2

63 19 1
                                    

Bilqis mendongak, memperlihatkan pada pria itu kalau dia tampak menikmati kebaikan dari pria itu.

Dan Bilqis menemukan wajah datar pria itu dengan gerakan tangannya yang sudah memasukkan semua buku ke tas selempangnya. Dia tampak merapikan semuanya.

"Sudah selesai, Sir?" tanya Bilqis melihat tanggapan gurunya itu yang sangat-sangat tidak menyenangkan hatinya. Dia harusnya tahu, satu-satunya yang ada di hati dan otak Henry Marcus hanya pelajaran.

Jika kau ingin dekat dengannya, maka kau harus menjadi bodoh. Dan tiga tahun ini Bilqis sengaja menjadi perempuan paling bodoh di kelasnya. Meski begitu, yang didapat Bilqis hanya pria itu yang memberikan materi-materi yang harus dihapal.

Tidak ada perubahan dalam sikap Henry padanya. Itu membuat Bilqis tahu, kalau dia lebih tolol dari perempuan yang mengakui perasaannya di hadapan banyak orang itu.

"Aku sudah menjelaskan yang perlu kau tahu, Qis. Ingat untuk belajar dengan rajin. Segalanya baru saja dimulai. Mengerti?"

"Kau akan pergi, Sir?"

"Aku ada pertemuan, tentu kau menebak dengan pakaianku ini."

Bilqis mengangguk kecil. Dia merapikan bukunya juga dan tampak sendu. Pria itu entah akan berkencan dengan siapa. Bilqis tidak mau tahu. Dengan penampilan serapi itu, jelas pria itu hendak memulai kehidupan barunya. Meninggalkan kelajangannya.

Hanya Bilqis yang akan berdiri di tempat yang sama, menatap dan merindui pria itu dengan cara yang amat buruk. Cinta memang begitu menyakiti rupanya.

"Salah satu orangtua siswa melaporkan soal kekerasan di sekolah, dia ingin pemilik sekolah itu yang bicara dengannya. Kalau tidak, dia akan melaporkan. Jadi harus aku sendiri yang turun tangan menyelidikinya." Henry mendesah. "Melelahkan menjadi pemilik sekolah saat pakaian rapi ini saja mencekikku."

Wajah Bilqis tiba-tiba dialiri rona. Dia menatap tidak yakin. "Kau tidak akan pergi kencan, Sir?"

"Hah?"

"Aku pikir, dengan pakaian rapi itu, kau akan menemui seseorang ...."

Tangan Henry jatuh ke atas kepala Bilqis, menepuk agak lebih keras. "Apa yang dipikirkan otak cantikmu ini?"

"Otak cantik?"

Henry seolah sadar apa yang baru saja dia katakan. Cepat dia menarik tangannya. Dia juga langsung berdiri dan menaruh tali tas di bahunya. "Kurasa pertemuannya akan terlambat kalau aku tidak pergi sekarang."

"Aku akan keluar denganmu, Sir." Senyuman dengan penuh arti itu terbit di bibir Bilqis.

Henry yang menemukan senyuman tersembunyi itu segera mengalihkan pandangannya. Berpura-pura kalau dia tidak tahu apa sebenarnya yang terjadi di antara mereka. Henry mengangguk dan menunjukkan jalan pada Bilqis. Mereka melangkah bersama dan masuk ke lift.

Di dalam lift, Bilqis terus menatap pria itu dengan pandangan tidak yakin.

Benarkah kami bisa tetap terhubung meski aku berada di kampus dan dia di sekolah? Jaraknya cukup jauh. Butuh setengah jam memaka mobil dan lebih lama dari itu kalau macet. Juga jalan kaki, tidak mungkin.

Lalu bisakah aku tiba-tiba datang menemuinya? Mengatakan kalau aku rindu padanya? Apa yang akan dia pikirkan tentangku?

Mataku pejam, aku berusaha mengabaikan suara sedih dan duka di dalam diriku. Aku harus berdiri tegak dengan kedua kakiku sendiri karena sepertinya jalan menujunya akan semakin jauh dari harapanku.

Denting lift yang terbuka membuka mataku. Dia menungguku jadi aku mengejarnya yang sudah berada di luar. Aku tersenyum padanya dan berjalan di sisinya. Coba menghirup aromanya dengan lebih rakus lagi.

Tiba di luar gedung perpustakaan yang berada di tengah-tengah jarak kami yang terbentang, aku berhenti. Berusaha merapatkan hatiku yang seperti tersayat luka.

"Sampai jumpa lagi, Sir. Aku akan merindukan waktu-waktu ketika kau membantuku di sekolah dan perpustakaan. Banyak hal berharga yang kau berikan sejak kau datang ke hidupku. Sekali lagi, terima kasih, Sir."

Henry menatap seksama ke arahku, ada kerutan samar di dahinya. "Kau mengatakannya seolah kau tidak akan menemuiku lagi. Apa itu rencanamu?"

"Ya?"

"Jika kau ingin datang ke sekolah menemuiku, datanglah. Aku juga akan mengunjungimu di kampus jika ada waktu. Mari tetap berhubungan."

Kemelut Cinta Bilqis Where stories live. Discover now