22. Bye bye, Bian. Hello, Trouble

Start from the beginning
                                    

Bian senyum tipis. Dia malah ngegamit tangan Rena terus jalan ngelewatin Joshua. "Simpan basa-basinya, Josh."

Rena bisa liat tangan Joshua perlahan jatuh ke samping badan.

Sebelum Rena mau buka mulut, Bian udah lebih dulu ngasih kode biar Rena buruan buka pintu apart terus masuk. Nggak usah ngomong apa-apa. Gitu arti tatapan Bian yang Rena tangkep.

Pas banget waktu pintu udah kebuka, suara Joshua kedengeran lagi, "Re."

Rena auto noleh. "Ngapa?"

"Gue mau ngomong sesuatu. Nanti malam."

"Joshua." Bian memotong. "Ada baiknya lo tanya dulu adek gue. Dia mau atau nggak ngomong sama lo."

"Rena?" Joshua nggak peduli sama kata-kata Bian. Dia cuma natap Rena.

Rena kejebak di situasi awkward banget. Di satu sisi, ada Joshua yang keliatan bener wak kagak bakal pergi dari situ sebelum Rena ngasih jawaban. Sementara, ada Bian juga yang jelas nggak seneng sama sikap sesuka jidat Joshua.

Tatapan Rena beralih dari Joshua. "Gue bakal ngomong kalau gue mau."

Tanpa ngeliat mana-mana lagi, Rena masuk duluan ke apart.

"Seharusnya lo tegas kayak tadi dari awal, Dek," komentar Bian pas nyusul sambil nutup pintu apart. "Dia nggak ada hak ngatur lo."

Rena ngehela napas sambil ngelempar tas tangan ke sofa. Rasanya kayak semiriwing gimana gitu ya, wak. Cuma ini Rena tahan dulu. Dia noleh. "Mau minum apa, Bang? Makan?"

"Nggak usah." Bian ngegeleng. "Gue cuma sebentar."

"Lo bukan mau ngeliat tempat tinggal gue kan?"

Bian blas diem. Ekspresinya agak nggak kebaca tapi masih ada sela-sela buat tau kalau dia udah ke-gep a.k.a ketangkap basah sama Rena.

"Bang."

Bian duduk di sofa ngehadap tv. "Gue cuma janji buat nggak nonjok dia."

Rena ngacak pinggang. Dia bingung mau ngomong apa. "Urusan dia sama gue."

"Gue nggak segoblok itu, Renata," sahut Bian.

"Gue hargain usaha lo, Bang. Beneran deh." Rena jalan ke arah kulkas terus ngambil beberapa kaleng soft drink. Dilemparnya satu ke Bian. "Tapi gue cuma mau minta saran, bukannya lo atau Hera atau juga Olla buat ikut campur langsung."

Bian ketawa pelan. "Gue sedikit kesinggung tapi gue bisa paham."

"Urusan lo sih itu." Rena nyender. "Gue cuma ngomong fakta."

"Lo tau kalau dari awal gue nggak suka sama Joshua." Bian nyeletuk.

Rena rolling eyes. "Jangan mulai. Gue bisa list mantan lo yang dari awal gue udah eneg liatnya."

"Ini beda, Re."

"Gue tau lo kadang ngeliat gue masih bocah," sela Rena. "Tapi percaya sama gue."

Bian minum tanpa suara. Agak sunyi buat beberapa saat. "Kalau hubungan lo sama dia semakin memburuk?"

Giliran Rena yang kediem. Dia natap lurus ke tv yang mati. Berkutat sama pikiran. "Ke depannya gimana liat nanti aja, Bang."

"Lo nggak bisa mikir begitu," jawab Bian.

"Gue bisa." Rena ngangkat bahu. "Lo tau sendiri soal itu."

Bian terkekeh lagi. "Keras kepala lo nggak pernah berubah."

"Lo sama aja, anjrit!" Rena ninju pundak Bian main-main. "Udah lah, Bang. Intinya gitu aja udeh."

Bian ngeliat sekeliling. Ngalihin obrolan, "Lo nyaman tinggal di sini?"

"Menurut lo gimana?" Rena nanya balik.

"Lebih baik pindah terus tinggal sama gue."

"Mimpi lo ketinggian, Bang." Rena ngejulurin lidah. "Nggak bakal mau gue."

Bian nandasin sisa soft drink-nya terus berdiri. "Gue harus balik sekarang."

Rena ikutan berdiri. Nganterin Bian sampai depan pintu. Untungnya, udah nggak ada Joshua atau aura-aura semriwing kehadirannya pas Bian udah ngelangkah keluar.

"Baik-baik, Bang," kata Rena.

"Lo juga, Dek." Bian ngacak-ngacak rambut Rena. "Gue tunggu kabar lo."

"Jangan ngarep." Rena ngebalas santai.

Bian nyeringai. "Apa kata lo, pokoknya."

Rena cuma ngeliatin Bian yang mulai ngejauh menuju lift.

Pas Rena mau balik masuk, Bian manggil dia. Bikin Rena noleh. "Apa?"

"Don't let anyone trample on your pride, Dek." Bian senyum.

Setelahnya, Bian masuk ke lift dan menghilang pas pintu menutup.

Rena masuk ke apart. Ngerogoh ponsel dalem tas tangan. Ngirim chat ke seseorang.

Jam 7.










Fuck Up the FriendshipWhere stories live. Discover now