedikit ceroboh.

"Ya bener. Ni anak emang bener waras, tapi sayangnya perusak dan ceroboh. Hahh memang betul lah, semua sodara gue nggak ada yang bener" batin Mellina. "Eh tunggu. Kan ada bang Theo. Ahh iya bang Theo. Abang paling waras, nggak perusak, nggak ceroboh di keluarga ini" lanjut nya.

"Maap mah" ujar Anton.

"Pah" panggil mamah nya dengan mata nya yang masih melihat remote tv dengan tatapan kasihan.

"Oke" jawab Papah nya yang sudah tau. Papah nya langsung memesan remote tv untuk menggantikan almarhum remote 30. Semoga remote 31 kali ini tidak akan berakhir mengenaskan seperti almarhum remote 30.

Setelah nya keadaan pun kembali normal dengan Arthur yang heboh menceritakan hal tidak berguna semacam, kemarin ia melihat ada bebek mati di tengah jalan karena kehausan, lalu badak yang tidak sengaja tercebur ke dalam sumur. Dan masih banyak informasi tidak berfaedah dari nya.

Disaat yang lain tidak peduli dengan cerita Arthur, berbeda dengan papah nya yang menanggapi cerita anak nya dengan heboh juga.

"Hahh kek nya nggak nggak perlu tes dna deh. Like father like son" batin Mellina yang melihat Papah nya dan Arthur yang saling berbagi cerita unfaedah.

©©©©©

My Handsome Brother (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora